• Tentang Kami
  • Media Partner
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Advertorial
  • Kontak
Senin, 19 Mei 2025
  • Login
Amanat.id
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
Amanat.id

Betis

Redaksi SKM Amanat by Redaksi SKM Amanat
5 tahun ago
in Cerpen, Sastra, Sastra
0

Baca juga

Suara Parau Tukang Koran

Gemuruh Kerinduan

Jumat di Rumah Tua

(Ilustrasi gambar: Amanat/Shodiq)

Priyo sangat mencintai istrinya, tentu saja karena betis istrinya teramat indah. Mulus dan ramping seperti bulir padi. Dan priyo meyakini bahwa betis istrinya adalah betis yang terindah di dunia, bahkan betis Lady Di dan Tina Turner yang paling terkenal indah pun, pasti kalah dengan keindahan betis istrinya.

Setiap malam saat istrinya itu telah lelap tertidur, Priyo pasti suka memandang betis itu lama-lama, dan kalau istrinya itu terbangun dengan mata aneh Priyo yang menatap betisnya, maka Priyo akan langsung berterus terang, bahwa dia adalah pria beruntung, karena memiliki istri dengan betis yang teramat aduhai.

Bahkan pernikahanya dengan istrinya itu adalah dikarenakan betis. Sore itu ia melihat istrinya pulang dari kerja, dengan rok span merah yang ketat, Priyo jadi belingsatan melihat betis istrinya yang tersembul dengan manis. Dalam hati Priyo, tiba-tiba terbesit sebuah keyakinan, “Yak, inilah calon istriku!”.

Bahkan ketika mereka menikah pun, Priyo jadi berterus terang bahwa dia kawin dengan istrinya itu dikarenakan betisnya, bukan karena apa-apa.

“Karena aku mencintai betismu, jadi aku tertarik, dan kawin denganmu,” demikian selalu katanya.

Sejak itu pun, setiap hendak berangkat kerja, Priyo harus selalu menyaksikan betis istrinya dahulu, begitu pula setiap pulang kerja.  Maka dia tak sekalipun menyaksikan istrinya itu boleh memakai gaun panjang di rumah.

“Kamu harus selalu pakai pakaian pendek di rumah!” begitu selalu katanya.
“Kenapa mas? Aku toh juga ingin pakai rok panjang,” protes istrinya.
“Pokoknya nggak boleh, aku harus selalu melihat betismu,” dan istrinya pun menurut apa perintah Priyo.

Tetapi anehnya, Priyo justru tak pernah mengizinya istrinya itu keluar rumah dengan mempertontonkan betisnya. Bahkan dengan keras ia pun  melarang istrinya bekerja, karena sebagai pramuniaga sebuah swalayan, istrinya harus mengenakan baju seragam dengan potongan pendek, sehingga betisnya akan semakin jelas terlihat.

“Pokoknya kamu harus berhenti kerja!” Perintahnya suatu saat.

Istrinya mendelik, ia menatap Priyo tajam. “Lho lantas bagaimana untuk menyokong gajimu? Ingat mas, kebutuhan kita semakin banyak, gajimu kalau mau jujur, cuma cukup sampai setengah bulan. Setengah bulan berikutnya mau makan apa?” Protes istrinya tak kalah keras.

“Aku enggak peduli, bagaimanapun kamu harus berhenti dari swalayan keparat yang suka mengumbar aurat itu!”

Istrinya masih tak mengerti alasan Priyo, kenapa setelah menikah justru melarangnya bekerja.

“Iya, iya, tapi mas harus memberi alternatif lain dong. Jelaskan alasanmu, kenapa tak suka?,” Priyo terdiam.
“Kalau mas tetap tak memberi tahu, aku tak bisa berhenti!,” ancam istrinya merasa di atas angin.
Kini gentian Priyo yang mendelik,”Oke, oke, aku tak suka kamu pertontonkan betismu pada orang lain!”

Istrinya terdiam, sehari kemudian, ia berhenti kerja, dan tinggal di rumah saja. Sesuai konsekuenya, Priyo pun jadi kelimpungan memenuhi kebutuhan keluarganya. Gajinya sebagai pegawai baru, memang masih dikatakan belum cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka. Hingga akhirnya, tak jarang hampir setiap saat mereka terpaksa berhutang. Terpaksa  beberapa barang rumah, yang terbeli karena gaji istrinya terpaksa harus digadaikan.

