Amanat.id- Dalam rangka memperingati hari lahir ke-26, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Jam’iyyah Hamalah Quran (JHQ) menggelar Seminar Literasi Bedah Novel Islami di Aula Gedung Q Fakultas Ushuluddin dan Humaniora (FUHUM) Kampus 2 Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, Sabtu (30/11/2024).
Penulis novel Dua Barista, Najhaty Sharma menerangkan bahwa menulis baginya merupakan tempat menyuarakan isi diri.
“Menulis itu adalah cara untuk menyuarakan apa yang ada dalam diri,” ujarnya.
Najhaty Sharma menceritakan bahwa dalam perjalanan menulisnya sempat ditentang oleh keluarga.
“Keluarga saya sempat menentang ketika saya ingin menjadi penulis,” katanya.
Menurutnya latar belakang keluarga menjadi salah satu alasannya.
“Sejak umur 12 tahun saya punya mimpi menjadi penulis, tapi orang tua mengharapkan saya melanjutkan darah NU,” tuturnya.
Walau pada akhirnya, sambung Najhaty, keluarga mulai luluh dengan usaha gigihnya menulis di tengah tuntutan untuk menghafal Al-Qur’an.
“Namun, setelah saya selesai menghafal Al-Qur’an, keluarga saya akhirnya mendukung,” tambahnya.
Dirinya juga membagikan strategi menulis di tengah polemik keluarga adalah dengan memanfaatkan waktu luang.
“Strategi menulis saya adalah dengan membuat plot cerita di catatan kecil, lalu selesai mengaji saya kembangkan kalau ada waktu luang,” ujarnya.
Lanjutnya, surat Al-Alaq menjadi motivasi utama ketika sedang menulis.
“Hal yang membuat saya termotivasi untuk menulis adalah surat Al-Alaq,” jelasnya.
Menurutnya surat Al-Alaq menjadi contoh bagaimana menjadi manusia yang baik.
“Manusia yang baik adalah manusia yang membaca dan menyebar pengetahuan,” tambahnya.
Ia berharap karya-karya yang dibuatnya dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda, terutama di pesantren.
“Saya ingin menunjukkan bahwa pesantren juga bisa menjadi ruang inklusif yang menginspirasi, bukan hanya penjara suci yang mengekang,” tutupnya.
Reporter: Azkia Naurajiwa
Editor: Gojali