Apa jadinya jika matahari, bulan, dan bumi berada dalam satu garis lurus? Mungkinkah hal seperti itu terjadi?
Ketika ketiganya dalam keadaan sejajar, belahan bumi yang terpapar bayangan bulan akan menjadi gelap seperti malam hari. Kejadian ini dikenal dengan Gerhana Matahari Total (GMT).
Menurut laporan Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA), GMT terjadi setidaknya dua kali dalam satu tahun. Intensitas terjadinya GMT maksimal lima kali dalam setahun.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi GMT akan terjadi pada hari ini, 8 April 2024.
Di tahun 2021, GMT bisa disaksikan di Indonesia. Namun tahun ini hanya akan terlihat di tiga wilayah dunia, Amerika, Mexico, dan Kanada.
National Center for Atmospheric Research (NCAR) menyebut bahwa GMT diiringi dengan ledakan pada matahari atau disebut solar flare. Muncratan dari ledakan ini disebut Coronal Mass Ejection (CME).
CME terjadi karena adanya aktivitas tak wajar pada atmosfer terluar matahari, yaitu corona. Gangguan magnetis pada lapisan ini umum terjadi pada fase maksimum matahari dalam siklus bintik matahari.
Saat CME terjadi, sekitar satu miliar ton material keluar dari matahari, dengan kecepatan ratusan kilometer per detik. Perbandingan jarak dan waktu yang sangat cepat ini bisa memunculkan ledakan dan kemungkinan bisa memengaruhi magnetosfer bumi atau perisai magnet yang mengelilingi bumi dan melindungi dari radiasi sinar matahari.
Jika terjadi tabrakan antara material matahari dengan magnetosfer, maka akan terjadi semburan radiasi ke atmosfer bagian atas bumi. Interaksi ini akan menyebabkan molekul gas atmosfer melepas cahaya dan bersinar, sehingga tercipta suatu pertunjukan cahaya luar biasa dalam bentuk aurora.
CME memang terjadi tepat ketika gerhana. Namun laporan BMKG menyebutkan bahwa GMT 8 April 2024 tidak memiliki keterhubungan dengan CME. Hanya saja ketika GMT berlangsung, pandangan matahari dari bumi terhalang oleh bulan dan terlihat sisi tepi. Pada sisi tepi inilah kita bisa menyaksikan dari bumi, tepian plasma matahari tampak meledak-ledak.
CME hanya akan terlihat di bagian yang terdampak gerhana saja. GMT tidak akan terlihat di wilayah Indonesia karena saat kejadian ini berlangsung, wilayah Indonesia dalam fase malam hari.
Eka Rifnawati