Amanat.id– Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo gelar acara ta’aruf dan silaturrahim walisantri ma’had Al-Jamiah yang dihadiri oleh pimpinan UIN Walisongo Semarang. Berlangsung di Masjid Al-I’tiraf Kampus 2 UIN Walisongo Semarang. Minggu, (24/07/22).
Rektor UIN Walisongo, Imam Taufiq sampaikan himbauan dari Kementerian Agama (Kemenag) terkait Ma’had Al-Jamiah UIN Walisongo.
“Himbauan dari Kementerian Agama, mahasiswa harus mendapat pemahaman agama yang lebih dikarenakan banyak mahasiswa dari PTKIN yang tidak bisa baca tulis Al Qur’an dan pemahaman tentang agamanya sedikit. Maka, UIN Walisongo tidak hanya memiliki ma’had namun juga memiliki mitra ma’had,” ujar Rektor saat memaparkan program penyelenggaraan ma’had.
Imam mengatakan bahwa, banyak perguruan tinggi yang dihimbau untuk membangun ma’had, UIN Walisongo punya peluang karena lahannya yang luas.
“Kemenag memang menghimbau adanya ma’had untuk universitas, dan beruntungnya UIN Walisongo memiliki lahan luas sehingga bisa membangun dan seluruh mahasiswa akan mengikuti program ma’had. Namun, untuk sekarang ma’had belum mampu menampung banyak santri,” tuturnya.
Amir Tajrid menuturkan jika ma’had sekarang diisi oleh penerima KIP, mahasiswa Internasional, mahasiswa yang lulus Ujian Masuk Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (UMPTKIN) tapi dengan nilai mata uji bahasa, keislaman, dan BTQ rendah, serta santri reguler.
“Santri ma’had saat ini terdiri dari mahasiswa penerima beasiswa KIP, mahasiswa Internasional, mahasiswa yang lulus UMPTKIN tapi yang nilai mata uji bahasa, keislaman, dan BTQ rendah, santri reguler yang daftar atas keinginan sendiri,” tutur Amir Tajrid.
Amir Tajrid juga menjelaskan, kedatangan santri pada tanggal 24 adalah para santri yang sudah diberitahu wajib masuk ma’had. Tanggal 30 Juli untuk santri reguler dan KIP, serta 31 Juli untuk santri UMPTKIN.
Dari berbagai pertanyaan walisantri, pimpinan memberikan penjelasan jika penempatan mahad itu wajib, walaupun mereka sudah mendaftar di pondok lain. Meskipun ada usulan dari walisantri agar penempatan mahad itu pilihan dikarenakan banyak mahasiswa yang tempat tinggalnya dekat kampus, namun Ahmad Ismail menerangkan jika hal tersebut wajib.
“Santri yang sudah diwajibkan untuk ma’had maka tetap harus ma’had, karena ma’had akan membimbing mahasiswa secara menyeluruh, salah satunya melalui skema ma’had,” ucap Ismail.
“Pembayaran ma’had dimulai tanggal 15-30 Agustus sebesar 6 juta, mahasiswa yang ingin tetap aktif di kegiatan kampus tetap dapat mengikuti dengan syarat pulang di jam yang sudah ditentukan ma’had, aktivitas ma’had dijamin terkontrol dan bermanfaat,” tambahnya.
Reporter: Ika Asmani