
Amanat.id- Dinda sempat menunjukkan ekspresi bingung ketika hendak memasuki area gazebo Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). Lantaran gazebo tempat yang biasa ia gunakan untuk mengerjakan tugas, kini roboh dan belum adanya renovasi, Rabu (29/03/2023).
Menurut mahasiswi Ilmu Politik ini, kayu yang keropos menjadi salah satu faktor robohnya gazebo di taman FISIP tersebut.
“Memang sudah lama terlihat keropos. Jadi, lama-kelamaan pada roboh,” ujarnya.
Senada dengan Muhammad Dhafa. Ia merasa robohnya gazebo menjadikan area taman FISIP tidak bagus untuk dilihat.
“Fasilitasnya jadi berkurang dan kurang enak dilihat,” ucap mahasiswa Ilmu Sosiologi tersebut.
Bekal Wajah Baru
Kepala Bagian (Kabag) Tata Usaha FISIP, Siti Bararah justru baru mengetahui informasi robohnya gazebo di taman FISIP saat ditemui oleh tim Amanat.id, Rabu (29/03/2023).
“Saya tahu sejak diberitahu dan survei langsung dengan Amanat,” ujarnya secara tertulis.
Mengetahui hal tersebut, Bararah menyampaikan bahwa perlu waktu dalam memperbaiki gazebo.
“Secara anggaran, perbaikan gazebo yang roboh ini nantinya masuk dalam data anggaran tahun 2024. Jadi, tidak semudah itu,” ungkapnya.
Wakil Dekan (WD) 2 FISIP, Tolkhatul Khair memberitahukan bahwa sebelumnya juga mahasiswa protes lantaran pembangunan gazebo di masa pandemi.
“Kenapa dulu mahasiswa banyak yang protes saat pembangunan gazebo di masa pandemi. Sekarang roboh, protes lagi,” keluh Tolkha saat diwawancarai oleh tim Amanat.id, Jum’at (31/03/2023).
Ia menjelaskan bahwa pihak fakultas sudah melakukan negosiasi dengan rekanan.
“Sudah ada kerja sama dengan rekanan, tapi terlalu mahal. Saat ditawari yang murah, kami menolak karena kualitasnya juga kurang baik,” ujarnya.
Gazebo FISIP tersebut, lanjut Tolkha, sudah pernah roboh tahun lalu, sehingga pihak fakultas tidak ingin dirugikan lagi.
Ia juga mengatakan bahwa material gazebo yang roboh akan diganti dengan besi.
“Tahun ini roboh lagi, sedangkan garansinya sudah habis. Sebab itu, kami berencana mengganti materialnya dengan besi,” sambung Tolkha.
Tolkha menuturkan, rekanan masih mencari bahan yang bisa berimplikasi pada penurunan penawaran.
“Terakhir Jum’at lalu, rekanan masih mencari bahan yang bisa berimplikasi pada penurunan penawaran,” ujarnya.
Setengah dari Uang Kuliah Tunggal (UKT) mahasiswa, lanjutnya, digunakan untuk pembangunan sarana dan prasarana kampus, termasuk gazebo.
“Mahasiswa pada protes karena pembangunan gazebo menggunakan UKT. Saat sudah dibangun, dibuat nongkrong dan pacaran,” ujarnya.
Tolkha pun berharap agar mahasiswa merawat dan menggunakan fasilitas kampus sesuai tujuan.
“Semoga mahasiswa menggunakan fasilitas kampus sesuai tujuan, merawat agar tetap dalam kondisi yang prima, menjaga kebersihan, dan memaklumi seandainya ada kekurangan,” harapnya.
Reporter: Aissya Salsa
Editor: Revina