Amanat.id- Beredar kabar di kalangan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan Unit Kegiatan Khusus (UKK) Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo terkait Orientasi Olahraga, Seni, Ilmiah, dan Keterampilan (ORSENIK) yang akan kembali dilaksanakan pada tahun 2024.
Kali terakhir diadakan ORSENIK UIN Walisongo adalah tahun 2022. Ada beberapa peristiwa yang terjadi saat ORSENIK dua tahun silam. Pertama, pergantian nama ORSENIK menjadi Kontes Prestasi Ilmiah, Olahraga, dan Seni (KORELASI), adanya pembatalan beberapa cabang perlombaan, dan persoalan evaluasi pasca KORELASI yang mengundang rasa kecewa beberapa UKM/UKK, hingga berakhir pada penyegelan Kantor Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) UIN Walisongo.
Di tahun 2023, KORELASI UIN Walisongo ditiadakan karena adanya penolakan dari Wakil Rektor (WR) 3 UIN Walisongo, Achmad Arief Budiman yang saat itu masih menjabat. Alasannya adalah, menurutnya konsep KORELASI DEMA UIN Walisongo tidak memiliki output yang jelas dan masa jabatan DEMA UIN Walisongo 2023 yang seharusnya kala itu berakhir di bulan Agustus 2023.
Kabar akan kembali diadakannya KORELASI 2024 sudah merebak di kalangan UKM/UKK UIN Walisongo. Berkesempatan mengikuti rapat pertama kali bersama DEMA UIN Walisongo, Kamis (30/7), Ketua UKM Mahasiswa Walisongo Pecinta Alam (Mawapala), Arief Susila menerangkan bahwa dalam pertemuan tersebut KORELASI disebut masih sebatas wacana.
“Saat itu belum ada kesepakatan, kejelasan, dan persiapan, hanya sebatas wacana,” jelasnya, saat diwawancarai tim Amanat.id, Sabtu (21/9).
Arief menjelaskan, nantinya KORELASI 2024 akan diserahkan kepada UKM/UKK UIN Walisongo sebagai penanggung jawab kegiatan hingga keuangan.
“Katanya KORELASI nantinya akan menjadi kegiatan UKM. Penanggung jawab hingga keuangan dari UKM. Pernah disinggung nanti KORELASI akan ditarik iuran dari Daftar Isian Pelaksana Anggaran (DIPA) UKM, tapi tidak ada pembahasan lagi hingga PBAK kemarin,” katanya.
Sebagai penyelenggara, sambung Arief, DEMA UIN Walisongo memiliki keharusan untuk mem-backup anggaran KORELASI dan bukan mengalihkannya pada UKM sebagai kontributor.
“Penyelenggara Korelasi itu DEMA UIN Walisongo. Harusnya terkait anggaran sudah di-backup penyelenggara, bukan dari UKM. UKM hanya kontributor dan partisipan, bukan donatur,” imbuhnya.
Meskipun demikian, dirinya mengaku setuju jika KORELASI 2024 diselenggarakan dengan syarat UKM/UKK tidak dilibatkan dalam pendanaan.
“It’s oke jika ada KORELASI, tapi terkait semua pembiayaan dan operasional silakan dari pihak panitia, bukan UKM. Kita hanya memfasilitasi terkait juri,” ucapnya.
Selain itu, sambung Arief, pendanaan harus transparan dan tidak menggunakan dana talangan.
“Semua anggaran dan biaya harus transparan dan jelas, tidak menggunakan dana talangan,” ujarnya.
Ia juga menyebutkan ada beberapa hal yang harus diperhatikan dari mulai manajemen event hingga sarana dan prasarana dalam kegiatan KORELASI 2024.
“Manajemen event harus dipastikan, fasilitas, sarana prasarana yang mumpuni harus benar-benar ditunjang,” tegasnya.
Ia mengatakan bahwa sering kali kegiatan kompetisi seperti KORELASI UIN Walisongo selalu mengarah pada perpecahan antar fakultas meskipun tujuan utamanya adalah mencari atlet terbaik.
“Jika target KORELASI itu screening atlet yang ada, mungkin perencanaannya bukan per-fakultas karena akan ada potensi perpecahan, padahal sama-sama UIN Walisongo,” jelasnya.
Arief menyarankan agar KORELASI dibuat kelompok perpaduan berbagai fakultas untuk menghindari perpecahan.
“Bisa dibentuk kelompok, misalnya dibentuk 9 kelompok dengan 9 wali, di dalamnya campur dari beberapa fakultas,” sarannya.
