Siapa intelektual? Pertanyaan ini tak terjawab dalam tulisan Farid Gaban (pemimpin redaksi geotimes.com),“penghianatan kaum intelektual”. Kritiknya yang menohok pada kelompotan dukungan alumni berbagai perguruan tinggi kepada 01 atau 02, seolah meniscayakan yang masuk dalam cakupan kritiknya adalah para intelektual.
Tentu bukan. Dan, intelektual tidak selatah itu. Ada definisi yang kabur. Elemen perguruan tinggi yang disamanilaikan.Tentu juga, ada beda produk-produk manusia oleh perguruan tinggi; Sarjana, ilmuwan, dan intelektual.
Sarjana adalah orang yang lulus dari Perguruan Tinggi dengan membawa gelar. Ilmuwan adalah orang yang mendalami ilmunya, kemudian mengembangkan ilmunya, baik dengan pengamatan maupun dengan analisisnya sendiri.
Di antara sekian banyak sarjana, beberapa orang sajalah yang kemudian berkembang menjadi ilmuwan. Sebagian besar terbenam dalam kegiatan rutin, dan menjadi tukang-tukang professional.
Intelektual bukan semata sarjana atau ilmuwan, namun mereka yang merasa terpanggil untuk memperbaiki masyarakatnya, menangkap aspirasi mereka, merumuskannya dalam bahasa yang dapat dipahami setiap orang, menawarkan strategi dan alternatif pemecahan masalah.
Julien Benda dalam La Trahison Des Clercs (1927): Intelektual adalah pejuang kebenaran dan keadilan, tekun dan menikmati bidang yang digelutinya, Tidak ditunggangi ambisius materi dan kepentingan sesaat, Berani keluar dari sarangnya untuk memprotes ketidakadilan dan menyuarakan kebenaran, walau mahal resikonya, dan oleh itu ia tidak takut penjara atau hidup susah.
Lalu, di mana posisi kelompotan alumni perguruan tinggi yang memantapkan dukungannya pada capres-cawapres yang hari ini sedang berlaga? Mereka pasti sarjana, magister, doktoral, atau bahkan ilmuwan. Namun, siapaa yang berani mengatakan mereka intelektual?
Kritik Farid Gaban, terhadap fenomena “memalukan” memang perlu. Namun, memasarkan kata intelektual sedemikian rupa juga bukan sebutan yang tetap untuk menggambarkan keadaan. Bisa-bisa, sebutan intelektual hari ini bernasib sama dengan sebutan ulama di masyarakat.
Penulis: Sigit Aulia Firdaus