
Amanat.id– Ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Periode 2024 akhirnya memberikan tanggapan terkait banner berisi kritikan dan tunggakan fee kerja sama dengan UKM Musik, Minggu (2/3/2025).
Ketua DEMA UIN Walisongo Periode 2024, Bagas Adi Putra mengatakan bahwa dirinya sedang banyak kegiatan sehingga belum dapat menjawab saat dihubungi oleh tim Redaksi Amanat.id, Jumat (27/2).
“Saat itu saya tidak bisa dihubungi karena sedang banyak kegiatan sehingga belum bisa merespon waktu itu,” ucapnya saat diwawancarai, Minggu (2/3).
Bagas menjelaskan terkait fee kerja sama UKM Musik untuk PBAK 2024 bukan hanya tanggung jawab DEMA UIN Walisongo melainkan seluruh panitia yang terlibat.
“Terkait fee UKM Musik, saya cross check dulu penanggung jawabnya, yaitu panitia pelaksana PBAK yang anggotanya banyak dari universitas. Tidak hanya DEMA-U, tapi juga ada dari birokrasi dan volunteer,” ujarnya.
Ia juga menjelaskan bahwa ada masalah antara tim panitia PBAK 2024 dengan UKM Musik terkait tunggakan fee kerja sama.
“Ini buat evaluasi. Kemarin ada trouble antara tim Panitia PBAK, bukan pengurus DEMA-U dengan jingle UKM Musik. Sudah diselesaikan dan dicek ternyata sudah clear semua,” jelasnya.
Bagas juga membantah tuduhan yang mengatakan bahwa dirinya mengirimkan banner berisi kritikan di depan gerbang Kampus 3 beberapa hari lalu.
“Saya tidak tahu siapa yang mengirim, dan saya siap klarifikasi atau apapun itu. Saya minta datanya, kalau memang saya yang memobilisasi massa terkait benner tersebut,” tegasnya.
Ia menuturkan baru mengetahui berita tersebut setelah membaca berita yang diterbitkan oleh SKM Amanat.
“Saya baru tahu dari berita Amanat tentang banner tersebut. Makanya saya bingung kok dituduh memobilisasi massa. Saya tidak mengetahui apa-apa dan tidak ada sangkutpautnya sama sekali sama saya,” tuturnya.
Menurutnya, adanya banner kritikan sebagai sebuah hal yang wajar karena Ketua DEMA UIN Walisongo harus siap menerima kritik.
“Sebagai pimpinan DEMA harus siap dikritik,” katanya.
Ia mengatakan hal tersebut sebagai hal yang lumrah dalam sebuah organisasi.
“Seperti itu sudah wajar dalam organisasi. Apalagi dalam hal tersebut DEMA sebagai pimpinan tertinggi mahasiswa di kampus, jadi jangan heran,” katanya.
Bagas juga membenarkan bahwa dirinya tidak diundang dalam pelantikan DEMA UIN Walisongo Periode 2025.
“Sangat menyayangkan DEMA-U tahun ini tidak mengundang saya sebagai demisioner, bukan sebagai personal,” ujarnya.
Ia mengatakan adanya demisioner penting untuk momen serah terima jabatan dalam pelantikan DEMA UIN Walisongo.
“Karena saat momen pelantikan ada surat serah terima jabatan, kalau tidak ada berarti hari ini saya masih menjabat. Tidak masalah, namun secara etika tidak dibenarkan,” jelasnya lagi
Ia juga membantah tuduhan telah memblokir nomor Ketua DEMA UIN Walisongo periode 2025.
“Saya masih ada chat, tidak ada saya blokir dia, saya sudah janjian untuk bertemu, memang beberapa hari kemarin saya belum ada waktu,” imbuhnya.
Bagas cukup menyayangkan Ketua DEMA UIN Walisongo periode 2025 buruk dalam berkomunikasi.
“Saya sangat menyayangkan presma sekarang itu buruk secara komunikasi, dan saya punya banyak bukti chat dia yang tidak sopan,” tutupnya.
Reporter: Ragil Alfiyyah
Editor: Moehammad Alfarizy