Dalam sebuah kehidupan kebahagian menjadi sesuatu yang didamba semua orang. Ia sering disebut sebagai tujuan hidup. Mungkin tidak ada dalam sejarah kehidupan manusia di manapun yang tak ingin merasakan kebahagiaan.
Nabi Muhammad SAW misalnya pernah menyebut bahwa umatnya yang paling beliau sukai adalah yang paling keras tertawanya dalam artian yang paling bahagia.
Namun, dalam Psikologi tolak ukur kebahagiaan seseorang tidak bisa diukur sama rata. Hal ini lantaran keinginan yang dapat membuat orang bahagia itu berbeda-beda. Contohnya si A akan merasa bahagia saat ia bisa kumpul bersama keluarga meski dalam keadaan susah maupun senang. Sementara si B akan merasa bahagia jika ia dapat mencapai ambisinya karir (pekerjaan) tanpa memperdulikan orang di sekitarnya.
Ada pribadi orang yang dapat merasa bahagia tanpa melibatkan orang lain dalam pencapiannya atau egoisme. Sikap ini mengukur setiap kepentingan pribadi (Self-Interest) dan mempertahankan pandangan baik buruknya harus dipertahankan dan harus diikuti orang lain.
Ada pula beberapa orang yang bersifat suka dan senang untuk memperdulikan kepentingan orang lain. Orang dengan tipe seperti ini hanya akan merasa bahagia jika ia melihat orang lain bahagia sifat ini disebut dengan Altruisme yang merupakan lawan dari sifat egoisme.
Tentang Altruisme, seorang pemikir asal Perancis Auguste Comte (1857) menyebut jika altruisme merupakan sifat hakiki yang dapat memelihara kerukanan masyarakat. Dari banyak ajaran agama yang menyatakan bahwa sifat ini dianggap sebagai kebijaksanaan yang mulia bahkan disebut “Etika Emas”.
Cara pandang ini kemudian banyak diangungkan sebagai orang yang bergerak di bidang sosial dan sejenisnya.
Jika melihat latar belakang dan fokus kajian Auguste Comte yang notabene seorang sosiolog, wajar kemudian dia berpendapat demikian. Namun dalam sebuah aliran filsafat yang lain, pandanagan tersebut kemudian di balik. Egoisme dianggap lebih mulia, lantaran untuk membahagiakan yang di luar diri, seseorang itu harus terlebih dahulu bahagia. Pandangan ini, biasaya dianut oleh aliran filsafat individualisme.
Jadi baik altruisme atau egoisme sebenarnya sama-sama mendapat pembenaran dari sejumlah aliran filsafat. Yang salah kemudian jika yang tak memilih untuk bahagia.
Penulis: Liviana Mukhayatul K