• Tentang Kami
  • Media Partner
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Advertorial
  • Kontak
Sabtu, 19 Juli 2025
  • Login
Amanat.id
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
Amanat.id

Agama Teknologi: Antara Hasrat, Moral, dan Spiritual dalam Cyberspace

Di dalam cyberspace setiap orang dipersilakan memilih versi ‘Tuhan’-nya sendiri, sesuai dengan keinginan dan seleranya masing-masing

by Rizkyana Maghfiroh
2 tahun ago
in Rak
0
Dunia yang Berlari, Agama Teknologi
Ilustrasi buku Dunia yang Berlari (dok.internet)

Yasraf Amir Piliang merupakan filsuf Indonesia yang aktif mengkaji topik sosial budaya. Kendati berlatar belakang bidang seni, Yasraf telah menelurkan buah pikirnya tentang Filsafat dalam 19 buku, salah satunya Dunia yang Berlari.

Perkembangan teknologi telah mewadahi hasrat manusia untuk menciptakan, mengembangkan, dan memperbarui. Teknologi berkembang begitu cepatnya sehingga sebagian manusia urban harus terseok untuk mengikuti. Dunia terus melaju, meninggalkan manusia-manusia di dalamnya yang terus lari di tempat; bak sekumpulan hamster yang terus dipacu berlari, tanpa berpindah tempat sama sekali.

Dunia yang berlari menjadi pisau bermata dua. Di satu sisi, pelbagai inovasi memudahkan kehidupan manusia. Di sisi lain, menjadi bumerang karena membawa manusia pada titik kehancuran berupa puncak ekstasi: halusinasi, kegilaan, tekanan, dan kepanikan. Manusia berada di titik “ketidakpuasan abadi”, berupaya mencapai lebih dan lebih lagi.

Terkikisnya Keimanan dan Moralitas

Kegilaan yang diciptakannya sendiri, telah membuat manusia menganggap dirinya tidak lagi membutuhkan Tuhan dan agama. Kemampuan manusia dalam menciptakan arus modernitas juga menciptakan persepsi bahwa Tuhan dan agama hanyalah takhayul dan terbelakang.

Di dalam cyberspace setiap orang dipersilakan memilih versi ‘Tuhan’-nya sendiri, sesuai dengan keinginan dan seleranya masing-masing. [77] Tak terkecuali menuhankan teknologi—yang dirasa lebih mampu memudahkan pekerjaan dan menjanjikan keuntungan. Dengan beragama teknologi, manusia tidak lagi dibatasi oleh berbagai aturan dan doktrin tertentu.

Baca juga

Potret Dehumanisasi Sosial dari yang Menangis Sepanjang Hari

Belenggu Kematian dan Eksploitasi Seksual

Paradoks Institusi Pendidikan

Keyakinan macam ini adalah kata lain dari keangkuhan manusia, bahwa kekuatan akal budi manusia diklaim dapat “melampaui” kemampuan Tuhan itu sendiri. [393]

Akibatnya, nilai moral ikut terkikis. Masyarakat kontemporer terperangkap dalam moral chaos, sebuah kondisi ketika tidak ada lagi batas antara benar-salah, baik-buruk, halal-haram. Media turut berperan mewadahi kegalauan moral ini. Kebodohan dipertontonkan dengan penuh kebanggaan, kehinaan diproduksi, bahkan tak sedikit pula yang menyajikan kesadisan dalam narasi penuh percaya diri. Selanjutnya, kegalauan moral memicu lenyapnya identitas.

Masifnya teknologi membuat manusia bebas tampil di jagat maya dengan identitas baru, palsu, ganda—bahkan jamak. Manusia dapat menjadi apapun dan siapapun. Konsep anonimitas kian memberi kebebasan kepada manusia dalam meleburkan batas-batas rahasia dan privasi. Segalanya dibuka, diciptakan, diproduksi, dipertontonkan, bahkan dijual tanpa adanya moral dan kultural yang membentengi.

*

Dalam Dunia yang Berlari, Yasraf mengupas tuntas paradoks-paradoks yang dialami masyarakat kontemporer. Pembahasan terbagi dalam tiga babak, yang kemudian dipecahkan lagi menjadi 23 bab. Babak “Dromologi” berisi perubahan dan perkembangan dunia yang kian pesat demi memenuhi nafsu manusia di dalamnya. Nafsu-nafsu itulah yang mengantarkan manusia pada imoralitas dan individualitas.

Babak “Implosi” menjabarkan meledaknya kecenderungan manusia dalam bermedia sosial sebagai jantung kehidupan, hingga meninggalkan asas-asas spiritual dan realitas. Kapitalisme, konsumerisme, dan kekuatan media dalam menyetir arus sosial menjadi identitas lakon dalam babak Implosi.

Dan dalam babak terakhir, “Fantasmagoria” lebih fokus menguliti posisi Tuhan pada masa ini. Masihkah Tuhan dibutuhkan saat makhluk-Nya berorientasi pada angka dan euforia? Saking gilanya, manusia bahkan melakukan berbagai upaya untuk menyangkal kematian—salah satu takdir tak terelakkan.

