Amanat.id- Pemilihan Mahasiswa (Pemilwa) untuk Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) dan Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas (DEMA-F) Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo banyak diisi oleh calon tunggal, Senin (23/12/2024).
Beberapa HMJ dan DEMA-F yang diketahui memiliki calon tunggal:
Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK)
- DEMA FDK
- HMJ Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)
- HMJ Manajemen Dakwah (MD)
- HMJ Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI)
- HMJ Manajemen Haji dan Umrah (MHU)
- HMJ Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI)
Fakultas Sains dan Teknologi (FST)
- DEMA FST
- HMJ Biologi
- HMJ Kimia
- HMJ Fisika
- HMJ Matematika
- HMJ Teknologi Informasi
- HMJ Teknik Lingkungan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI)
- DEMA FEBI
- HMJ Akuntansi
- HMJ Perbankan Syariah
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
- DEMA FITK
- HMJ Pendidikan Guru dan Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
- HMJ Pendidikan Bahasa Inggris (PBI)
- HMJ Pendidikan Islam Anak dan Usia Dini (PIAUD)
Fakultas Syariah dan Hukum (FSH)
- DEMA FSH
- HMJ Ilmu Falak
- HMJ Hukum Pidana Islam
Fakultas Ushuluddin dan Humaniora (FUHUM)
- DEMA FUHUM
- HMJ Aqidah dan Filsafat Islam (AFI)
- HMJ Studi Agama-Agama (SAA)
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)
- DEMA FISIP
- HMJ Ilmu Politik
Dalam Undang-Undang (UU) Mahasiswa UIN Walisongo Nomor 3 Tahun 2024 tentang Pemilihan Mahasiswa UIN Walisongo Semarang tidak disebutkan secara jelas tentang aturan ataupun hasil dari adanya calon tunggal, baik untuk HMJ ataupun DEMA-F.
Menanggapi banyaknya calon tunggal di Pemilwa UIN Walisongo 2024, Pengamat Politik UIN Walisongo Kholidul Adib mengatakan adanya calon tunggal mengindikasikan rendahnya demokrasi.
“Calon tunggal mengurangi demokrasi karena minimal dua calon,” katanya saat diwawancarai langsung ketika menjadi panelis di Debat Kandidat DEMA UIN Walisongo, Selasa (24/12).
Menurutnya ketika ada calon tunggal seharusnya tetap memiliki lawan, setidaknya kotak kosong.
“Lawan kotak kosong, tapi kembali lagi dengan aturannya,” ucapnya.
Adib menyebutkan harus ada perbaikan peraturan untuk mengatur calon tunggal di Pemilwa UIN Walisongo.
“Ke depannya mungkin harus diperbaiki, jika ada calon tunggal minimal lawan kotak kosong,” katanya.
Ketua Komisi Pemilihan Mahasiswa (KPM) UIN Walisongo, Muhammad Ridho Amrullah menjelaskan bahwa ada kemungkinan kotak kosong dapat menang di Pemilwa UIN Walisongo 2024.
“Jika yang menang kotak kosong maka kemudian melalui sidang istimewa oleh SEMA. Dengan ketentuan akan dilakukan pemilihan ulang terlebih dahulu,” ucapnya, Rabu (25/12).
Ia mengatakan pendidikan politik yang kurang menjadi penyebab partisipasi politik mahasiswa menurun.
“Partai hanya berfungsi satu bulan pada waktu proses pendaftaran calon. Jadi, mereka tidak melakukan pendidikan politik atau mengatakan jangan kotak kosong,” katanya, Selasa (24/12).
Menurutnya partai harus memberikan pendidikan politik secara giat tidak hanya mendekati Pemilwa UIN Walisongo.
“Alangkah baiknya partai melakukan pendidikan politik tidak hanya satu bulan sebelum pencoblosan atau pendaftaran,” ucapnya.
Dengan begitu, menurut Ridho, calon yang diusung akan memiliki kompetensi yang mumpuni.
“Tidak cuma memasang orang yang mungkin dirasa itu kader yang militan, tapi seharusnya semuanya dipasang, entah dari partai A, B, atau C. Semua harus ikut berkontestasi dan berorganisasi,” jelasnya.
Mahasiswa Program Studi (Prodi) Ilmu Falak, Jaya mengatakan kurang demokrasi jika hanya ada calon tunggal.
“Kalau tungggal begitu jiwa demokrasinya agak lemah karena calonnya hanya satu,” tuturnya.
Menurutnya banyak faktor yang menjadi penyebab banyaknya calon tunggal di Pemilwa UIN Walisongo 2024.
“Mungkin penyebabnya kebanyakan mahasiswa sadar tidak cocok menjadi pemimpin atau mungkin ada faktor orang belakang yang mengusulkan, atau mungkin dari partai sendiri mungkin,” jelasnya.
Begitu juga dikatakan oleh Agus (nama samaran) bahwa dengan adanya calon tunggal tidak ada persaingan untuk mendapatkan inovasi.
“Sejatinya dengan calon lebih dari satu hal tersebut bisa melahirkan inovasi dan gagasan dari masing-masing kandidat untuk kemajuan organisasi,” katanya.
Ia sangat menyayangkan demokrasi yang digaungkan mahasiswa tidak diterapkan dengan baik kepada lingkungan kampus sendiri.
“Fenomena ini sangat disayangkan. Demokrasi yang seharusnya digaungkan oleh para mahasiswa justru dimatikan dan dikendalikan oleh beberapa oknum dalam kampus kita,” ucapnya.
Agus mengkhawatirkan adanya calon tunggal tidak merepresentasikan pendapat mahasiswa secara keseluruhan.
“Hal ini juga bisa berimbas pada para mahasiswa. Apakah calon tunggal itu bisa merepresentasikan dan dapat membawa perubahan,” ujarnya.
Ia berharap adanya calon tunggal tidak menurunkan semangat demokrasi di kampus.
“Mungkin seharusnya dari KPM atau organisasi yang berwenang bisa membuat aturan jika kotak kosong atau suara yang tidak memilih lebih banyak dari pemilih calon tunggal tersebut bisa dipertimbangkan apakah ia sah menang atau tidak,” jelasnya.
Reporter: Gojali