Amanat.id- Setelah melaksanakan aksi Tolak Rancangan Undang-Undang (RUU) Pilkada pertama pada Kamis lalu, Aliansi Mahasiswa Semarang kembali melakukan demo di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Semarang, Senin (26/8/2024).
Buntut dari aksi tersebut ialah adanya beberapa Demonstran mahasiswa yang ditangkap oleh pihak polisi dan beberapa lainnya dilarikan ke rumah sakit akibat terkena gas air mata.
Menurut Koordinator Lapangan (Korlap) Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA) Semarang, Fera Gumelar, ada sekitar 60 mahasiswa ditahan di kepolisian Resor Kota Besar (Polrestabes).
“Jumlah korban yang tertangkap sekitar 60-an, terdiri dari siswa STM, mahasiswa UNISSULA, UPGRIS, dan kawan-kawan lainnya ditahan di Polrestabes,” terangnya.
Ia juga menegaskan akan ada aksi susulan jika pendampingan hukum terhadap mahasiswa dihambat.
“Akan ada aksi lanjutan kalau kita dihalangi untuk pendampingan hukum di sana,” ucapnya.
Selain korban penangkapan oleh aparat kepolisian, Fera menjelaskan bahwa massa aksi dengan luka-luka sempat diamankan di Mall Paragon.
“Korban luka-luka ada di doorstop langsung dialihkan ke Paragon untuk mendapatkan perawatan medis,” jelasnya.
Fera juga mengatakan bahwa ada dua mahasiswa yang harus dilarikan ke Rumah Sakit (RS).
“Ada yang sampai masuk RS dua orang dari korlap UNISSULA Mas Amnar dan Mas Bagas UIN Walisongo,” ujarnya.
Menurutnya, tindakan represi yang dilakukan aparat kepolisian juga telah menggangu ketertiban masyarakat sekitar.
“Polisi terlalu represif hari ini, harusnya wilayah pemukiman dan pendidikan tidak boleh dimasuki polisi,” ujarnya.
Mahasiswa UNISSULA lainnya, Fawwas merasa bahwa demo kali ini berada di luar kendali.
“Sangat di luar kendali, dari situasi lapangan dan mitigasi kita sangat kurang. Padahal dari awal kita sudah mengatur strategi,” ucapnya.
Tidak tepatnya tempat mitigasi, sambung Fawwas, hal tersebut menunjukan kurangnya persiapan demo kali ini.
“Padahal sempat mematangkan plan A sampai dengan plan C, diantara semua itu tidak ada mitigasi yang tepat, makanya kita kurang persiapan,” tambahnya.
Mahasiswa UIN Walisongo Semarang, Rudi (nama samaran) mengatakan bahwa penembakan yang dilakukan aparat kepolisian membuat massa aksi sampai harus bersembunyi di basement mall Paragon.
“Terjadi beberapa penembakan, sampai di Paragon masih ditembak, akhirnya semua dievakuasi di basement,” ucapnya.
Selain penembakan, ia juga melihat polisi melakukan beberapa tindakan anarkis terhadap mahasiswa yang mencoba masuk melalui gerbang.
“Saat dorong-dorongan dengan polisi di gerbang, ada mahasiswa yang masuk itu dipukul dan ditendang-tendang,” tuturnya.
Sementara itu, saat tim Amanat.id mencoba melakukan wawancara dengan salah satu anggota kepolisian, dirinya menolak untuk di wawancarai.
“Maaf kalau wawancara bukan hak saya, langsung saja ke kepala polisi,” jelasnya.
Reporter: Niliyal Mahiro
Editor: Gojali