Tema yang dibahas relevan dengan kehidupan manusia saat ini yang telah dikendalikan oleh ego dan libido. Ulasan Yasraf dapat dijadikan pegangan agar manusia tidak tersesat dalam “ketidakpuasan abadi”, tanpa menanggalkan nilai moral dan kultural.

Seperti buku Filsafat pada umumnya, bagian awal Dunia yang Berlari cukup sulit dipahami oleh orang awam. Namun, seiring lembar demi lembar terlewat, kita dapat dengan mudah memahami isi tulisan. Kabar baiknya, Yasraf (dan tim redaksi) menyediakan glosarium pada awal buku untuk memudahkan pembaca menemukan makna kata. Terdapat beberapa pembahasan yang diulang-ulang pada bab selanjutnya. Di satu sisi, pengulangan ini dapat menguatkan pemahaman pembaca akan konsep tertentu, tetapi di sisi lain dapat membuat bosan.

Identitas Buku:

Judul: Dunia yang Berlari: Dromologi, Implosi, Fantasmagoria
Penulis: Yasraf Amir Piliang
Penerbit: Aurora
ISBN: 978-602-6645-33-3
Tahun: 2017, cetakan kedua
Tebal: 424 halaman
Kategori: Filsafat
Resentator: Rizkyana Maghfiroh

  • 0share
  • 0
  • 0
  • 0
  • 0
Tags: agama teknologibuku dunia yang berlaricyberspacefilsafatresensi buku dunia yang berlariyasraf amir piliang
Previous Post

Mengenal Fenomena Social Loafing pada Mahasiswa

Next Post

Yuk Simak! Berikut Akreditasi 5 Prodi S1 FUHum UIN Walisongo

Rizkyana Maghfiroh

Related Posts

Dehumanisasi sosial, Ada yang Menangis Sepanjang Hari, Cerpen Agus Noor, Resensi Cerpen Agus Noor, Kritik Sosial
Rak

Potret Dehumanisasi Sosial dari yang Menangis Sepanjang Hari

by Tegar Ezha Pratama
31 Januari 2025
0

...

Read moreDetails
Norwegian Wood, Kematian, Eksploitasi Seksual, Resensi Norwegian Wood, Haruki Murakami, Buku Haruki Murakami

Belenggu Kematian dan Eksploitasi Seksual

31 Desember 2024
Sekolah Dibubarkan Saja!

Paradoks Institusi Pendidikan

3 November 2022
Hijrah kalis

Fenomena “Hijrah” Narsistik vs Beragama secara Sederhana

13 Oktober 2022
Bukan Pasarmalam Pramoedya Ananta Toer

Bukan Pasarmalam; Potret Pejuang yang Dilupakan oleh Masyarakat dan Sejarah

29 September 2022

ARTIKEL

  • All
  • Kolom
  • Mimbar
  • Rak
  • Sinema
  • Opini
Hari Anti Penyiksaan Internasional, Keluarga Gamma, Kasus Darso, Korban Penyiksaan, Oknum Polisi

Peringati Hari Anti Penyiksaan Internasional, Keluarga Gamma dan Darso Harap Dapat Keadilan

4 Juli 2025
SEMA UIN Walisongo, Ketua SEMA UIN Walisongo, Safrizal, UIN Walisongo, Kenaikan UKT

Ketua SEMA UIN Walisongo Disebut Mengundurkan Diri dari Jabatannya, Kenapa?

7 Juli 2025
kkn uin walisongo, kkn mit uin walisongo, uin walisongo, kkn 2025, kkn mit

Mahasiswa KKN UIN Walisongo Keluhkan Adanya Kewajiban Katering dari Oknum Desa

12 Juli 2025
Saksi Ruang Keluarga, Sastra Soeket Teki, Puisi Soeket Teki, SKM Amanat, Puisi SKM Amanat

Saksi Ruang Keluarga

22 Juni 2025
Load More

Trending News

  • PBAK UIN Walisongo, Perubahan Jadwal PBAK, Tanggal PBAK, DEMA UIN Walisongo, UIN Walisongo

    Sempat Berganti Tanggal, PBAK UIN Walisongo 2025 Dipastikan Terlaksana Pertengahan Agustus

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketua SEMA UIN Walisongo Disebut Mengundurkan Diri dari Jabatannya, Kenapa?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 7 Atribut Ini Wajib Dikenakan Saat Wisuda

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini 11 Pondok Pesantren Dekat UIN Walisongo

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Berikut Beberapa Respons Mahasiswa terhadap Pembukaan 3 Prodi Baru UIN Walisongo

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • The Night Comes for Us: Banjir Darah Manusia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Amanat.id

Copyright © 2012-2026 Amanat.id

Navigasi

  • Tentang Kami
  • Media Partner
  • Advertorial
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Kontak

Ikuti Kami

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
  • Login
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result

Copyright © 2012-2026 Amanat.id

Send this to a friend