• Tentang Kami
  • Media Partner
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Advertorial
  • Kontak
Sabtu, 19 Juli 2025
  • Login
Amanat.id
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
Amanat.id

Kenali Faktor Kerentanan Penyebab Kekerasan Seksual

Kekerasan seksual dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor individu, lingkungan, dan hubungan

by Redaksi SKM Amanat
2 tahun ago
in Artikel
0
Kekerasan Seksual
Ilustrasi kekerasan terhadap wanita (pixabay.com)

Kekerasan sering terjadi di kehidupan sehari-hari, bahkan di lingkungan keluarga, masyarakat, dan pertemanan. Kekerasan yang terjadi pada seorang perempuan dikarenakan sistem tata nilai yang mendudukkan perempuan sebagai makhluk lemah dan lebih rendah dibandingkan laki-laki. Masih banyak masyarakat yang memandang perempuan sebagai kaum yang marginal, dikuasai, dieksploitasi, dan diperbudak oleh kaum laki-laki.

Menurut Wilkins (2014), kekerasan seksual dapat dipicu dari beberapa faktor yang secara umum dibedakan menjadi tiga faktor, yaitu faktor yang berasal dari individu, faktor lingkungan, dan faktor hubungan. Faktor individu meliputi kurangnya pengetahuan dan keterampilan menghindar dari kekerasan seksual, kontrol perilaku buruk, pernah mengalami riwayat kekerasan, pernah menyaksikan kejadian kekerasan seksual, dan penyalahgunaan obat-obatan.

Faktor sosial mencakup kebudayaan atau kebiasaan yang mendukung tindakan kekerasan seksual, media yang terus membingkai kasus kekerasan seksual, rendahnya tingkat kesehatan, pola asuh, kondisi ekonomi, dan lemahnya penegakan hukum. Faktor hubungan berupa lemahnya hubungan antara anak dan orang tua, konflik keluarga, dan terikat hubungan dengan seorang penjahat atau pelaku kekerasan.

Dewasa ini, sorotan publik melalui pemberitaan media massa tertuju pada kekerasan seksual yang terjadi di ranah perguruan tinggi. Kekerasan seksual di kampus di Indonesia merupakan sebuah fenomena gunung es. Data akurat terkait jumlah kasus kekerasan seksual di kampus-kampus di Indonesia masih belum diketahui secara pasti.

Soejoeti (2020) dalam tesisnya yang berjudul “Diskusi Keadilan Restoratif dalam Konteks Kekerasan Seksual di Kampus” dalam Jurnal Kriminologi Vol.4 No.1 mengatakan bahwa kebanyakan kasus kekerasan seksual di kampus di Indonesia diselesaikan secara internal atau non-litigasi.

Baca juga

Ita Martadinata dan Pemerkosaan Massal 1998: Fakta yang Dirabunkan dari Penulisan Ulang Sejarah Indonesia

Mencari Kebenaran dalam Bongkahan Mitologi

Pakaian Perempuan dan Kesenangan Laki-laki dalam Tren Stecu-Stecu

Sementara itu, efek dari kekerasan seksual bersifat jangka panjang. Kerugian terbesar yang dialami korban ialah pada kondisi psikologis. Gangguan psikologis yang umum dialami korban kekerasan seksual adalah gangguan stres pasca-trauma (PTSD) dan depresi berat.

UNESCO (2012) menjelaskan, dampak pelecehan seksual secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga, yaitu fisik psikologis, dan sosial. Dampak fisik berupa adanya memar, luka, tertular Infeksi Menular Seksual (IMS), bahkan kerusakan organ seksual. Pada perempuan dampak yang paling berat yaitu Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) dan kehamilan dini.

Dampak psikologis antara lain berupa kecurigaan dan ketakutan terhadap orang lain, serta ketakutan pada tempat atau suasana tertentu. Dampak sosial yang dialami korban, terutama akibat stigma atau diskriminasi dari orang lain mengakibatkan korban ingin mengasingkan diri dari pergaulan. Perasaan ini timbul akibat adanya harga diri yang rendah karena ia menjadi korban pelecehan seksual, sehingga merasa tidak berharga, tidak layak untuk bergaul bersama teman-temannya.

