Amanat.id- American Corner (Amcor) Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo bersama US Embassy Jakarta mengadakan Talkshow “Gender Equality and Women’s Right Gender in Men’s Perspective in Islam” di Gedung Amcor Kampus 3, Rabu (22/5/2024).
Dosen Sastra Indonesia dan Antropologi Sosial Universitas Diponegoro, Suryanto hadir menjadi pemateri.
Suryanto memaparkan empat aspek untuk mengukur kesetaraan gender.
“Aspek untuk mengukur kesetaraan gender adalah akses, kontrol, manfaat, dan partispasi terhadap sumber daya,”
Ia kemudian menjelaskan tentang paradigma pembangunan berperspektif gender.
“Pertama, women in development, yaitu pembangunan yang melibatkan perempuan,” ucapnya.
Lanjut Suryanto, paradigma kedua adalah gender and development.
“Gender and development, yaitu tidak hanya fokus perempuan dan laki-laki, tapi bagaimana relasi antara keduanya,” imbuhnya.
Paradigma terakhir, sambungnya, adalah gender mainstreaming.
“Gender mainstreaming, yaitu dalam semua perencanaan kebijakan, program, dan proyek harus memperhitungkan kepentingan laki-laki dan perempuan,” ujarnya.
Suryanto pun menjelaskan tiga faktor kritis untuk mengimplementasikan gender mainstreaming.
“Hindari malebacklash atau reaksi negatif dari laki-laki yang apriori terhadap perjuangan tersebut,” tuturnya.
Ia menambahkan, perlu ada perhitungan nilai tradisional ke nilai modern.
“Perhitungkan nilai tradisional ke nilai modern. Dalam konteks laki-laki dan perempuan dikenal dengan transisi demografi kedua, jatuhnya angka perkawinan dan meningkatnya angka kumpul kebo dan perceraian,” paparnya.
Selain itu, Suryanto juga menekankan pentingnya perhitungan jebakan gender.
“Perhitungkan tentang gender trap. Kesetaraan tidak berarti kuantitatif, semua harus sama,” katanya.
Di akhir, ia menegaskan esensi kesetaraan gender bagi laki-laki dan perempuan.
“Kesetaraan adalah adanya kebersamaan, saling memahami, menghargai. Ada peran gender yang harus diperjuangkan,” pungkasnya.
Reporter: Revina Annisa