
Amanat.id- Raut bahagia dan haru terukir di wajah yang hadir di Gedung Prof. TGK. Ismail Ya’qub, tak terkecuali Iffah Syafaatul Arabia yang berhasil meraih Wisudawan Terbaik Fakultas Ushuluddin dan Humaniora (FUHUM) Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo pada wisuda ke-96, Sabtu, (24/05/2025).
Skripsinya berjudul “Implementasi Tasawuf Sosial Amin Syukur dalam Kehidupan Sehari-Hari pada Santriwati di Pondok Pesantren Progresif Fatimah Al-Amin” dibuat Iffah yang terinspirasi dari Guru Besar Tasawuf UIN Walisongo sekaligus pemilik pondok pesantren yang ditempatinya.
“Saya terinspirasi Almarhum Amin Syukur dengan pengajaran Tasawufnya yang membumi dan bisa diterima diberbagai kalangan,” tuturnya.
Menurutnya, Tasawuf merupakan ilmu yang sulit dipelajari, terlebih bagi orang yang awam.
“Tasawuf lumayan sulit dipelajari bagi orang awam, tetapi dengan Tasawuf Sosial Prof. Amin, hal tersebut dapat diterapkan oleh siapa saja, terutama generasi sekarang,” imbuhnya.
Ia memiliki sebuah prinsip yang terinspirasi dari seorang filsuf dunia, Socrates.
“Terinspirasi dari perkataan Socrates yang saya jadikan sebagai prinsip, yaitu ‘saya tahu bahwa saya tidak tahu’,” katanya.
Prinsipnya yang terinspirasi dari Socrates tersebutlah Iffah terus memiliki semangat untuk mendapatkan informasi-informasi baru.
“Ketika mempelajari hal baru atau mencari tahu tentang sesuatu, kita akan semakin merasa bahwa kita tidak tahu, itulah yang saya rasakan ketika belajar,” tambahnya.
Latar belakangnya yang sekolah umum sempat menyulitkan Iffah saat awal berkuliah.
“Sangat kesulitan pada awalnya karena background pendidikan sekolah umum, dan masuk jurusan yang awam bagi saya,” ungkapnya.
Ia mencoba mempelajari Tasawuf lebih keras dan giat untuk mengatasi kesulitan tersebut sekaligus agar tidak tertinggal dari rekan-rekannya.
“Untuk mengatasi hal tersebut saya masuk pondok dan belajar tasawuf yang relevan dengan jurusan saya,” jelasnya.
Wisudawan Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi (TP) tersebut menjelaskan caranya belajar, yaitu menghindari begadang.
“Belajar efektif menurut saya adalah dengan menghindari belajar atau mengerjakan tugas ketika malam hari, apalagi begadang,” titahnya.
Dampak negatif begadang, lanjutnya, dapat mengurangi kinerja otak dalam belajar.
“Jika mengerjakan tugas malam hari dan begadang, memori otak tidak bisa menangkap sepenuhnya karena seharian sudah lelah dan banyak kegiatan,” ucapnya.
Agar tidak begadang, Iffah menerapkan solusi dengan mengerjakan tugas di sela-sela waktu luang.
“Saya sendiri berusaha menyelesaikan sebelum malam, mengerjakan tugas dan belajar saat jeda matkul,” jelasnya.
Dalam perjuangannya saat berkuliah, Iffah mengatakan selalu mendapat dukungan keluarga.
“Keluarga, terutama orangtua sangat mendukung saya menempuh pendidikan yang tinggi,” ungkapnya.
Meskipun bukan sarjana, orangtua Iffah mendukung penuh keputusannya untuk melanjutkan Pendidikan ke perguruan tinggi.
“Orangtua lulusan SMA, tetapi ayah saya selalu menekankan bahwa perempuan harus berpendidikan tinggi agar tidak bergantung dengan orang lain,” tuturnya.
Ia mengucapakan rasa terima kasih kepada keluarga, dosen, dan teman-temannya yang telah memberikan support kepadanya.
“Saya sangat berterima kasih kepada keluarga yang sudah mensupport, dosen-dosen yang sudah membimbing selama perkuliahan, dan teman-teman yang sudah menemani saya diperantauan,” jelasnya.
Ia juga berpesan kepada para mahasiswa agar selalu berproses dan belajar.
“Jangan lupa untuk selalu belajar, berusaha, dan berproses karena kedepannya masih banyak yang harus ditempuh,” pungkasnya.
Reporter: Yumna Amiliatun Nida
Editor: Azkiya S.A.