Amanat.id- Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Teater Koin Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo mengadakan Studi Pentas dengan naskah “Cannibalogy” yang bertempat di Auditorium I Kampus 1, Kamis (6/12/2024).
Pimpinan Produksi Studi Pentas, Nabil Khairul Safik mengatakan bahwa butuh dua bulan untuk mempersiapkan pementasan.
“Persiapannya kurang lebih dua bulan, cukup singkat karena banyak aktor yang terlibat dan berbeda-beda latar tempat,” tuturnya.
Karena jumlah aktor yang banyak, sambungnya, sering kali latihan dilakukan dengan tim yang tidak lengkap.
“Karena jarang latihan dengan full team, hal itu menjadi tantangan tersendiri,” katanya.
Nabil juga mengatakan karena adanya persamaan jadwal dengan pentas teater di kampus lain, mengharuskan mereka mengalihkan sasaran penonton.
“Karena pentas ini bersamaan dengan pentas teater di kampus lain, mau tidak mau sasaran penonton kita harus beralih ke selain pegiat teater, jadi kita gencar promosi di mahasiswa UIN khususnya mahasiswa FEBI,” tuturnya.
Ia menjelaskan dari beberapa pilihan naskah, Cannibalogy dianggap lebih menarik.
“Sebenarnya ada beberapa pilihan naskah, tetapi naskah Cannibalogy ini menarik saja untuk diangkat,” jelasnya.
Sempat mengira naskah horor, Nabil menjelaskan bahwa kanibal yang dimaksud merujuk pada seseorang yang ingin meraih kekuasaan dengan segala cara.
“Awalnya kita kira Cannibalogy ini adalah naskah Horor. Tapi kanibal yang di sini adalah seseorang yang ingin mendapatkan kekuasaan dengan cara apapun, bahkan menumbalkan manusia untuk mendapatkan apa yang dia mau,” tambahnya.
Nabil berharap studi pentas kali ini dapat menjadi tolok ukur untuk pentas produksi yang akan datang.
“Setelah ini akan ada pentas produksi, seharusnya studi pentas ini menjadi tolak ukur agar pentas produksi lebih baik,” tutupnya.
Salah satu penonton studi pentas Teater Koin, Zulfa mengaku bahwa ini menjadi pengalaman pertamanya menonton pementasan teater.
“Pertama kali nonton teater, keren cukup memuaskan, seperti sebuah dobrakan baru bagi UIN Walisongo,” ucapnya.
Zulfa menjelaskan bahwa pesan dalam pentas disampaikan melalui penokohan.
“Pesan cerita disampaikan melalui salah satu tokoh bernama Suhar, kalau kita tidak boleh jadi orang yang serakah,” tuturnya.
Ia juga menerangkan bahwa adegan terakhir dalam pementasan menjadi momen yang berkesan baginya.
“Adegan saat bernyanyi lalu berakhir menutup mata di pangkuan ibunya,” sambung Nabil.
Jika ada teater seperti ini lagi, Zulfa mengatakan akan kembali untuk menonton.
“Kalau misalkan ada informasi teater seperti ini, bakalan nonton,” tutupnya.
Reporter: Ahmad Kholilurrokhman
Editor: Eka R.