rel kereta api: nugroholuvi |
Kota yang Sembunyi di Dadamu
bila ada buku untuk mencatatnya
hidup mengisi dirinya dengan perjalanan-perjalanan,
sebagian lain hanyalah pertanyaan serta pernyataan yang sulit dimengerti.
matamu sebuah pintu lain, Nun
yang terbuka dan memanggil,
mengajari anak manusia membuat langkah pertama untuk mengakhiri perjalanan
sebab telah menemukan jawaban
telah dibunyikannya sirine
pada malam yang sendiri, aku berada di dalam satu barisan panjang
gerbong-gerbong kereta, di sebuah kota,
yang semuanya tentang dirimu.
Jalan berkelok itu, terminal itu, pelabuhan-pelabuhan dan semua hal
yang mengajari aku perihal perjalanan,
hanya menuju kota-kota yang sembunyi di dadamu.
Seperti kepergian orang-orang tercinta,
hidup dan pengetahuanku tentang tujuan adalah bening air matamu
di sana, malaikat-malaikat mendayung di atas awan
melayari langit
pulang ke negeri jauh, tempat manusia-manusia memiliki kepercayaan.
dan pada malam yang lain,
aku berdiam di lengkung bibirmu.
Semarang, 2017.
tuliskan puisi untukku
aku ingin kau tulis puisi untukku. satu saja.
hingga tak ada lagi rasa cemas
penolakan atas segala rayu
karena cinta menaruh cerita sendiri untuk
dikisahkan
seperti rumi yang mengisahkan kegilaan cintanya
melalui larik-larik
seperti hujan yang mengisahkan rindunya melalui
rintik
seperti cintaku engkau akan mengisahkan dalam
penolakan
aku ingin kau tuliskan puisi untukku. tak banyak.
satu saja.
sebagai penghibur saat air mataku tumpah,
menggenang
saat semua orang tak mampu lagi meramal untuk
siapa aku menumpahkannya.
tidak padamu, bukan juga yang lain
akan kubiarkan, kemana air mata itu mengalir
hingga mengkristal, barsinar bagai bintang di
lengkung langit
tuliskan untukku.
barang kali hanya puisi yang akan menemaniku
bukan kamu, bukan juga yang lain.
Semarang, 2015.
HASAN TAROWAN, penyair muda kelahiran Sumenep 13 pebruari 1995. Antologi puisi tunggalnya “orang mabuk di negeri mahapetry” (2016) dan antologi bersama “sajak anak negeri” (2017). Aktif di komunitas Soeket Teki dan pengelola Komunitas sastra Silang Pertemuan Semarang. Pemilik cita-cita sederhana dan sepele: bangun pagi.