• Tentang Kami
  • Media Partner
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Advertorial
  • Kontak
Jumat, 13 Juni 2025
  • Login
Amanat.id
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
Amanat.id

Bayang-bayang Kekerasan Seksual Di Balik Fatherless

Fatherless bukan hanya menggambarkan ketiadaan sosok ayah secara fisik, tapi tidak turut hadirnya ayah secara emosional juga menjadi salah satu bentuk fatherless

Redaksi SKM Amanat by Redaksi SKM Amanat
7 bulan ago
in Opini
0

Baca juga

Kehidupan Setengah Hati demi Asupan Instastory

Ketika Sibuk Dianggap Prestasi, Burnout Dinormalisasi

Student Loan, antara Harapan dan Jebakan

Fatherless, Fenomena fatherless, Ketidakhadiran sosok ayah, Kekerasan seksual, Korban kekerasan seksual
Ilustrasi Fatherless (freepik.com).

Orang tua merupakan sosok panutan utama bagi anak-anak terlebih sosok seorang ayah yang menjadi pemimpin dalam keluarga. Sosok seorang ayah memiliki peran penting dalam keluarga, khususnya bagi anak perempuan. Mereka memandang bahwa sosok seorang ayah adalah “role model” hingga cinta pertama laki-laki yang paling tulus.

Realitanya hari ini banyak sekali anak-anak yang kehilangan sosok ayah. Fenomena ini disebut dengan “fatherless”. Menurut jurnal yang ditulis oleh Vidya Nindhita berjudul Fenomena Fatherless dari Sudut Pandang Wellbeing Remaja (Sebuah Studi Fenomenologi) mengatakan bahwasanya fatherless merupakan pengalaman emosional yang didalamnya terdapat pikiran dan perasaan kurang akan kasih sayang atau kedekatan anak dengan sosok ayah karena tidak melibatkan secara fisik, emosional dalam perkembangan anak.

Ketidakhadiran sosok ayah salah satunya ialah disebabkan oleh perceraian. Dari laporan Badan Pusat Statistik (BPS) pada 28 Februari 2024, sejumlah 463.654 kasus perceraian tercatat di Indonesia di tahun 2023. Jumlah ini menunjukan penurunan dari tahun sebelumnya yang mencapai 516.344 kasus. Meskipun mengalami penurunan, tren ini tetap mengkhawatirkan karena bukan hanya berdampak pada pasangan, tetapi juga pada anak.

Perceraian orang tua tentu bisa menjadi masa-masa yang sulit bagi seorang anak. Kondisi ini bisa menimbulkan pemikiran sang anak bahwa mereka tidak disayangi dan dilindungi. Stres dan trauma yang ditimbulkan mampu mempengaruhi anak dalam pergaulan. Penyebab kenakalan remaja salah satunya dapat berasal dari lingkungan keluarga yang tidak harmonis.

Tidak terlibatnya sosok ayah dalam perkembangan anak untuk mengatur regulasi emosi menyebabkan kasus-kasus seperti pencabulan, kekerasan fisik yang terjadi pada anak merupakan akibat kurangnya ikatan emosional memberikan kenyamanan, keamanan, serta kasih sayang untuk buah hati mereka.

Rendahnya pemahaman seksual

Dilansir dari Kompas.com bahwa pada tahun 2023 terdapat 1.800 pengaduan terkait pelecehan seksual pada Pemenuhan Hak Anak (PHA) dan Perlindungan Khusus Anak (PKA). Ketua KPAI juga mengatakan bahwa kasus kekerasan seksual yang tertinggi pada anak hampir 60%.

Salah satu kasus yang pernah mencuat di media adalah pencabulan anak 11 tahun yang menjadi korban kerakusan dan kebengisan hasrat liar dari predator seksual di wilayah Kabupaten Bandung. Pelaku merupakan dua orang kakek yang masih memiliki hubungan keluarga dengan korban. Keseharian korban pun tinggal bersama pelaku karena ibunya bekerja sebagai Tenaga kerja Wanita (TKW) dan ayah kandungnya telah meninggal dunia. Saat diselidiki oleh Kapolres Cimahi, tersangka mengaku telah melakukan aksi bejatnya pada korban sebanyak 10 kali sejak November 2023.

Fatherless bukan hanya menggambarkan ketiadaan sosok ayah secara fisik. Meskipun secara fisik ada, jika keberadaan ayah ternyata tidak turut hadir secara emosional juga menjadi salah satu bentuk fatherless.

Di Surabaya, seorang anak yang dicabuli ayah kandungnya sendiri sejak berusia 10 tahun. Bermula sejak tahun 2017, dini hari ketika ibu korban pergi ke pasar menggantikan pelaku, korban saat itu masih duduk di bangku kelas 4 SD harus mengalami perlakuan keji dari ayahnya sendiri. Setelahnya, korban diancam untuk tidak memberitahu perbuatan bejat itu lalu memberinya uang 20 ribu. Tidak hanya sekali, korban bahkan dilecehkan berkali-kali selama 3 tahun. Kasus ini baru naik kepermukaan ketika korban berani menceritakan pada ibu kandungnya tentang perilaku bejat ayahnya sepulang korban dari pondok pada April 2024 lalu.

