
Amanat.id- Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Aqidah dan Filsafat Islam (AFI) Fakultas Ushuluddin dan Humaniora (FUHUM) Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo mengadakan Seminar Nasional bertajuk “Sepinya Filsafat Kritis di Era Society 5.0” di Aula Gedung Q Kampus 2, Kamis (17/10/2024).
Turut menghadirkan Dosen AFI UIN Walisongo, Zainul Adzfar memaparkan bahwa Filsafat merupakan hal penting dalam berislam.
“Filsafat Islam merupakan suatu komponen penting dalam tradisi intelektual Islam,” jelasnya.
Pasalnya, sambung Zainul, filsuf muslim dengan kaum Gnoistik memiliki spiritual yang sama.
“Para filsuf muslim memiliki spiritual yang sama seperti kaum Gnosis atau Sufi,” tuturnya.
Zainul mengatakan bahwa dalam berislam sudah menjadi kewajiban bagi umat Muslim untuk menerapkan pola pikir kritis terutama pada konsep intelektualitas.
“Islam sudah sangat akrab dengan budaya filsafat kritis, buktinya pada konsep al-Aql yang mana ketika Tuhan menciptakan sesuatu pasti dibahasakan, dinalarkan, tidak ada unsur dogma yang lain,” jelasnya.
Menurutnya, intelektualitas atau al-Aql dan spirit yang disebut juga ar-Ruh dalam Islam memiliki keterkaitan.
“Al-‘Aql dan ar-Ruh merupakan hal yang intim dan merupakan dua muka dari realitas yang sama,” tuturnya.
Oleh karena itu, lanjutnya, kedua hal tersebut dapat didapatkan dari dialektika yang kritis.
“Spiritualitas dapat diilhami dari intelektual yang selalu berada dalam dialektis kritis,” jelasnya.
Dirinya berharap, dengan melesatnya perkembangan teknologi, budaya kritis dan budaya agama harus masuk dan berperan.
“Semakin berkembangnya teknologi 5.0 dan menjamurnya budaya pop seharusnya beriringan dengan masuknya budaya kritis dan budaya agama,” katanya.
Oleh karena itu, lanjutnya, masih ada nilai yang lama dimiliki bisa terus dirawat dan dijaga
“Setidaknya apa pun yang masih bisa kita pertahankan harus kita rawat dan jaga dengan baik,” tutupnya.
Reporter: Azkiya Salsa Afiana
Editor: Eka R.