
Amanat.id- Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo mengeluarkan Surat Edaran Nomor: 1901/Un.10.0/R1/DA.00.01/04/2023 tentang program wajib ma’had bagi seluruh mahasiswa baru (maba) tahun ajaran 2023/2024.
Didasari oleh Keputusan Rektor UIN Walisongo Semarang Nomor 694 Tahun 2022, program tersebut mengharuskan para mahasiswa baru mengikuti alur penempatan sebagai berikut:
- Mahasiswa putri menempati Ma’had Al-Jami’ah UIN Walisongo yang berlokasi di kampus 2
- Mahasiswa putra menempati pondok pesantren mitra yang sudah bekerja sama dengan UIN
- Penempatan mahasiswa putri di Ma’had Al-Jami’ah dibagi menjadi dua kelompok, kelompok l masuk pada semester 1 dan kelompok ll masuk pada semester 2
Para mahasiswa baru harus membayar biaya sebesar Rp3.000.000,00 sesuai dengan jadwal berikut:
- SNBP: 19 April s.d. 12 Mei 2023
- SPAN-PTKIN: 28 April s.d. 12 Mei 2023
- Jalur Mandiri Prestasi dan Kerja sama: 10 s.d. 22 Mei 2023
- UM-PTKIN: 7 s.d. 13 Juli 2023
- UTBK-SNBT: 6 s.d. 12 Juli 2023
- Seleksi Jalur Mandiri: 18 s.d. 25 Juli 2023
- Seleksi Jalur Mahasiswa lnternasional: 4 s.d. 18 April 2023
Mahasiswa kelompok I diminta datang ke Ma’had Al-Jami’ah atau pondok pesantren mitra mulai tanggal 24 s.d. 31 Juli 2023 dengan membawa bukti pembayaran ma’had.
Menanggapi program wajib ma’had tersebut, Wakil Rektor (WR) 1 UIN Walisongo, Mukhsin Jamil mengatakan bahwa pembagian alur penempatan dilakukan agar dapat menjangkau seluruh mahasiswa baru.
“Saat ini ma’had baru bisa menampung sekitar 2.200 mahasiswa. Makanya dijalankan program satu semester dulu supaya merata. Mereka akan dianjurkan untuk melanjutkan ke pondok mitra pada semester selanjutnya,” jelasnya saat diwawancarai oleh tim Amanat.id, Selasa (18/04/2023).
Mukhsin juga memberi penjelasan mengenai program wajib ma’had yang menjadi syarat pengisian Kartu Rencana Studi (KRS) dan sidang skripsi.
“Ya agar semua terikat. Kalau semisal ada yang protes, tidak apa-apa. Tinggal dihadapi dan beri klarifikasi kepada mereka,” tuturnya.
Salah satu mahasiswa baru tahun 2023, Gilang Syafiq Ramadan mengaku belum mengetahui tentang program wajib ma’had tersebut.
“Memang wajib, ya? Tidak ada pemberitahuan sama sekali di awal pendaftaran,” ujarnya.
Gilang juga merasa keberatan karena kegiatan di luar kampus akan dibatasi.
“Yang pasti alasannya gak bisa sebebas kalau nge-kos,” lanjutnya.
Sebaliknya, Mahasiswa baru Program Studi (Prodi) Bimbingan Penyuluhan Islam, Muna Syarifah tak terlalu mempermasalahkan program wajib ma’had yang berlaku.
“Sebenernya gak pengen ma’had soalnya udah pernah mondok, tapi kalau memang wajib, aku mau aja, kok,” ujarnya.
Reporter: Erika Layliyah
Editor: Revina