“Aku cinta betismu, cinta sekali…,” demikian Priyo setiap malam.

Istrinya itu hanya tersenyum, lantas terdiam, dan segera tidur kembali. Begitulah Priyo, setiap saat yang ada dalam benaknya adalah bagaimana dia bisa selalu memandang betis indah istrinya. Sampai suatu saat, terjadilah musibah itu. Priyo di-PHK dari perusahaanya,  gara-gara ia mengerti kolusi yang dilakukan beberapa pejabat di perusahaanya. Terang saja ia semakin kelimpungan.

Bagaimana ia bisa menghidupi dirinya dan istrinya. Melihat keadaan itu, istri Priyo pun cepat turun tangan. Ia segera dengan gesit mencari pekerjaan kesana kemari. Dan pagi itu ia dengan senyum cerah berkata pada suaminya, bahwa ia diterima bekerja kembali. Priyo turut senang, namun kebahagiaanya tak lama, sebab sehari kemudian, istrinya itu mendapat seragam kantor dengan bentuk rok span pendek, tak jauh beda dengan seragam pramuniaganya dulu. Priyo menjadi senewen lagi. Ia seketika melarang istrinya menerima pekerjaan tersebut.

“Pokoknya enggak!”
“Tapi mas, ini kesempatan! Sementara mas masih belum mendapat pekerjaan lagi, biar aku yang kerja,”
“aku bilang nggak, ya nggak, titik” kata Priyo berang.

Isterinya itu menatap dirinya tajam.”Baik, baik kalau itu memang keinginanmu, aku akan batalkan pekerjaan itu. Dan aku nggak mau tau tentang biaya hidup kita!” istrinya cuma tersenyum masam.

Begitulah hari demi hari mereka lalui, dengan hidup serba kekurangan. Dan priyo masih tak henti-hentinya berlaku sebagai pemuja betis istrinya. Senan ia rela hidup demikian pun karena betis isterinya. Priyo lantas membicarakan hal itu kepada istrinya.

“Bagaiman kalau betismu itu kita asuransikan?” Tanyanya suatu malam ditempat tidur, sembari dipandanginya betis istrinya sepuas-puasnya. Isterinya itu hanya melihat, tak peduli pada Priyo. Lalu membalikkan badanya membelakangi suaminya.

“Aku sungguh-sungguh, siapa tahu terjadi sesuatu yang tidak kita inginkan yang terjadi dengn betismu, maka kita toh harus sedia payung sebelum hujan?”

Istrinya lagi-lagi terdiam. “Sekarang sudah jamak orang mengasuransikan tubuhnya. Artis idolamu itu, si Marimar, seluruh bagian tubuhnya sudah diasuransikan, bahkan sekadar kedipan mata pun, sekarang ikut-ikutan diasuransikan,” jelas priyo antusias.

Istrinya tetap diam tak peduli. “Terserah,” jawabnya pendek. Lalu kembali memejamkan mata. Maka Priyo pun segera mengasuransikan betis istrinya. Biaya awal ia pinjam dari seorang rentenir dengan bunga yang teramat tinggi. Tapi priyo tak peduli, baginya segalanya akan dia pertaruhkan demi betis istrinya. Toh ketenangan hidupnya tak mampu jua terwujudkan, sebab hutang pada rentenir itupun semakin tinggi bunganya hari demi hari, sementara ia pun belum mendapat pekerjaan. Priyo menjadi pusing tujuh keliling.

Setiap hari ia selalu terpaksa  bersenbunyi karena Body Guard rentenir itu terus memburunya. Istrinya pun kerap mengadu bahwa ia selalu diancam oleh para anak buah rentenir itu jika tidak segera melunasi hutangnya. Akhirnya Priyo memutuskan untuk lari keluar kota, ia pesan kepada istrinya untuk mengatakan bahwa Priyo sedang bekerja di luar kota, demi melunasi hutangnya.

Akhirnya suatu hari, selesai dari tempat persembunyianya, Priyo pulang kerumah. Didapatinya rumahnya kosong, istrinya yang biasa menunggunya dirumah kini tak terlihat. Priyo menuju meja makan, ada tudung saji di situ. Ah, seketika Priyo lega, sebab istrinya pasti di rumah, sebab ia toh menyiapkan makan buatnya. Dibukanya tudung saji pelan. Priyo terbelalak, di sebuah piring panjang, ada sebuah betis teronggok kaku. Betis itu sudah penuh dengan warna merah darah. Priyo ternganga, apalagi setelah membaca selembar surat di atas betis itu.

