Amanat.id- Di akhir tahun ajaran 2024/2025 Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo tidak kunjung juga memberikan informasi banding Uang Kuliah Tunggal (UKT) untuk tahun 2024, Kamis (12/12/2024).
Mendekati akhir semester gasal, tak kunjung turunnya informasi banding UKT mengundang keresahan dari mahasiswa UIN Walisongo
Merujuk pada Surat Edaran No. B-5347/Un.10.0/R.2/DA.02.01/11/2023 tentang Penyesuaian UKT Tahun 2023, UIN Walisongo mulai mengumumkan dan menyosialisasikannya pada tanggal 6-12 Desember tahun lalu. Namun, hingga saat ini belum ada informasi tentang banding UKT untuk tahun 2024.
Menanggapi hal tersebut, mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Humaniora (FUHUM), Muhammad Isma Hidayat mengatakan beberapa mahasiswa akan kesulitan jika tidak ada banding UKT.
“Merugikan mahasiswa yang mungkin orang tuanya ada yang di PHK,” katanya, Kamis (12/12).
Isma merasa perlu ada banding UKT agar tidak menimbulkan kesenjangan sosial di antara mahasiswa.
“Ada kesenjangan, terlebih mahasiswa yang kurang mampu ingin melakukan registrasi ulang,” ucapnya.
Menurutnya kampus sering kali memandang sama tingkat ekonomi para mahasiswa.
“Sering kali kampus menyamaratakan ekonomi mahasiswa,” ujarnya.
Lanjutnya, ia merasa kampus berpotensi meraup keuntungan dari dana pendidikan.
“Layaknya kapitalisme tetapi dalam bentuk mengambil keuntungan dari UKT,” tuturnya.
Dirinya juga mempertanyakan kinerja Senat Mahasiswa (SEMA) UIN Walisongo terkait simpang siurnya masalah banding UKT.
“Seharusnya Senat bisa memberikan transparansi kenapa pengumuman banding UKT belum ada,” katanya.
Berbeda pandangan dengan Isma, mahasiswa Program Studi (Prodi) Tasawuf dan Psikoterapi Ahmad Aji Setiawan menyarankan untuk berpikir positif.
“Saya sendiri lebih ke husnuzan, mungkin ada problem di internalnya,” ucapnya.
Menurut Aji, penyesuaian UKT seharusnya ada untuk membedakan kampus negeri dan swasta.
“Seharusnya ada banding UKT, supaya berbeda dengan kampus swasta,” ujarnya.
Ia menyarankan agar ada penggolongan bagi mahasiswa apabila ada banding UKT.
“Harus ada klasifikasi kalau tidak akan menimbulkan kesenjangan sosial,” tutupnya.
Reporter: Moehammad Alfarizy
Editor: Gojali