
Di pangkuan bumi yang resah, ia berbaring
Terhias embun menjerat napas
Kulitnya sarat rindu pada api
Namun, hujan telah menjahitnya dengan dingin
Bagai harapan yang basah
Sinarnya terkurung dalam kabut malam
Tiap seratnya bersenandung lirih
Menanti angin menghapus jejak beku
Langit,
Cawan perak yang tumpah
Menitipkan dingin pada tubuhnya
Di sela gigilnya beku,
Ada nyala kecil yang belajar bertahan.
Dalam diam tersimpan cahaya
Percikan kecil yang bermimpi menjadi bara
Saat fajar menebar selendang hangat
Ia bangkit,
Tak hanya menyala
Menari, menjelma nyanyian paripurna
Januari 2025
Rio Ramadhan (Warga Kampoeng Sastra Soeket Teki)