
Amanat.id- Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo mengadakan seminar dalam rangka Grand 21th Anniversary of English Education Department dan 11th English Department Student Association di Auditorium II Kampus 3, Kamis (15/5/2025).
Seminar yang mengusung tema “Strengthening Solidarity, Unlocking Potential, and Creating Boundless Opportunities” tersebut menghadirkan Nanda Pambudi.
Nanda mengingatkan pentingnya memiliki rencana dalam dalam hidup.
“Ketika lulus SMP, SMA, akan terlontar kata ’inilah dunia baru’ sama juga saat lulus kuliah, apa rencana selanjutnya? Kita harus tahu apa yang akan dilakukan ke depannya,” katanya.
Ia menjelaskan bahwa hal yang harus dilakukan adalah membuat keputusan untuk menentukan langkah awal.
“Kita harus punya keputusan untuk menentukan langkah awal karena itu paling berat. Bisa diakali dengan melakukan diskusi dan membahas apa yang ingin dilakukan,” jelasnya.
Menurut Nanda kurangnya keterampilan digital menjadi penyebab banyaknya lulusan perguruan tinggi yang menganggur.
”Dari Kominfo, Indonesia diperkirakan butuh 9 juta talenta digital hingga 2030 tetapi suplai dari pendidikan formal hanya 600 ribu per tahun, sedangkan tingkat pengangguran tertinggi datang dari lulusan universitas itu tidak siap kerja, minim soft skill,” ungkapnya.
Ia mengatakan adanya kesenjangan digital dan skill di antara mahasiswa.
”Mahasiswa memang familiar dengan digital tetapi skill masih menjadi pertanyaan, padahal di dunia kerja dituntut memiliki skill atau hanya akan dianggap just talking,” ucapnya.
Lanjutnya, solusi yang dapat dilakukan adalah menyiapkan pasar kerja digital dan sering mengikuti pelatihan.
”Harus mempersiapkan pasar kerja digital juga dengan keterampilan teknis seperti alat dan platform digital serta membangun komunikasi, kerja tim, dan kemampuan beradaptasi,” ujarnya.
Menurutnya, mahasiwa juga harus peka dengan berbagai peluang.
“Sekarang mahasiswa kependidikan bukan hanya bisa jadi guru, tetapi bisa writer, blogger, produksi video, translator dan lainnya, jangan membuat keputusan berdasarkan asumsi yang hanya membuat kita takut mencoba,” tuturnya.
Nanda mengingatkan bahwa setiap individu mahasiswa berhak dan memiliki kesempatan yang sama untuk mencapai sesuatu.
”Mahasiswa dalam perkuliahan itu memiliki kesempatan yang sama, ada kesempatan dicoba, tidak ada salahnya karena memperdalam ilmu dan meningkatkan skill itu hal yang bagus,” pungkasnya.
Reporter: Nailatul Fitroh