• Tentang Kami
  • Media Partner
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Advertorial
  • Kontak
Jumat, 13 Juni 2025
  • Login
Amanat.id
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
Amanat.id

Bapakism, Warisan Era Orde Baru

Kritik akan fenomena mengenai sekelumit transisi sejarah sisa-sisa dari Orde Baru, representasi bapakism dikemas dalam bentuk kuasa sosok bapak pada film Autobiography

Naili Zumna Hidayah by Naili Zumna Hidayah
9 bulan ago
in Sinema
0

Baca juga

Dualisme Keinginan Hidup Normal

Paradigma Miring Masyarakat terhadap Penderita Mental Illness

Buah Simalakama Social Media

Bapakism, Resensi film Autobiography, Autobiography, Bapakism orde baru, Budaya Bapakism
Tangkapan layar film Autobiography (Dok. Khusus).

Januari silam, di dinding lorong bioskop terpampang poster yang tampak tak biasa. Digambarkan semacam teka-teki dengan potongan wajah dan kotak-kotak, layaknya papan catur. Judulnya adalah “Autobiography“, bercerita tentang Rakib, pemuda pengurus rumah tangga yang merawat rumah kosong milik purnawirawan angkatan darat, Purnawinata.

Suatu hari, Purna kembali ke kampung halamannya untuk mencalonkan diri sebagai Bupati. Rakib merasa kian dekat dan memandang Purna sebagai sosok bapak yang didambakan dan dicontoh.

Rakib yang diperankan oleh Kevin Ardilova ini sukses mendalami perannya sebagai pemuda yang lugu, tapi juga pandai membaca situasi sekeliling. Tak banyak bicara, langsung bertindak sesuai apa yang diperintahkan majikannya. Sedangkan Purna yang diperankan oleh aktor senior, Arswendy Bening Swara memainkan peran penting sebagai jenderal yang berwibawa, tegas, dan disegani warga.

Namun, di balik citra yang dibangun sosoknya tersebut, terselubung sifat intimidatif dan kekejaman yang tidak diketahui publik. Kedekatan antara Rakib dan Purna semakin terbangun sepanjang jalannya film. Hingga Rakib menemukan figur bapak yang diidamkannya pada diri Purna. Begitu pula Purna merasakan kehadiran anak laki-laki yang tak pernah dimiliki sebelumnya. Hubungan tanpa ikatan darah ini kian berkembang sampai pada titik Rakib dipercayakan Purna sebagai tangan kanannya.

Mendapat kepercayaan penuh dari Purna, Rakib turut terciprat nama dan kuasanya hingga dijuluki sersan oleh warga setempat. Kala mengetahui spanduk kampanye Purna dirusak oleh seseorang, Rakib terusik untuk mencari dalang dari perbuatan tersebut. Namun, ketika pelaku ditemukan, Rakib merasakan kontradiksi dalam dirinya, begitu mengetahui sisi lain dari sang majikan. Antara menuruti perintah atasan atau mengikuti hati nurani dengan melarikan diri.

Kuasa Sang Pemimpin

Budaya Bapakism (Paternalisme) masih dijumpai sebagai salah satu pola budaya yang hidup sampai saat ini. Bapakism dikenal sejak zaman Presiden Soeharto pada Era Baru sekitar tahun 1996-1998. Bapakism adalah suatu budaya yang menggambarkan sistem yang kompleks dari suatu kelompok yang relatif sangat pribadi dan saling timbal balik antar sesama.

Budaya ini mayoritas merupakan kehidupan masyarakat Jawa, melalui sentralisasi otoritas sebagai karakteristik kunci dari masyarakat Jawa. Bapakism dari masyarakat Jawa ini berupa kontrol manajemen dalam organisasi. Hal ini dirasakan oleh sebagian besar anggota sebagai figur bapak, yang mana semua keputusan penting dan semua anggota harus mematuhi keputusan yang diambil dari bapak (pemimpin).

Mengamati fenomena tersebut, Makbul Mubarak yang menyutradarai film panjang pertamanya ini, bermula dari sebuah pertanyaan “Mengapa konsep bapak dan kekuasaan di Indonesia saling menguntungkan?”

Hal ini yang sebenarnya diadaptasi dan dikemas oleh Makbul dalam Film Autobiography. Berawal dari sana, Makbul mencoba mengkritisi fenomena mengenai sekelumit transisi sejarah sisa-sisa dari Orde Baru, yang mana relasi kuasa militer masih kental dirasakan, terlebih pada sosial masyarakat pedesaan yang dipaksa tunduk oleh otoritas aparat.

Representasi bapakism dalam diri Purna dapat menjadi medium yang menyiratkan penonton akan malapraktik sosial-politik ini. Seperti halnya Rakib, penonton juga diajak menyusuri bagaimana penyakit ini kadang terlihat mengaburkan. Dewasa ini, agaknya budaya bapakism telah menyelinap dalam tubuh masyarakat. Bahkan, pemerintahan seakan turut melanggengkan konsep ini, seperti halnya isu politik dinasti yang dekat dengan fenomena Bapakism dalam interpretasi yang lebih terstruktur.