Membangun Ketahanan dan Kontrol Diri untuk Menghindari Kekerasan Seksual

Kendali diri adalah tenaga kontrol atas diri, oleh dirinya sendiri. Kendali diri terjadi ketika seseorang atau organisme mencoba untuk mengubah cara bagaimana seharusnya individu tersebut berpikir, merasa, atau berperilaku (Muraven & Baumeister, 2000). Kendali diri dapat membantu seseorang mengabaikan keinginan untuk berperilaku agresif dan akan membantu seseorang merespons sesuai dengan standar pribadi atau standar sosial yang dapat menekan perilaku agresif tersebut.

Masih banyak korban kekerasan dan pelecehan seksual justru enggan untuk melapor dan cenderung menyalahkan diri sendiri. Akibatnya, kasus demi kasus makin banyak yang muncul karena kurangnya pemahaman dan penanggulangan atas kejadian kekerasan dan pelecehan seksual yang terjadi. Adanya tekanan sosial, malu, dan lemahnya hukum menjadi pemicu kenapa angka kasus pelecehan dan kekerasan seksual masih terbilang tinggi. Di satu sisi, hal ini juga membuat korban merasa tersudutkan dan tertekan, bahkan hingga depresi.

1. Aware is the key!

Selalu waspada di manapun dan kapanpun, kita tidak pernah tahu kapan dan bagaimana pelaku pelecehan seksual akan menyerang. Bukan berarti kita harus jadi super was-was dan curiga-an. Namun, kita perlu tahu apa yang harus kita lakukan ketika ada ‘serangan’. Selain itu, mempersenjatai diri dengan peralatan untuk membela diri dan lakukan perlawanan sebisa mungkin, setidaknya kita harus tahu terlebih dahulu pengetahuan menghadapi masalah pelecehan seperti ini.

2. Jangan takut untuk speak up dan tegas

Pelaku pelecehan seksual biasanya menyasar korban yang terlihat lemah dan tidak akan melakukan perlawanan. Begitu juga sebaliknya, ketika kita menunjukkan sikap tegas dan tidak takut untuk menolak saat pelecehan terjadi, secara tidak langsung kita pun sudah memotong niat jahat mereka dalam melakukan tindak kejahatan.

Jangan ragu dan malu untuk melapor ke pihak berwajib jika pelecehan atau kekerasan yang dialami sudah cukup fatal karena perlindungan sangat diperlukan dalam masalah yang sering terjadi di kalangan perempuan ini.

3. Bekali diri dan edukasi orang-orang sekitar tentang betapa pentingnya mencegah terjadinya pelecehan seksual

Kini mungkin sudah aware, tapi tidak menutup kemungkinan jika di sekitar kita masih clueless, takut, bahkan abai untuk tahu mengenai penanggulangan pelecehan seksual. Sebab, bentuk tindakan ini beragam dengan pelaku yang berbeda pula, bisa orang asing yang ditemui di jalan sampai keluarga atau kerabat dekat sekalipun.

Komnas perempuan kian hadir untuk membantu dan menghapusnya semakin banyak angka kekerasan seksual pada perempuan. Jadi, kerja sama dari masyarakat dan pemerintah perlu dikuatkan dan komunikasi yang terjalin baik agar keterbukaan semakin terjalin untuk menemukan titik masalahnya.

4. Bantu korban pelecehan seksual

Membantu orang-orang yang menjadi korban pelecehan seksual bisa melalui tindakan dan dukungan. Sebab, dalam kondisi seperti ini, dukungan menjadi hal yang sangat penting untuk para korban pelecehan seksual dan bentuknya bisa bermacam-macam sebagai bantuan dalam proses pemulihan fisik dan psikisnya. Jangan menghakimi ataupun memberi stigma negatif pada korban, lebih baik mendukung atau dengarkan terlebih dahulu pengakuan tentang cerita korban termasuk mendampinginya. Ingat, pelecehan bisa menyebabkan trauma, stres, hingga depresi.