“Inilah cintamu padaku, diriku yang kamu cinta, dan juga hidangan makan kita, mas. Dan dengan ini pula, kau bisa melunasi hutangmu di rentenir, ambilah uang asuransinya…”

 

Pipiek Isfianti

Penulis adalah alumni SKM Amanat
*Cerpen tersebut pernah dimuat Tabloid SKM Amanat edisi Desember 1997

 

  • 1share
  • 0
  • 1
  • 0
  • 0
Tags: cerpen betiscerpen semarangcerpen soeket tekiskmamanat
Previous Post

Tiga Golongan Radikal Menurut Gus Nadir

Next Post

Mahasiswa KKN UIN Walisongo Berikan Santunan Untuk Warga Tlogosari Wetan

Redaksi SKM Amanat

Redaksi SKM Amanat

Surat Kabar Mahasiswa UIN Walisongo Semarang. Untuk mahasiswa dengan penalaran dan takwa.

Related Posts

Suara Parau Tukang Koran, Sastra Soeket Teki, Puisi Soeket Teki, SKM Amanat, Puisi SKM Amanat
Puisi

Suara Parau Tukang Koran

by Earnest Sherin
16 Mei 2025
0

...

Read more
Gemuruh Kerinduan, Puisi Kerinduan, Puisi Soeket Teki, Kampoeng Sastra Soeket Teki, SKM Amanat, Puisi SKM Amanat

Gemuruh Kerinduan

4 Mei 2025
Jumat di Rumah Tua, Puisi Rumah Tua, Puisi Amanat, SKM Amanat, Puisi Soeket Teki, Sastra Soeket Teki

Jumat di Rumah Tua

2 Mei 2025
laut, sastra soeket teki, puisi soeket teki, skm amanat, puisi skm amanat

Laut

27 April 2025
Rumah Rapuh, Puisi keluarga, Sastra Soeket Teki, Puisi Soeket Teki, SKM Amanat, Puisi SKM Amanat

Rumah Rapuh

13 April 2025

ARTIKEL

  • All
  • Kolom
  • Mimbar
  • Rak
  • Sinema
  • Opini
Suara Parau Tukang Koran, Sastra Soeket Teki, Puisi Soeket Teki, SKM Amanat, Puisi SKM Amanat

Suara Parau Tukang Koran

16 Mei 2025
kesetaraangender, isu kesetaraan gender, webinar gender, budaya patriarki, kpi uin walisongo, uin walisongo

Stella Anjani Jelaskan Faktor Penghambat Terwujudnya Kesetaraan Gender

20 April 2025
Aksi Diam, Aksi Diam UIN Walisongo, Perpustakaan UIN Walisongo, Aksi Diam Perpustakaan, Perkuliahan Hybrid UIN Walisongo

Beberapa Mahasiswa UIN Walisongo Gelar Aksi Diam Tuntut Kembalikan Jam Normal Perpustakaan

28 April 2025
laut, sastra soeket teki, puisi soeket teki, skm amanat, puisi skm amanat

Laut

27 April 2025
Load More

Trending News

  • Aksi Diam, Aksi Diam UIN Walisongo, Perpustakaan UIN Walisongo, Aksi Diam Perpustakaan, Perkuliahan Hybrid UIN Walisongo

    Beberapa Mahasiswa UIN Walisongo Gelar Aksi Diam Tuntut Kembalikan Jam Normal Perpustakaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 7 Atribut Ini Wajib Dikenakan Saat Wisuda

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Filosofi Toga yang Harus Wisudawan Tahu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • The Night Comes for Us: Banjir Darah Manusia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membaca dan Menelaah Falsafah Mandor Klungsu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 5 Aksi Kecil Menjaga Bumi yang Kita Huni

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Amanat.id

Copyright © 2012-2026 Amanat.id

Navigasi

  • Tentang Kami
  • Media Partner
  • Advertorial
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Kontak

Ikuti Kami

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
  • Login
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result

Copyright © 2012-2026 Amanat.id

Send this to a friend