• Tentang Kami
  • Media Partner
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Advertorial
  • Kontak
Senin, 19 Mei 2025
  • Login
Amanat.id
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
Amanat.id

Kita dan Keterasingan Pasca-Pandemi

Dalam alegori plato, orang-orang terpenjara dalam sebuah goa. Tak banyak yang bisa dilakukan orang-orang itu selain menghabiskan waktu melihat bayang-bayang manusia dan binatang yang lewat pada dinding goa.

Agus Salim I by Agus Salim I
3 tahun ago
in Artikel
0

Baca juga

Realitas Semu Emosi Pria

Multitasking: Dalang di Balik Kerusakan Otak

Layakkah Soeharto Jadi Pahlawan Nasional?

Sumber: Alenia.id

Hidup dalam keterasingan adalah kondisi paling menyakitkan. Kita kehilangan teman, keluarga, serta orang-orang terdekat bahkan mungkin kawan terbaik yang dulu biasa saling bertegur sapa. Dalam keterasingan itu, kita telah tenggelam dari gemuruh keramaian.

Kita tak bisa memungkiri, pandemi telah membuat kita menjadi manusia asing. Di hadapan pusaran badai pandemi, kita telah sama-sama saling mengasingkan diri dan bersembunyi dari balik pintu rumah. Kita tak mengenal orang-orang baru. Untuk sekedar menyapa kembali orang-orang lama, kita juga menaruh kewaspadaan. Kita bahkan lebih menikmati keterasingan itu sebagai afirmasi alegori sederhana Plato tentang manusia yang memilih hidup dalam keterasingan.

Dalam alegori plato, orang-orang terpenjara dalam sebuah goa. Tak banyak yang bisa dilakukan orang-orang itu selain menghabiskan waktu melihat bayang-bayang manusia dan binatang yang lewat pada dinding goa. Orang-orang itu barangkali tidak ditakdirkan untuk berkenalan dengan dunia luar. Orang-orang di dalam goa lebih mengamini kondisi dalam goa sebagai realitas hidup ketimbang keadaan dari luar goa.

Hari ini, kita mengadopsi alegori Plato sebagai pola hidup di bawah bayang-bayang pandemi. Meskipun di beberapa negara kondisi pandemi masih belum pulih, namun di bumi pertiwi perlahan membaik. Juru bicara satgas covid-19, Wiku Adisasmito dalam konferensi pers pada Selasa (28/09/2021) mengatakan indonesia tengah bersiap untuk menurunkan status pandemi menjadi endemi.

Penurunan status itu dilakukan usai terdapat penurunan kasus sebesar 86,4 persen sejak awal pemberlakuan PPKM Agustus lalu. Pemerintah terus berupaya menurunkan kasus covid-19 dengan menargetkan kasus mingguan dapat ditekan hingga di bawah 10.000 kasus per minggu.

“Dengan begitu, dapat dikatakan bahwa kondisi covid-19 di Indonesia terkendali dan siap untuk berfokus menuju status endemi,” kata Wiku.

Kini, usai kabar itu beredar, kita mencoba beranjak dari keterasingan. Lebih dari satu tahun, kita hidup tanpa aktivitas di luar rumah. Kita mulai bosan. Kita jenuh melihat pandemi tak segera lenyap dari bumi.

Tapi, kita juga tak sepatutnya terus-menerus berada di garis pertahanan. Kita harus menyerang balik. Negara-negara dari berbagai belahan dunia saling berlomba menurunkan status pandemi ke endemi. Orang-orang di desa-desa hingga kota-kota mulai memberanikan untuk keluar dari rumah-rumah. Masjid-masjid perlahan merapatkan shaf yang berjarak.

Kita bersiap untuk memulai hidup baru. Kita berjumpa kembali dengan teriknya panas matahari. Kita juga diperlihatkan anak-anak mengunjungi berbagai wahana permainan. Para pelajar bersiap memasuki gedung sekolah yang telah lama tak berpenghuni.

Namun, apakah keterasingan itu hanya akan berjalan selama pandemi saja, atau bakal menjadi budaya baru kehidupan kita sekalipun pandemi telah berakhir?

Jawabannya mungkin tidak. Hari ini, beberapa dari kita telah keluar dari rumah dengan tubuh yang telah ‘dimodifikasi’ oleh (minimal) satu serum vaksin. Kita mencoba keluar dari kungkungan pandemi. Vaksin-vaksin digencarkan dengan target jutaan atau bahkan seluruh penduduk bumi bakal disuntikkan serum yang katanya bisa membuat tubuh kita kebal dari covid.

Usai keluar dari goa sebagaimana yang diceritakan Plato, kita kembali dihadapkan pada keterasingan. Kita dihadapkan pada satu kontrak khusus menuju kehidupan dan adaptasi baru. Orang-orang yang menolak, bisa dipastikan bakal berdiam lebih lama di dalam goa. Sementara, mereka yang tergoda iming-iming kehidupan di luar goa, harus bersedia ‘dimodifikasi’ untuk mendapat kebebasan hidup di luar goa.

Kita merasa seperti terlahir kembali sebagai manusia baru yang lebih kuat dengan ‘modifikasi’ sedemikian rupa. Tapi, di satu sisi kita tak bisa leluasa bergerak. Segala aktivitas dibatasi dan ditentukan oleh sertifikasi vaksin. Vaksin menjadi senjata yang digaungkan dalam melawan pandemi. Restoran, hotel, mall, destinasi wisata hingga pelaku perjalanan domestik satu persatu mewajibkan orang-orang untuk vaksin.