Begitupun Ketua UKM Walisongo English Club (WEC), M. Fatkhur Rokhman menuturkan bahwa WEC siap membantu pelaksanaan KORELASI 2024 jika DEMA UIN Walisongo siap dengan pendanaan.
“UKM WEC bisa membantu kegiatan tersebut jika ada dana dari DEMA UIN Walisongo,” katanya, Selasa (17/9).
Jika tidak, sambung Fatkhur, UKM WEC menolak karena khawatir akan menimbulkan kerancuan dan masalah internal.
“Jika tidak, maka kami tidak berani mengambil karena takut akan ada masalah internal dan berakhir rancu, tidak terstruktur,” ucapnya.
Berkaca pada KORELASI 2022, Fatkhur menerangkan bahwa kegiatan KORELASI 2024 seharusnya paling tidak dipersiapkan sebelum PBAK.
“Korelasi tahun 2022 itu panitianya agak rancu, kurang SDM dan persiapan, seharusnya persiapan sebelum PBAK atau setidaknya 3 bulan,” ujarnya.
Ia berharap DEMA UIN Walisongo menunjukkan keseriusannya agar KORELASI 2024 dapat terselenggara.
“Semoga tidak bertele-tele, jika serius ya serius, rapat ya rapat. Teamwork, responsif, dan berpikir sebelum bertindak juga perlu,” ujarnya.
Ketua UKM Walisongo Sport Club (WSC), Layla Rosida mengaku tidak setuju dengan adanya KORELASI 2024 karena bentroknya dengan program kerja WSC.
“Tidak setuju, WSC ada program sendiri yang sudah dilakukan dari awal PBAK, sudah mulai seleksi hingga pengukuhan,” jelasnya, Rabu (18/9).
Dirinya khawatir KORELASI 2024 akan membuat beberapa program kerja internal UKM WSC terlalaikan.
“Program kerja banyak hingga Desember nanti, pada KORELASI juga cabang olahraga di WSC banyak. Jika mengikuti KORELASI, tapi program kerja kita terhambat, kan kurang etis,” imbuhnya.
Selain itu, Layla menilai kepercayaan UKM UIN Walisongo terhadap DEMA UIN Walisongo masih minim sebab ketidakjelasan KORELASI.
“Kepercayaan terhadap DEMA UIN Walisongo masih minim sekali. Beberapa kali DEMA mengajak koordinasi terkait KORELASI, tapi sampai sekarang belum diketahui kejelasannya,” ucapnya.
Dirinya juga mengatakan bahwa evaluasi KORELASI sebelumnya ialah kurang koordinasi dan komunikasi antara UKM dan DEMA UIN Walisongo sebagai pihak penyelenggara.
“Tahun lalu event ini lebih banyak kurang dari mulai komunikasi dan koordinasi antara penyelenggara dengan UKM, tidak adanya perhatian keuangan, konsumsi, atau kebutuhan UKM yang notabene nya langsung terjun ke lapangan,” ungkapnya.
Dirinya juga mengatakan bahwa program kerja tahunan DEMA UIN Walisongo tersebut belum memiliki tujuan yang jelas dan terarah.
“Proker tahunan yang diselenggarakan DEMA UIN Walisongo kurang pas karena belum adanya tujuan yang jelas dan terarah,” ucapnya.
Lebih baik, lanjutnya, KORELASI UIN Walisongo dilaksanakan secara intensif selama dua minggu setelah kegiatan PBAK di saat UKM tengah mencari bibit unggul.
“Kalau tujuan KORELASI ingin mencari bibit unggul, dilakukan maksimal dua minggu setelah PBAK, itu waktu yang tepat, UKM sedang gemparnya mencari regenerasi,” jelasnya.
Layla juga berharap agar masalah anggaran KORELASI tidak melibatkan UKM untuk menalangi, karena pendanaan sudah terbatas.
“Bagaimana cara UKM itu sama-sama enak, ada anggarannya, dan tidak harus UKM yang nalangi karena dana UKM juga terbatas di setiap tahunnya,” ujarnya.
Sementara itu, hingga berita ini terbit, Ketua DEMA UIN Walisongo yang dihubungi sejak Selasa (17/9), Wakil Ketua DEMA UIN Walisongo yang dihubungi sejak Kamis (19/9), serta Kemenpora DEMA UIN Walisongo yang dihubungi sejak Minggu (22/9) belum memberikan respons pada tim Amanat.id.
Reporter: Lutfi Ardiansyah (Cakruma SKM Amanat 2024)
Editor: Dwi Khoiriyatun