
Amanat.id- Mahasiswa Jurusan Ekonomi Islam, Qonita Nurun Nima Amalia berhasil meraih predikat wisudawan terbaik Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) pada wisuda sarjana ke-96 Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo yang digelar di Gedung Prof. TGK. Ismail Yaqub, Sabtu (24/5/2025).
Qonita mengungkapkan bahwa pencapaian tersebut di luar ekspektasinya.
“Perasaan awalnya nggak nyangka ya bisa jadi wisudawan terbaik. Tapi, alhamdulillah bersyukur banget bisa dapet kesempatan ini,” ujarnya.
Sejak awal perkuliahan, Qonita tidak menetapkan target khusus untuk menjadi wisudawan terbaik. Namun, ia konsisten menjaga nilai mata kuliah dengan prinsip minimal mendapatkan nilai B.
“Dari awal mahasiswa baru tidak ada target buat ke situ, tapi memang menjaga nilai mata kuliah. Soalnya IPK itu penting entah nanti mendaftar kerja atau lanjut kuliah. Jadi, menjaga banget buat matkul, kalau bisa minimal nilainya B lah,” ucapnya.
Ketertarikannya terhadap mata kuliah perhitungan dan pengolahan data membantu dirinya menyelesaikan skripsinya yang berjudul “Pengaruh Environment, Etos Kerja Islami, dan Efikasi Diri Terhadap Keputusan Menjadi Entrepreneur Muda (Studi Kasus Kantin Kontainer Dompet Dhuafa Jawa Tengah).”
“Sebenarnya nggak ada matkul favorit tapi karena aku udah mendalami skripsi dan mengambilnya kuantitatif jadi suka matakuliah SPSS dan ekonometrika, suka aja,” ucapnya.
Selama berkuliah, Qonita aktif di berbagai kegiatan, seperti tergabung dalam himpunan jurusan, fakultas hingga komunitas.
“Aku ikut Organisasi HMJ Ekonomi Islam saat semester 3, satu periode saja. Habis itu lanjut ke DEMA selama dua periode, periode pertama aku jadi sekretaris kementerian, periode kedua jadi bendahara umum. Selain itu juga aktif di UKM KOBI sejak maba,” jelasnya.
Kesibukan akademik dan organisasi ia atur dengan prinsip skala prioritas. Ia memilih untuk hanya mengikuti kegiatan yang benar-benar diminati dan sesuai dengan kemampuannya.
“Kalau soal bagi waktu aku pakai skala prioritas aja, karena kalau ikut organisasi pasti harus punya tanggung jawab disitu, karena kalau nggak niat dari awal biasanya nggak berjalan. Jadi, aku masuk ke organisasi yang aku suka dan merasa mampu,” katanya.
Qonita mengungkapkan dirinya mengalami masa sulit yang datang pada akhir tahun lalu saat ayahnya sakit dan meninggal dunia di tengah pengerjaan skripsi.
“Aku down itu baru tahun kemarin, bulan Desember di tengah-tengah mengerjakan skripsi. Ayah saya yang sakit meninggal, saat itu berhenti beberapa bulan,” ungkapnya.
Qonita pun mulai bangkit dan melanjutkan menulis skripsinya karena teringat keinginan almarhum Ayahnya.
“Tapi akhirnya Agustus aku termotivasi buat mulai lanjut nulis skripsi karena ingat keinginan bapak yang ingin aku lulus sesuai waktunya,” lanjutkan.
Perjalanan akademik Qonita juga dibantu oleh beasiswa dari Dompet Dhuafa dan BAZNAS Kota Semarang.
“Waktu kuliah aku juga ngambil beasiswa di Dompet Dhuafa dan BAZNAS Kota Semarang, jadi dua tahun terakhir ini aku bayar UKT sendiri,” jelasnya.
Ia berencana untuk bekerja terlebih dahulu sambil menunggu peluang beasiswa agar bisa melanjutkan studi S2.
“Kalau belum dapat kesempatan beasiswa, ya aku kerja dulu, dari hasil jerih payah sendiri untuk kuliah lagi,” ungkapnya.
Meski tidak memiliki cita-cita spesifik sejak kecil, Qonita bertekad untuk menjadi sosok yang mandiri dan sukses dengan usaha sendiri.
“Dulu aku tuh nggak punya cita-cita yang pasti, cuma aku emang kepengennya dari dulu jadi sukses, pengen jadi independen yang berkarir dengan cara sendiri,” ungkapnya.
Lanjutnya, ia percaya bahwa proses, termasuk yang menyakitkan sekalipun adalah bagian dari pencapaian.
“Aku harus bisa berdiri sendiri, payah sendiri, jadi capek dan senengnya tuh sendiri, proses semuanya bisa dinikmati semuanya. Bangga pastinya dari hasil itu,” tutupnya.
Reporter: Ahmad Kholilurrokhman