Amanat.id- Sejak dibukanya beragam jalur Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) 2024, Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo beberapa kali melakukan perpanjangan.
Ada empat jalur yang diperpanjang, di antaranya Ujian Mandiri (UM), Jalur Prestasi dan Kerja sama, Nilai Prestasi Rapor, serta Jalur Nilai UTBK dan UM-PTKIN.
Menanggapi hal ini, Kepala Bagian (Kabag) Akademik dan kemahasiswaan UIN Walisongo, Nurrohman mengungkapkan bahwa kuota mahasiswa baru adalah 5000, tetapi hanya sekitar 3000 orang yang melakukan daftar ulang.
“Kuota untuk mahasiswa baru ada 5000, sedangkan mahasiswa yang sudah daftar ulang ada sekitar 3000-an. Itu belum termasuk jalur mandiri,” ucapnya saat diwawancarai oleh tim Amanat.id, Senin (29/7/2024).
Menurutnya, program ma’had berpengaruh dalam proses PMB UIN Walisongo.
“Program ma’had ini mungkin juga berpengaruh terhadap PMB, tapi tidak begitu signifikan,” tuturnya.
Tak hanya itu, ia juga menuturkan bahwa ada persaingan antar kampus di Indonesia.
“Faktor persaingan antar kampus pasti ada, mereka (calon mahasiswa baru) berhak memilih kampus yang baik menurut mereka,” tuturnya.
Nurrohman juga berpendapat, saat ini minat lulusan Sekolah Menengah Akhir (SMA) untuk melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi berkurang.
“Minat masyarakat Indonesia untuk berkuliah secara keseluruhan sedang turun, jadi kejadian ini tidak hanya terjadi di UIN Walisongo,” tuturnya.
Lanjutnya, Organisasi Mahasiswa (Ormawa) mempunyai pengaruh untuk meningkatkan minat berkuliah di UIN Walisongo.
“Jika mereka mem-blow up hal positif tentunya akan berdampak, begitu pula hal negatif,” ujarnya.
Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Walisongo, Silvi Nararia mengaku sudah tidak kaget dengan adaya perpanjangan tersebut. Menurutnya, UIN Walisongo sudah terbiasa mengundur waktu.
“Saya tidak kaget karena UIN sudah terbiasa molorin waktu yang mengakibatkan sesuatu jadi tidak kondusif,” tuturnya, Selasa (30/7/2024).
Ia berpendapat bahwa program ma’had bagus karena mahasiswa baru tidak perlu susah-susah untuk mencari tempat tinggal.
“Program ma’had sebenarnya juga menguntungkan bagi mahasiswa karena mereka tidak perlu mencari kos, sementara mereka baru pertama kali di Semarang,” sambungnya.
Sementara Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Walisongo, Reza Arfian berpendapat bahwa perpanjangan PMB bisa memberikan kesempatan lebih luas kepada calon mahasiswa baru untuk mendaftar.
“Memberi kesempatan yang luas bagi calon mahasiswa baru yang mungkin terkendala waktu atau administrasi,” jelasnya.
Menurutnya, program ma’had menjadi daya tarik mahasiswa yang ingin mendalami ilmu agama.
“Ma’had menjadi daya tarik tersendiri bagi calon mahasiswa baru yang ingin mendalami ilmu agama ketika mendaftar,” lanjutnya.
Namun, sambungnya, juga akan mendapat penolakan jika membatasi kebebasan mahasiswa.
“Jika ma’had membatasi kebebasan dan biaya tinggi, maka akan terjadi penolakan dari maba,” ucapnya.
Senada dengan Reza, Mahasiswa baru Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK), Rosyada Laila merasa tidak keberatan dengan adanya program ma’had.
“Saya tidak keberatan dengan program ma’had karena sudah terbiasa dengan lingkungan pesantren,” tuturnya.
Ia mengatakan bahwa program ma’had bisa membentuk karakter mahasiswa dan menjadi ajang perkenalan.
“Program ma’had ini bagus karena bisa membentuk karakter dan juga saling mengenal dengan teman baru,” katanya.
Reporter: Niliyal Mahiro
Editor: Gojali