Penulis: Faridha Ath Thooriq

  • 0share
  • 0
  • 0
  • 0
  • 0
Tags: artikel amanatartikel kekerasan seksualfaktor kerentanan kekerasan seksualkekerasan seksualkekerasan seksual terhadap perempuanpenyebab kekerasan seksual
Previous Post

Pentingnya Tabarruk Menurut Yahya Cholil Staquf

Next Post

Mengenal Fenomena Social Loafing pada Mahasiswa

Redaksi SKM Amanat

Surat Kabar Mahasiswa UIN Walisongo Semarang. Untuk mahasiswa dengan penalaran dan takwa.

Related Posts

ita martadinata, pemerkosaan massal 1998, penulisan ulang sejarah indonesia, tragedi 1998, fadli zon
Nasional

Ita Martadinata dan Pemerkosaan Massal 1998: Fakta yang Dirabunkan dari Penulisan Ulang Sejarah Indonesia

by Redaksi SKM Amanat
29 Juni 2025
0

...

Read moreDetails
Mencari Kebenaran, Pengetahuan Mitologi, Filosofi Esoteris, Freemasonry, Konspirasi Freemasonry

Mencari Kebenaran dalam Bongkahan Mitologi

18 Juni 2025
Tren Stecu, Dampak Tren Stecu, Fenomena Stecu, Praktik Budaya Digital, Stecu

Pakaian Perempuan dan Kesenangan Laki-laki dalam Tren Stecu-Stecu

8 Juni 2025
Asupan Instastory, Fenomena Kesibukan Palsu, Fake Busy, Kesibukan Palsu Mahasiswa, Kesibukan Palsu

Kehidupan Setengah Hati demi Asupan Instastory

30 Mei 2025
Emosi Pria, Maskulinitas Pria, Budaya Patriarki, Standar Maskulinitas, Bias Gender

Realitas Semu Emosi Pria

13 Mei 2025

ARTIKEL

  • All
  • Kolom
  • Mimbar
  • Rak
  • Sinema
  • Opini
Dosen Kebijakan Publik, Dosen UIN Walisongo, UIN Walisongo, Komunikasi Buruk, Pemerintahan Prabowo

Minimnya Sensitivitas Jadi Alasan Buruknya Komunikasi Pemerintah Menurut Dosen Kebijakan Publik UIN Walisongo

24 Juni 2025
kkn uin walisongo, kkn mit uin walisongo, uin walisongo, kkn 2025, kkn mit

Mahasiswa KKN UIN Walisongo Keluhkan Adanya Kewajiban Katering dari Oknum Desa

12 Juli 2025
Kasus Pembunuhan, Kasus Iwan Budi, Pembunuhan Anggota PNS, Iwan Budi, AJI Semarang

Hampir Genap Tiga Tahun, Kasus Pembunuhan Anggota PNS Iwan Budi Belum Ada Titik Terang

3 Juli 2025
SEMA UIN Walisongo, Ketua SEMA UIN Walisongo, Safrizal, UIN Walisongo, Kenaikan UKT

Ketua SEMA UIN Walisongo Disebut Mengundurkan Diri dari Jabatannya, Kenapa?

7 Juli 2025
Load More

Trending News

  • PBAK UIN Walisongo, Perubahan Jadwal PBAK, Tanggal PBAK, DEMA UIN Walisongo, UIN Walisongo

    Sempat Berganti Tanggal, PBAK UIN Walisongo 2025 Dipastikan Terlaksana Pertengahan Agustus

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketua SEMA UIN Walisongo Disebut Mengundurkan Diri dari Jabatannya, Kenapa?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 7 Atribut Ini Wajib Dikenakan Saat Wisuda

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini 11 Pondok Pesantren Dekat UIN Walisongo

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Berikut Beberapa Respons Mahasiswa terhadap Pembukaan 3 Prodi Baru UIN Walisongo

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • The Night Comes for Us: Banjir Darah Manusia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Amanat.id

Copyright © 2012-2026 Amanat.id

Navigasi

  • Tentang Kami
  • Media Partner
  • Advertorial
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Kontak

Ikuti Kami

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
  • Login
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result

Copyright © 2012-2026 Amanat.id

Send this to a friend