
Apakah kalian pernah diminta untuk menulis artikel? Apakah kalian tahu isilah-istilah dalam menulis artikel?
Saat ini, mahasiswa di perguruan tinggi pasti sudah tidak asing lagi dengan tugas membuat artikel ilmiah. Biasanya, artikel ilmiah dijadikan sebagai tugas-tugas harian bahkan tugas akhir setiap semester.
Ajang publikasi artikel ilmiah setiap mahasiswa yang mengambil mata kuliahnya juga kerap kali menjadi bahan pencapaian tersendiri bagi setiap dosen. Meskipun demikian, ada pula dosen yang memberikan tugas artikel hanya sebagai bahan latihan bagi setiap mahasiswa untuk mengenal struktur penulisan artikel dan bekal pengerjaan tugas akhir.
Dalam menulis sebuah artikel, tentu kita tidak lepas dari yang namanya melakukan observasi dan mencari referensi sebanyak-banyaknya. Melalui penelitian itu, mahasiswa akan terlatih untuk berpikir kritis supaya bisa menemukan sekaligus memecahkan permasalahan yang ada di sekitar. Hal ini linier dengan kemampuan abad ke-21, salah satunya mahasiswa dituntut untuk bisa menguasai kemampuan critical thinking.
Menulis suatu artikel tidak harus dikerjakan oleh satu orang, bahkan bisa juga dikerjakan secara berkelompok. Nama semua anggota yang terlibat dalam penulisan artikel juga dicantumkan, termasuk dosen yang mengampu mata kuliah terkait, baik yang memberikan kontribusi ataupun tidak. Pencantuman nama seperti ini dikenal dengan istilah authorship.
Hal ini serupa dengan yang dicanangkan oleh International Committee of Medical Journal Editors (ICMJE), authorship adalah siapa pun yang terlibat, berkontribusi, dan bertanggung jawab dalam menulis artikel jurnal dari manuskrip hingga proses publikasi. Tak hanya itu, authorship juga berkaitan dengan kepemilikan hak atas implikasi akademik, sosial, dan finansial suatu artikel.
Dalam penulisan jurnal, tidak semua orang yang terlibat bisa disebut authorship. Ada kriteria tersendiri yang harus dipenuhi supaya nama seseorang bisa terpampang pada bagian author. Untuk menentukan apakah seorang layak disebut sebagai authorship, ICMJE telah mengatur empat kriteria untuk menuliskan pengarang dalam suatu artikel.
Pertama, substansial contributions, yaitu pemberian kontribusi terkait konsep, desain, perolehan, analisis, atau interpretasi data. Kedua, drafting, yaitu orang yang membuat draf atau merevisi secara kritis terkait isi dari manuskrip yang ditulis.
Ketiga, final approval identik dengan orang yang memberikan persetujuan akhir dari artikel yang akan diterbitkan di jurnal. Keempat, agreement. Kriteria terakhir ini berkaitan dengan siapa yang setuju untuk bertanggung jawab terhadap artikel yang akan diterbitkan, seperti akurasi atau integritas dari karya yang akan diterbitkan.
Ketika keempat kriteria authorship tersebut terpenuhi, barulah seseorang bisa benar-benar dikatakan sebagai author. Namun, jika hanya memenuhi salah satu saja, orang tersebut belum bisa dikatakan sebagai penulis, melainkan hanya sebagai kontributor.
Menuliskan penulis pada suatu artikel pun ada urutan tersendiri. Apakah mahasiswa yang menjadi penulis pertama atau dosen pengampu mata kuliah terkait. Terkadang, dosen pengampu berkata kepada mahasiswa untuk menuliskan namanya di urutan akhir. Artinya, penulis pertama dan kedua adalah mahasiswa, sementara penulis ketiga adalah dosen itu sendiri.
Sebenarnya, pengertian authorship pada tiap disiplin ilmu berbeda. Untuk menentukan urutan penulis, yang paling netral adalah melalui diskusi bersama. Siapa yang menjadi penulis pertama, kedua, dan ketiga sebaiknya sudah ditentukan dan disepakati sebelum menulis manuskrip, tetapi bisa saja dalam proses pengerjaan artikel terdapat perubahan komposisi kepenulisan. Karena, ketika kesepakatan itu tidak terjadi di awal pengerjaan artikel bisa juga yang terjadi malah saling merasa unggul dan mau menjadi penulis pertama, sekalipun kontribusi yang diberikan ternyata sangat sedikit.
Terlepas dari hal tersebut, para penulis tetap harus mengedepankan integritas dari suatu artikel yang ditulis.
Revina Annisa Fitri