Workaholic adalah istilah yang sering disematkan kepada mereka yang menggilai sebuah pekerjaan. Pada umumnya, workaholic adalah suatu kondisi dari seseorang yang mementingkan pekerjaan secara berlebihan dan melalaikan aspek kehidupan yang lain. Seorang workaholic memiliki ambisius dalam bekerja yang melebihi batas wajar. Dimana mereka akan merasa bersalah dan gelisah jika tidak bekerja. Ia juga telah kehilangan kontrol pada dirinya sendiri akan waktu kapan istirahat dan kapan waktu bekerja.
Bekerja keras untuk suatu hal adalah sesuatu yang baik, hal itu menunjukan keseriusan seseorang akan pekerjaannya. Namun workaholic juga mempunyai dampak negatif, karena perilakunya yang senang bekerja. Berikut adalah dampak negatifnya.
Gangguan kesehatan fisik
Dampak ini adalah dampak yang paling utama dialami seorang workaholic. Karena tubuh dan pikiran terlalu diforsir untuk terus bekerja. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian yang dimuat dalam Harvard Business Review. Dalam artikel yang ditulis oleh Leike Ten da Nancy P. Rothbard mengungkapkan bahwa mereka yang mengalami workaholic lebih cenderung mengeluhkan masalah seperti sindrom metabolic, sulit tidur, diabetes, penyakit kardiovaskular, dan gangguan kesehatan fisik lainnya.
Gangguan Kesehatan Mental
Selain masalah kesehatan fisik, kesehatan mental juga sering diderita para workaholic. Masalah yang sering dijumpai seperti depresi, kesehatan psiko-somatik, kelelahan emosional, perasaan sinisme, hingga menyebabkan masalah kesehatan OCD (Obsessive Compulsive Disorder). OCD merupakan gangguan psikologis yang mempengaruhi pikiran dan perilaku penderitanya. Biasanya penderita akan merasakan takut dan khawatir tanpa ada alasan yang jelas.
Hilangnya Kepekaan Sosial
Seorang workaholic biasanya melupakan masalah-masalah lain diluar pekerjaannya. Hal itu akan menjadikan mereka sebagai manusia yang anti-sosial karena terlalu fokus pada pekerjaannya di kantor. Bahkan, saking candunya dengan pekerjaan, mereka sering mengambil lembur sehingga interaksi sosial dengan pergaulan sekitar rumah menjadi sangat jarang.
Terasingkan Dari Keluarga
Hilangnya kepekaan sosial seorang workaholic pada lingkungan sekitarnya juga dapat dirasakan oleh keluarga sendiri. Ketidakhadiran interaksi dengan keluarga membuat anggota keluarga merasa kehilangan.
Perilaku Boros
Workaholic tidak melulu berbicara soal etos dan semangat kerja . Dimana semakin banyak bekerja, semakin banyak uang yang didapat. Biasanya mereka bekerja hanya untuk kepuasan pribadinya, bukan untuk target atau suatu tujuan tertentu. Kecanduannya dalam bekerja membuatnya tidak mau menghabiskan waktu untuk memasak makanan sendiri atau membeli di kantin yang tersedia di kantor. Walhasil mereka akan memesan makanan menggunakan jasa delivery. Dari masalah kesehatan workaholic juga mengeluarkan banyak uang untuk ke dokter dan membeli suplemen penambah stamina.
Ancaman Produktivitas
Dikarenakan kebugaran fisik workaholic menurun hal itu akan berimbas pada daya kerja, inovasi, ketangkasan, dan kreasi. Jika seorang workaholic terlihat semangat bekerja, hal itu bukan berarti mereka dapat menjamin produktivitas kerjanya. Bisa jadi itu adalah kemampuan dirinya yang sedang menurun.
Perfeksionis Yang Membahayakan
Para workaholic memang cenderung bersifat perfeksionis. Tetapi sifat ini tidak selalu baik. Perfeksionisnya workaholic bisa jadi tidak rasional. Mereka juga akan merasa gelisah terus menerus saat hasil pekerjaannya tak sesuai dengan apa yang diinginkan. Menurut Dr. Randall S. Hansen, educator dan penulis buku seputar motivasi, dimasa sekarang workaholic bukan hanya sebatas kecintaanya terhadap pekerjaan. Namun juga berkaitan dengan tuntutan finansial, sosial dan juga teknogi. Tuntutan finansial mambuat orang harus menghasilkan banyak uang untuk kebutuhan hidup. Sementara tuntutan sosial lebih berkaitan pada budaya kerja masyarakat atau negara tertentu. Sedangkan tuntutan teknologi dipengaruhi oleh adanya e-mail, dan media sosial yang menjadikan kita tidak dapat beristirahat meskipun anda sudah di rumah.
Penulis: Ridho Alamsyah