• Tentang Kami
  • Media Partner
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
Sabtu, 28 Januari 2023
  • Login
Amanat.id
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
Amanat.id

Mengutamakan Kesatuan Bangsa

Redaksi SKM Amanat by Redaksi SKM Amanat
6 tahun ago
in Artikel
0

dok. internet

Mayoritas penduduk Indonesia adalah Muslim. Dengan populasi mayoritas, tak heran jika ada beberapa kelompok yang menginginkan Indonesia menjadi negara Islam atau khilafah. Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) salah satunya.

HTI menganggap bahwa penetapan sesuatu harus dengan hukum Allah, beragama Islam harus totalitas dan secara menyeluruh. Lalu, Umat harus kembali ke Islam yang murni, berdasarkan Al Quran dan Hadits. Namun aneh, dengan prinsip seperti itu, yang menjadi visi utama mereka  malah merubah dasar negara Indonesia. Dengan anggapan, agama tidak akan bisa dijalankan dengan sempurna sebelum khilafah berdiri.

Memang sangat janggal. Apalagi, dalam Al Quran tidak ada satupun ayat yang secara mahkamat memerintahkan umat Islam mendirikan khilafah. Yang ada malah ayat bahwa Allah memberikan toleransi untuk beragama. Q.S Al-Baqarah 256 : “Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam).” Jika dalam berislam Tuhan saja menegaskan tidak ada paksaan, lah kok sekarang malah HTI memaksakan negara Khilafah untuk Indonesia.

Jika menilik sejarah Indonesia di awal kemerdekaan, Sila pertama yang menjadi dasar pada awalnya memang berbunyi, Ketuhanan Yang Maha Esa  dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya. Akan tetapi, wakil-wakil dari non-Muslim sangat keberatan terhadap sila pertama itu. Dengan tercantumnya ketetapan seperti itu, mereka beranggapan negara akan melakukan diskriminasi terhadap kelompok  minoritas. Jika diskriminasi itu ditetapkan juga, mereka lebih suka berdiri di luar Republik Indonesia.

Baca juga

Pergeseran Makna Cancel Culture di Media Sosial

Ngeri-Ngeri Sedap: Pentingnya Komunikasi dalam Keluarga

Bahaya Flexing di Media Sosial

Oleh karena itu,  Moh. Hatta mengajak Ki Bagus Hadikusumo, Wahid Hasyim, Mr. Kasman Singodimedjo dan Mr. Teuku Mohammad Hasan untuk membicarakan hal yang serius ini. Karena mereka tidak ingin ada perpecahan dalam suatu bangsa dimana jika hal itu terjadi maka akan membahayakan keutuhan NKRI. Akhirnya, mereka bermusyawarah mufakat untuk mengubah isi sila pertama menjadi hanya Ketuhanan Yang Maha Esa.

Maksud utama Ulama Indonesia pada waktu itu menerima Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 adalah  Supaya tidak terjadi disintegrasi di Indonesia. Seperti  Rasulullah SAW menerima perjanjian damai Hudaibiyah yang seolah merugikan Islam namun kenyataanya di sanalah titik balik menyebaran Islam tanpa perang dan senjata.

Dari sejarah ini kita bisa menyimpulkan bahwa para tokoh-tokoh perjuangan kemerdekaan Indonesia mementingkan jiwa Nasionalisme. Karna negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan Pancasila dan akan menyatukan seluruh keragaman perbedaan terutama perbedaan agama.

Indonesia adalah negara heterogen yang memiliki beragam suku, bahasa, agama dan adat kebiasaan. Semboyan Indonesia adalah Bhineka Tunggal ika. Frasa ini dapat kita lihat terpampang jelas pada lambang Garuda Pancasila, yakni pada pita di bagian kaki. Semboyan ini berperan sebagai pemersatu bangsa.

Persatuan dan Kesatuan merupakan senjata yang paling ampuh bagi bangsa Indonesia untuk mempertahankan dan mengisi kemerdekaan. Persatuan berarti bersatunya macam-macam corak yang beranega ragam menjadi satu kesatuan yang utuh. Jadi Keutuhan bangsa dan negara Indonesia harus tetap dijaga secara utuh.

Kemerdekaan Indonesia diperjuangkan oleh suku, agama ras dan etnis yang bermacam-macam. Mereka Semua adalah Indonesia. Jika negara Indonesia menjadi negara Islam sama halnya dengan menghianati sejarah perjuangan para pendiri Bangsa Indonesia yang telah berjuang hingga titik darah penghabisan.

Dalam konteks ini berlaku kaidah, mencegah perbuatan keji itu lebih di utamakan dari mengajak kepada kebaikan. Jadi, jika perubahan indonesia menjadi negara islam hanya akan memunculkan perpecahan dan konflik, sebaiknya hal itu dihindari. Toh, Ideologi Pancasila yang lebih dari tujuh dekade telah terbukti mampu memayungi bangsa Indonesia yang penuh perbedaan dan  tetap menjaga kesatuan dan keutuhannya.

Oleh karena itu kita harus saling menghargai, menghormati dan toleransi. Dengan adanya persatuan dan kesatuan Negara akan mudah mencapai tujuan Nasionalnya sehingga kesejahteraan rakyat akan meningkat.

Talitha Fauzia Zhafirah
Mahasiswa semester 2 Prodi Pendidikan Matematika
 UIN Walisongo Semarang
  • 0share
  • 0
  • 0
  • 0
  • 0
Previous Post

Instagram Photo Contest Ramaikan Konser Sinfonia XIII UKM Musik

Next Post

UKM JHQ Siap Datangkan Qori Internasional dan Ahli Qiraah Sab’ah dalam Seminar

Redaksi SKM Amanat

Redaksi SKM Amanat

Surat Kabar Mahasiswa UIN Walisongo Semarang. Untuk mahasiswa dengan penalaran dan takwa.

Related Posts

cancel culture di media sosial
Artikel

Pergeseran Makna Cancel Culture di Media Sosial

by Redaksi SKM Amanat
6 Desember 2022
0

...

Read more
ngeri-ngeri sedap komunikasi anak dan orang tua

Ngeri-Ngeri Sedap: Pentingnya Komunikasi dalam Keluarga

1 Desember 2022
flexing di media sosial

Bahaya Flexing di Media Sosial

13 November 2022
perdebatan di media sosial

Saat Celetukan Ringan di Media Sosial Menjadi Perdebatan Panjang

2 November 2022
cancel culture

Maraknya Tren “Cancel Culture”; Seberapa Parahkah?

31 Oktober 2022

ARTIKEL

  • All
  • Kolom
  • Mimbar
  • Rak
  • Sinema
  • Opini
Ma’had Al Jami’ah Kampus 2, UIN Walisongo.

Ma’had Online UIN Walisongo Sebagai Syarat Kelulusan MK Bahasa Arab

19 Januari 2023
Wisuda UIN Walisongo

Kantongi Berbagai Respon atas Diundurnya Jadwal Wisuda UIN Walisongo 

20 Januari 2023
FISIP UIN Walisongo

Keluarga Mahasiswa Korban Penipuan Berharap Dapat Bantuan Dari Kampus

5 Januari 2023
Mahasiswa UIN Walisongo kena tipu online

Mahasiswa UIN Walisongo Kena Tipu Online, Rugi 8 Juta Lebih

5 Januari 2023
Load More
Amanat.id

Copyright © 2012-2024 Amanat.id

Navigasi

  • Tentang Kami
  • Media Partner
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi

Ikuti Kami

  • Login
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result

Copyright © 2012-2024 Amanat.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Send this to a friend