Pesta demokrasi telah usai, pemilu mengajarkan kita banyak hal, dari cara menghormati sesama meskipun beda pilihan, tak mudah emosi padahal fitnah, ujaran kebencian dan hoaks dimana-mana.
Masa-masa itu menjadi catatan sejarah nantinya, awal diadakannya pemilu serentak. Banyak yang perlu di evaluasi untuk menghadapi pelaksanaan pemilu tahun berikutnya.
Bukan hanya pelaksanaan pemilu yang perlu di evaluasi, namun diri sendiri yang terpenting. Selagi masih di hari yang penuh kedamaian yakni Hari Raya Idul Fitri.
Mayoritas penduduk Indonesia bermasyarakat muslim, pada Hari Raya Idul Fitri kita tahu, tercipta secara turun temurun tradisi halal bi halal, saling memaafkan satu sama lainnya. Jika dikaitkan dengan dinamika prosesi pemilu kemarin, berapa banyak dosa yang telah dilakukan, hanya demi memperebutkan sebuah kursi kekuasaan.
Perselisihan antar sahabat, saudara, orang tua terjadi hanya karena berbeda pilihan. Pemilu telah usai, meskipun dinamika hukum tentang ketidakpuasan hasil pemilu tetap pula berjalan. Ada kubu yang menuntut keadilan dengan dalih mencium aroma kecurangan yang mewarnai pemilu. Namun ada pula kubu yang merayakan sebuah kemenangan, kepuasan atas diraihnya tampu kekuasaan.
Terkait hasil pemilu, itu adalah gambaran hasil dari sistem demokrasi kita hari ini. Siapa yang terpilih harus siap menepati janji-janjinya. Mengembalikan suasana negara yang jauh dari kata saling benci dan perpecahan. Tampu kepemimpinan adalah sebuah tanggungjawab yang harus dipenuhi bukan hanya cuma janji dan basa-basi diawal semata.
Bukan tak yakin dengan siapa yang terpilih dan yang akan memimpin. Sebab mereka adalah pilihan rakyat, secara tidak langsung mengemban amanah dan hutang budi pada rakyat. Indonesia bisa menjadi negara maju tatkala para pemimpin, pemerintahan, dan rakyatnya punya semangat yang bergelora untuk membangun bangsa ini secara bersama. Dianalogikan Indonesia adalah tubuh, jika salah satu terluka, maka dalam perjalanannya akan menjadi terhambat.
Kembali pada misi suci
Pada hari yang fitrah ini, kembalikan dan sucikan diri dari belenggu dosa-dosa yang telah dibuat terhadap sesama. Jauhkan dari kata malu untuk memulai meminta maaf. Banyak ayat al-Quran yang menjelaskan dan menegaskan tentang anjuran untuk saling memaafkan diantaranya yakni pada Surat Al-Baqarah ayat 263 yang artinya “Perkataan yang baik dan memberi maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun”
Kemudian dikuatkan lagi dengan hadis yang melarang manusia untuk saling membenci lebih dari tiga hari beserta ancamannya. Hadis tersebut termaktub pada Hadis Riwayat Muslim artinya seperti ini “Tidak halal apabila seorang Muslim menjauhi kawannya lebih dari tiga hari. Apabila telah lewat waktu tiga hari tersebut maka berbicaralah dengannya dan beri salam. Jika ia menjawab salam maka keduanya akan mendapat pahala dan jika ia tidak membalasnya maka sungguhlah dia kembali dengan membawa dosanya, sementara orang yang memberi salah akan keluar dari dosa”
Selain itu Hadis Riwayat Thabrani juga menjelaskan tentang akan ditingkatkannya derajat mereka yang mau memaafkan kesalahan orang lain.
“Maukah aku ceritakan kepadamu mengenai sesuatu yang membuat Allah memualiakan bangunan dan meninggikan derajatmu? Para sahabat menjawab; tentu. Rasul pun bersabda; Kamu harus bersikap sabar kepada orang yang membencimu, kemudian memaafkan orang yang berbuat dzalim kepadamu, memberi kepada orang yang memusuhimu dan juga menghubungi orang yang telah memutuskan silaturahmi denganmu”
Masih banyak hadis sahih lainnnya yang menganjurkan manusia untuk saling memaafkan. Bukan hanya dalam hal perayaan Hari Raya Idul Fitri saja, namun pada hari biasa pun juga seperti itu.
Kembali suci layaknya anak yang baru lahir, tanpa dosa bahkan ia disambut orang-orang disekitarnya dengan bahagia. Maka dari itu, sambutlah Hari Raya Idul Fitri ini dengan penuh suka cita dan cinta terhadap sesama. Sudahi permusuhan yang tak ada keuntungan.
Buka lembaran baru untuk menjalankan kehidupan dalam tatapan masa depan yang cerah dengan merangkul dan bergerak bersama.
Bahasa kita tetap sama yakni bahasa Indonesia. Ideologi negara kita masih sama, Pancasila. Keberagaman telah menciptakan warna indah pada Indonesia. Mari kita jaga Indonesia dan kita wariskan kepada anak cucu kita nanti. Para pendahulu telah mengajarkan arti perjuangan, keberagaman, dan keutuhan bangsa Indonesia tercinta ini.
Penulis: M. Iqbal Shukri