Amanat.id- Membara Kolektif Event Organizer Program Studi (Prodi) Manajemen Dakwah Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo menyelenggarakan kegiatan bersih-bersih sampah bertajuk “Aksi Nyata Environment Clean Up” di Pantai Maron, Semarang, Sabtu (30/11/2024).
Kegiatan tersebut diikuti oleh mahasiswa dan anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Mahasiswa Pecinta Alam (Mawapala) UIN Walisongo
Ketua Panitia, Ahmad Faza Maulana menjelaskan bahwa tujuan diadakannya acara tersebut untuk mengedukasi mahasiswa UIN Walisongo cara mengolah sampah.
“Tujuan diselenggarakannya acaranya ini untuk mengedukasi mahasiswa tentang pengolahan sampah,” ucapnya.
Pasalnya, sambung Faza, peningkatan jumlah sampah di Kota Semarang per hari kini mencapai 1.110-1.150 ton.
“Kota Semarang menghasilkan 1.110-1.150 ton per hari, maka dari itu perlunya edukasi,” sambungnya.
Faza juga menjelaskan bahwa pemilahan sampah batal dilaksanakan karena kondisi sampah yang sudah tercampur.
“Karena keadaan sampah sudah tercampur, kami tidak jadi melakukan pemilahan sampah organik dan anorganik,” terangnya.
Selain kendala tersebut, Faza juga menjelaskan bahwa kesiapan panitia menjadi salah satu kendala yang harus dihadapi.
“Panitia yang belum pernah ikut kepanitiaan event banyak yang belum siap terkait job desk dan waktu,” jelasnya.
Salah satu partisipan Clean Up Pantai Maron, mahasiswa Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (IAT), Mushafirah mengatakan bahwa kegiatan tersebut dapat menumbuhkan kesadarannya untuk menjaga lingkungan.
“Kotornya pantai membuat saya sadar betapa pentingnya menjaga lingkungan,” jelasnya.
Ia juga menyadari bahwa lingkungan yang kotor dapat mengurangi keindahan.
“Pantai Maron kehilangan keindahan hanya karena sampah yang berserakan,” sambungnya.
Mushafira juga mengingatkan bahwa menjaga lingkungan merupakan tugas manusia sebagai khalifah di bumi.
“Tugas manusia sebagai khalifah dibumi adalah menjaga kelestarian alam dan lingkungannya,” ucapnya.
Lanjutnya, ia menjelaskan bahwa lingkungan yang bersih akan menciptakan lingkungan yang sehat.
“Jika lingkungan kita bersih maka akan berdampak pada lingkungan kita,” terangnya.
Senada dengan Mushafirah, mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) UIN Walisongo Etsa mengaku termotivasi akan pentingnya menjaga lingkungan.
“Bersih-bersih di Pantai Maron menyadarkan saya untuk semakin sadar akan kebersihan lingkungan,” ucapnya.
Kotornya pantai, sambung Etsa, merupakan cerminan ketidakpedulian masyarakat terhadap lingkungan.
“Pantai yang kotor menunjukkan bahwa kita semakin hari, semakin abai dengan kebersihan,” tuturnya.
Reporter: Niliyal Mahiro
Editor: Eka R.