Telah menjadi pengetahuan bersama, jauh sebelum vaksin menjelajahi setiap celah dalam tubuh, puluhan bahkan ratusan dosis lain lebih dulu menghuni bagian tubuh kita. Sekarang, tubuh biologis ini menjadi laboratorium berjalan dengan sejuta bahan kimia di dalamnya.

Apakah kita hendak kembali memasukkan benda asing (lagi) ke tubuh kita? Jelaslah ini pilihan sulit. Kita tentu tak ingin berdiam diri. Kita ingin keluar, tapi kita dikekang. Situasi sulit yang menurut Karl Jasper, seorang filsuf kelahiran Jerman, sebagai situasi batas, sebagai bentuk ketergantungan pada nasib.

Pada kondisi ini, kita kembali menjadi manusia asing. Sebagaimana Erich Fromm yang medefinisikan keterasingan sebagai suatu kondisi di mana orang tak lagi melakukan sesuatu atas dasar kehendak sendiri, melainkan disetir oleh sesuatu di luar dirinya.

Barangkali, vaksinasi adalah life style menuju tatanan kehidupan baru. Kita mungkin punya pilihan untuk menjadi manusia yang tak terasingkan dengan segala konsekuensinya. Kita tentu tak ingin mengalami mimpi buruk untuk kedua kali. Tapi, untuk menghindari itu, kita dipaksa menjalani satu ritual khusus itu.

Penulis: Agus Salim I

  • 0share
  • 0
  • 0
  • 0
  • 0
Tags: artikelKeterasinganpandemi
Previous Post

Mawar Merah

Next Post

Tips Agar Mata Tetap Sehat Meski Bekerja di Depan Komputer

Agus Salim I

Agus Salim I

Bukan penulis mapan

Related Posts

Emosi Pria, Maskulinitas Pria, Budaya Patriarki, Standar Maskulinitas, Bias Gender
Artikel

Realitas Semu Emosi Pria

by Redaksi SKM Amanat
13 Mei 2025
0

...

Read more
Multitasking, Risiko Multitasking, Dampak Buruk Multitasking, Mahasiswa Multitasking, Pengaruh Multitasking

Multitasking: Dalang di Balik Kerusakan Otak

5 Mei 2025
Gelar Pahlawan, Gelar Pahlawan Soeharto, Kontroversi Gelar Soeharto, Gelar Pahlawan Nasional, Soeharto

Layakkah Soeharto Jadi Pahlawan Nasional?

22 April 2025
Rumah Ibadah, Aturan Pendirian Rumah Ibadah, Intoleransi Agama, Fenomena Intoleransi di Indonesia, Pelanggaran Kebebasan Beragama

Rumah Ibadah adalah Milik Tuhan dan Hamba-Nya

3 April 2025
lebaran, tradisi lebaran, tradisi unik lebaran, tradisi menyambut lebaran, tradisi menarik lebaran

Ragam Tradisi Menarik dalam Menyambut Lebaran di Berbagai Negara

30 Maret 2025

ARTIKEL

  • All
  • Kolom
  • Mimbar
  • Rak
  • Sinema
  • Opini
ksk wadas, pentas ksk wadas, studi pentas wadas, ksk wadas uin walisongo, pentas pada suatu hari, karya arifin c noer

Bahas Isu Media Sosial, KSK Wadas Adakan Studi Pentas Bertajuk ‘Pada Suatu Hari’

26 April 2025
Kalam Walisongo, Harlah Kalam Walisongo, Reuni Alumni UIN Walisongo, Halal Bi Halal UIN Walisongo, UIN Walisongo

Kalam Walisongo Adakan Reuni Akbar, Jalin Silahturahmi antar Alumni

19 April 2025
Student Loan, Pinjaman Pendidikan, Pinjaman Pendidikan Mahasiswa, Biaya Kuliah Mahasiswa, KMI

Student Loan, antara Harapan dan Jebakan

29 April 2025
fakultas kedokteran, fakultas kedokteran uin walisongo, fk uin walisongo, launching fakultas baru, uin walisongo, fk

Fakultas Kedokteran UIN Walisongo Resmi Launching, Bawa Misi Keislaman

24 April 2025
Load More

Trending News

  • Aksi Diam, Aksi Diam UIN Walisongo, Perpustakaan UIN Walisongo, Aksi Diam Perpustakaan, Perkuliahan Hybrid UIN Walisongo

    Beberapa Mahasiswa UIN Walisongo Gelar Aksi Diam Tuntut Kembalikan Jam Normal Perpustakaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 7 Atribut Ini Wajib Dikenakan Saat Wisuda

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Filosofi Toga yang Harus Wisudawan Tahu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • The Night Comes for Us: Banjir Darah Manusia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membaca dan Menelaah Falsafah Mandor Klungsu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 5 Aksi Kecil Menjaga Bumi yang Kita Huni

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Amanat.id

Copyright © 2012-2026 Amanat.id

Navigasi

  • Tentang Kami
  • Media Partner
  • Advertorial
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Kontak

Ikuti Kami

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
  • Login
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result

Copyright © 2012-2026 Amanat.id

Send this to a friend