Makbul menyoroti relasi kuasa yang kerap kali lekat oleh sosok bapak. Ideologi atau paham bapakism tak kunjung lekang dianut sebagai budaya yang dijaga dalam masyarakat. Hal ini turut menyumbang masalah sebagai penghambat perempuan dalam dominasinya menjadi pemimpin maupun kenaikan jabatan.

Film ini disuguhkan dengan visual yang sederhana tetapi juga sinematik, tak banyak menggunakan properti dalam set dan tampil apa adanya itulah yang memberikan kesan relate dengan kehidupan nyata. Ketika salah satu karakter menampilkan emosi tertentu, terdapat wardrobe atau properti yang memberi kesan mengenai pergolakan emosi si karakter.

Pace yang lambat sepanjang durasi mungkin akan membuat bosan, tapi di satu sisi  hal ini justru menambah intens atmosfer ketegangan dalam film. Ditambah lagi tak banyak elemen suara atau musik dan banyak keheningan membuatnya lebih fokus pada konflik di antara dua tokoh utama dan membawa serta kita sebagai penonton seakan ikut dan hadir dalam konflik mereka.

Identitas film
Judul Film: Autobiography
Sutradara dan Penulis: Makbul Mubarak
Produser: Yulia Evina Bhara
Pemeran: Kevin Ardilova, Arswendy Bening Swara, Yusuf Mahardika, Rukman Rosadi, Lukman Sardi, Haru Sandra
Tanggal rilis: 19 Januari 2023 (Indonesia)
Durasi: 115 menit
Resentator: Naili Zumna H.

  • 0share
  • 0
  • 0
  • 0
  • 0
Tags: autobiographybapakismbapakism orde barubudaya bapakismfenomena bapakismresensi film autobiography
Previous Post

Roti Gandum di Bawah Lampu Jalan

Next Post

Kabar Gembira! Beasiswa KIP-K bagi Mahasiswa Baru UIN Walisongo Sudah Dibuka

Naili Zumna Hidayah

Naili Zumna Hidayah

Related Posts

Keinginan Hidup, Keinginan hidup normal, Film Sleep Call, Resensi film Sleep Call, Film mental health, 
Sinema

Dualisme Keinginan Hidup Normal

by Bayu Setyawan
2 Agustus 2024
0

...

Read more
Mental illness, Kukira kau rumah, Resensi film kukira kau rumah, Kesehatan mental, Film gangguan mental

Paradigma Miring Masyarakat terhadap Penderita Mental Illness

13 Juli 2024
Social media, The Social Dilemma, Film The social dilemma, Resensi The social dilemma, Dampak sosial media, Bahaya media sosial

Buah Simalakama Social Media

23 Juni 2024
The Dark Knight, Resensi film joker, Film Nolan, The Dark Knight 2008, Film The dark Knight

Kebebasan Absolut dalam Nihilisme Joker

7 Mei 2024
Poster Film Aum!

Recall Reformasi Melalui Mockumentary

18 Januari 2024

ARTIKEL

  • All
  • Kolom
  • Mimbar
  • Rak
  • Sinema
  • Opini
UIN Walisongo, Beasiswa UIN Walisongo, Bantuan Pendidikan, Beasiswa S1, Syarat Beasiswa

UIN Walisongo Sediakan 9 Beasiswa dan Bantuan Pendidikan bagi Mahasiswa

29 Mei 2025
FORMAKIP UIN Walisongo, PMB UIN Walisongo, Bantuan KIP-K, Pemotongan Biaya KIP-K, UIN Walisongo

Ketua FORMAKIP UIN Walisongo Pastikan Tidak Ada Pemotongan Biaya Living Cost

19 Mei 2025
Suara Parau Tukang Koran, Sastra Soeket Teki, Puisi Soeket Teki, SKM Amanat, Puisi SKM Amanat

Suara Parau Tukang Koran

16 Mei 2025
SEMA FDK, Diskusi Terbuka FDK, FDK UIN Walisongo, Diskusi Mahasiswa, UIN Walisongo

SEMA FDK Gelar Diskusi Terbuka Ajak Mahasiswa Melek Politik

28 Mei 2025
Load More

Trending News

  • UIN Walisongo, Beasiswa UIN Walisongo, Bantuan Pendidikan, Beasiswa S1, Syarat Beasiswa

    UIN Walisongo Sediakan 9 Beasiswa dan Bantuan Pendidikan bagi Mahasiswa

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketua FORMAKIP UIN Walisongo Pastikan Tidak Ada Pemotongan Biaya Living Cost

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 7 Atribut Ini Wajib Dikenakan Saat Wisuda

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Terinspirasi Pemikiran Socrates, Antarkan Iffah Raih Predikat Wisudawan Terbaik FUHUM

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • The Night Comes for Us: Banjir Darah Manusia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Filosofi Toga yang Harus Wisudawan Tahu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Amanat.id

Copyright © 2012-2026 Amanat.id

Navigasi

  • Tentang Kami
  • Media Partner
  • Advertorial
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Kontak

Ikuti Kami

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
  • Login
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result

Copyright © 2012-2026 Amanat.id

Send this to a friend