Dari kedua kasus di atas, terlihat bagaimana keluarga yang seharusnya menjadi tempat teraman tapi malah menjadi awal dari penderitaan. Anak-anak yang mengalami pelecehan seksual mereka akan sulit mengendalikan emosionalnya.

Judith Herman dalam bukunya Truth and Repair: How Trauma Survivors Envision Justice mengatakan trauma akibat kekerasan seksual dapat menyebabkan gangguan stress pasca trauma (PTSD), depresi, kecemasan, dan berbagai emosi lainnya. Sehingga anak-anak yang mengalami hal tersebut lebih memilih diam dan ketika sudah menjadi dewasa akan lebih memilih untuk menjauh dari orang-orang yang melakukan pelecehan terhadapnya.

Perasaan ingin menghindar adalah perasaan dalam rangka untuk memulihkan rasa trauma. Pemahaman masyarakat secara umum masih rendah dalam memahami kekerasan seksual sehingga korban kekerasan seksual sulit untuk sembuh dari trauma masa lalu.

Perkembangan anak juga harus diperhatikan lebih detail lagi, karena mereka sangat membutuhkan peran orang tua, terutama sang ayah. Di mana ayah seharusnya hadir memberikan rasa aman, nyaman, dan tenang.

Penulis: Febriyanti

Editor: Khasan Sumarhadi

  • 0share
  • 0
  • 0
  • 0
  • 0
Tags: Fatherlessfenomena fatherlesskekerasan seksualketidakhadiran sosok ayahkorban kekerasan seksual
Previous Post

Pentingnya Kontribusi dan Prestasi Bagi Penerima Beasiswa KIP-K Menurut Ketua PDKN Jateng

Next Post

Konser Simfoni Musicversary 20 “Arkara”: Simbol Semangat Anggota Baru UKM Musik

Redaksi SKM Amanat

Redaksi SKM Amanat

Surat Kabar Mahasiswa UIN Walisongo Semarang. Untuk mahasiswa dengan penalaran dan takwa.

Related Posts

Asupan Instastory, Fenomena Kesibukan Palsu, Fake Busy, Kesibukan Palsu Mahasiswa, Kesibukan Palsu
Opini

Kehidupan Setengah Hati demi Asupan Instastory

by Nadia Safwa Aqila
30 Mei 2025
0

...

Read more
burnout, gejala burnout, dampak psikologi burnout, dampak burnout mahasiswa, gejala gangguan mental

Ketika Sibuk Dianggap Prestasi, Burnout Dinormalisasi

23 Mei 2025
Student Loan, Pinjaman Pendidikan, Pinjaman Pendidikan Mahasiswa, Biaya Kuliah Mahasiswa, KMI

Student Loan, antara Harapan dan Jebakan

29 April 2025
hari raya, kesenjangan sosial, fenomena kesenjangan sosial, momen hari raya, ketimpangan sosial

Luka di Balik Hari Raya

1 April 2025
Ke Mekkah Modal Nekat, Fenomena Haji Jalan Kaki, Tren Haji Jalan Kaki, Penyebab Haji Jalan Kaki, Jalan Kaki Ke Mekkah

Ke Mekkah Modal Nekat, Spiritualitas atau Konten Semata?

13 Maret 2025

ARTIKEL

  • All
  • Kolom
  • Mimbar
  • Rak
  • Sinema
  • Opini
Letup Kalbu, Sastra Soeket Teki, Puisi Soeket Teki, SKM Amanat, Puisi SKM Amanat

Letup Kalbu

1 Juni 2025
Beberapa orang terlihat sedang makan di Kantin Kampus 3 UIN Walisongo, Rabu (11/6/2025). (Amanat/Alfarizy).

Mahasiswa dan Penyewa Oultet Keluhkan Banyaknya Fasilitas Rusak di Kantin Kampus 3

12 Juni 2025
tedi kholiludin, elsa, hmj pai uin walisongo, gusdurian uin walisongo, toleransi beragama, uin walisongo

Tedi Kholiludin Harapkan Pendidikan sebagai Infrastruktur Perdamaian

27 Mei 2025
Reskill Jurnalisme, SPS Awards, Serikat Perusahaan Pers, Penghargaan Pers, ISMA 2025, Dahlan Dahi

Tantangan Pers dan Pentingnya Reskill Jurnalisme Menurut Ketua Komisi Digital Dewan Pers

24 Mei 2025
Load More

Trending News

  • UIN Walisongo, Beasiswa UIN Walisongo, Bantuan Pendidikan, Beasiswa S1, Syarat Beasiswa

    UIN Walisongo Sediakan 9 Beasiswa dan Bantuan Pendidikan bagi Mahasiswa

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketua FORMAKIP UIN Walisongo Pastikan Tidak Ada Pemotongan Biaya Living Cost

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 7 Atribut Ini Wajib Dikenakan Saat Wisuda

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Terinspirasi Pemikiran Socrates, Antarkan Iffah Raih Predikat Wisudawan Terbaik FUHUM

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • The Night Comes for Us: Banjir Darah Manusia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Filosofi Toga yang Harus Wisudawan Tahu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Amanat.id

Copyright © 2012-2026 Amanat.id

Navigasi

  • Tentang Kami
  • Media Partner
  • Advertorial
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Kontak

Ikuti Kami

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
  • Login
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result

Copyright © 2012-2026 Amanat.id

Send this to a friend