
Tembok-tembok sunyi tanpa bunyi
Dibaliknya kenangan berbahagia
Penuh dengan kebisingan
Meratakan waktu yang hampir tak dapat diperbaiki
Ruang tv yang semula penuh kehangatan
Kini hanya bisu yang tertinggal
Tetes demi tetes kata yang menyayat hati
Membawa bekas luka dibalik kebahagiaan sunyi
Sambil menyisir jalan ditemani bayangan
Kucari kehangatan yang mulai menghilang
Namun, rumahnya telah hancur
Tiang-tiangnya telah rapuh
Di mana kehangatan itu?
Mengapa lukanya begitu menganga?
Pantaskan rapuh sedalam ini?
Di tengah tubuh yang tegap berdiri?
Januari, 2025
Rizka Nur Nahdia Maramis (Warga Kampoeng Sastra Soeket Teki)