
Amanat.id- Demonstrasi yang dilakukan oleh Aliansi Mahasiswa Semarang bersama masyarakat sipil dalam rangka menggugat kebijakan Pemerintahan Prabowo-Gibran terjadi di dua tempat berbeda, yaitu di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jawa Tengah dan Balaikota Semarang, Selasa (18/2/2025).
Terpecahnya massa aksi menjadi dua ini diakui karena adanya perbedaan hasil konsolidasi serta penekanan tuntutan antara Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Semarang Raya (SERA) dan Pimpinan Komisariat (PK) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang yang dilakukan secara terpisah.
Koordinator Lapangan (Korlap) Universitas Diponegoro (UNDIP), Aufa Atarik menyatakan bahwa skenario aksi dari konsolidasi bersama Aliansi BEM SERA memang memliki skema dua titik tempat aksi.
“Memang dua titik, kan tadi dari balaikota dan di sini,” ucapnya saat diwawancarai langsung oleh tim Amanat.id.
Ia menjelaskan alasan terpecahnya aksi tersebut di karenakan massa aksi dari UIN Walisongo sudah melakukan blokade terlebih dahulu di Jalan Pantura.
“Karena sebelumnya temen-temen dari UIN Walisongo melakukan blokade dulu di Pantura,”tuturnya.
Tambahnya, perwakilan dari UIN Walisongo tidak ada yang mengikuti konsolidasi Aliansi BEM SERA karena dari UIN Walisongo mengadakan konsolidasi sendiri secara terpisah.
“Juga temen temen dari UIN Walisongo tidak mengikuti konsolidasi, karena mereka konsolidasinya sendiri,” ujarnya.
Salah satu anggota BEM Universitas PGRI Semarang (UPGRIS), Roy mengaku sudah berkomunikasi Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) UIN Walisongo, tetapi tidak digubris.
“Kalau komunikasi ke Presma UIN Walisongo yang baru sampai sore ini saya hubungi tidak ada respon,” akunya.
Roy mengatakan aksi terpisah yang diinisiasi oleh PK PMII UIN Walisongo bukan rencana konsolidasi BEM SERA.
“Sempat ada isu UIN Walisongo mengadakan aksi sendiri di Balaikota, cuma pada akhirnya aksi itu di luar dari konsolidasi. Karena waktu konsolidasi UIN Walisongo memang tidak hadir,” katanya.
Sementara itu Ketua PK PMII UIN Walisongo, M. Alfian Azizi menyatakan massa aksi yang berdemonstrasi di Balaikota Semarang yang kemudian bergabung di Gedung DPRD merupakan perwakilan dari PK PMII UIN Walisongo.
“Kami yang menyusul ini dari PK PMII UIN Walisongo,” ucapnya.
Ia juga mengatakan koordinasi yang telah dilakukan BEM SERA ditujukan kepada DEMA UIN Walisongo.
“Menghubunginya kan DEMA,” ujarnya.
Menurutnya aksi yang dilakukan di Balaikota Semarang murni atas nama PK PMII UIN Walisongo.
“Kita tadi aksi independen atas nama PK PMII UIN Walisongo,” tuturnya.
Alfian juga menjelaskan pemilihan tempat di Balaikota Semarang karena setiap tempat baginya perlu untuk dijejaki aksi.
“Semua tempat itu perlu dijejaki aksi,” katanya
Salah satu peserta aksi dari UIN Walisongo, Rian Wisnal menyebutkan alasan dari terpecahnya aksi menjadi dua akibat internal dari PK PMII UIN Walisongo mengadakan konsolidasi sendiri dengan kajian dan tuntutan yang berbeda.
“Karena internal dari PMII Komisariat UIN Walisongo melakukan konsolidasi sendiri dengan kajian yang berbeda dan dengan tuntutan yang berbeda pula,” ucapnya.
Ia mengungkapkan kesepakatan dari konsolidasi PK PMII UIN Walisongo malam hari sebelumnya memutuskan aksi untuk diselenggarakan di Balaikota Semarang.
“Awalnya memang kesepakatan konsolidasi tadi malam itu, untuk aksi di balaikota,”ungkapnya.
Setelah pembacaan tuntutan, sambungnya, massa di Balaikota Semarang akhirnya berpindah untuk mengikuti aksi yang diselenggarakan Aliansi BEM SERA.
“Yang kemudian di karenakan teman-teman dari BEM SERA itu membutuhkan kami sebagai massa, jadi kami setelah di balaikota membacakan tuntutan langsung kesini” tuturnya.
Reporter: Muhammad Geizka Arielta
Editor: Gojali