gambar: dok. internet |
ada bulan di bibirmu
pada roman mukanya, dua bilah sabit berapit
memancar sinar di setiap sisinya
serupa purnama, lalu tersenyum padaku
waktu matahari terbenam
tak dibutuhkan lagi parafin dengan sumbu
ditengahnya
dan cahayamu menerangjelaskan di tiap penjuru
gelap
sungguh, aku melihatnya
: ada bulan di bibirmu.
2015
menulis tentangmu
ketika aku berpikir menulis tentangmu
dari mata telinga dan bibir
sampai utuh sekujur tubuh
agar tak ada yang mengenalinya
aku menulisnya dari timah air mata
saat kau tulis kisahku, tulis dengan darahmu
adakah yang lebih abadi dari kisahku kisahmu.
2015
ojhen
sejak burung-burung berlepasansan
dari matamu, ia tak lagi
mengirimkan pesan
sepenuh perasaan, ku kirim pada langit
tumpah di laut dadamu
demi awan yang menggumpal di atas,
aku hendak jatuhkan satu persatu puisi yang tak begitu rumit
dari sela jari-jemariku agar mudah kau pahami.
pandangilah dari balik jendela atau pintu yang kau buka separuh,
pahami lagu-lagu air yang berjatuhan
sebab itulah pesannya
demi angin yang berhembus,
aku-kau pernah melambung tinggi ke udara
meraih cinta
hingga sampai pada bagian yang paling sedih
perjalanan melukis topan dan petir
menghapus peta dan waktu
kekasih, sucikan aku dari bayang wajahmu.
sucikan aku.
2017
Catatan: Ojhen adalah bahasa madura dari kata hujan.
HASAN TAROWAN, penyair muda kelahiran Sumenep 13 pebruari 1995. Antologi puisi tunggalnya “orang mabuk di negeri mahapetry” (2016) dan antologi bersama “sajak anak negeri” (2017). Aktif di komunitas Soeket Teki dan pengelola Komunitas sastra Silang Pertemuan Semarang. Pemilik cita-cita sederhana dan sepele: bangun pagi.