Amanat.id- Kelompok Peduli Sosial dan Remaja (KPSR) Fakultas Psikologi dan Kesehatan (FPK) Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo mengadakan Workshop BISINDO dengan tema “Bahasa Isyarat: Bicara Tanpa Syarat” secara offline di Gedung IsDB Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Kampus 3, Sabtu (27/05/2023).
Salah satu Juru Bicara Isyarat Gerakan Tunarungu Indonesia (GERKATIN) Kota Semarang, Sutanto Saputro turut hadir sebagai salah satu pembicara.
Sutanto mengatakan bahwa juru bicara isyarat dalam dunia disabilitas berfungsi sebagai akomodasi dan transportasi.
“Dalam dunia disabilitas, kita bisa menjadi akomodasi pada saat terjadinya event besar secara offline dan menjadi transportasi pada saat ada acara di televisi,” tuturnya.
Tak hanya itu, lanjutnya, juru bicara isyarat juga berfungsi sebagai jembatan informasi dari masyarakat kepada sahabat tuli.
“Fungsi juru bicara isyarat adalah sebagai jembatan informasi dari masyarakat kepada teman-teman disabilitas tuli,” tambahnya.
Ia menuturkan bahwa juru bicara isyarat harus dipilih oleh sahabat tuli, bukan mengajukan diri sendiri.
“Kami tidak boleh mengajukan diri sendiri. Jadi, harus dipilih oleh teman-teman tuli,” ucapnya.
Sutanto pun menjelaskan tiga kode etik juru bicara isyarat.
“Memakai baju hitam dan tidak boleh pakai perhiasan, tetapi adakalanya kita izin di awal dulu kepada teman-teman tuli,” paparnya.
Menurutnya, perbedaan bahasa isyarat di setiap daerah menjadi kendala yang ia alami selama menjadi juru bicara isyarat.
“Saat kita dipanggil ke daerah lain, sudah berbeda bahasa isyaratnya,” pungkasnya.
Reporter: Aissya Salsa
Editor: Revina