“Kadang kebenaran tak cukup baik. Terkadang orang layak mendapat lebih. Terkadang keyakinan masyarakat patut dihargai,” – Bruce Wayne.
Kebebasan dalam sudut pandang moralitas dewasa ini sering kali dipahami sebagai sesuatu yang abstrak dan inkomponensial. Bahkan, banyak buku-buku filsafat atau karya sastra yang menjejali para pembacanya untuk menjelajahi kebebasan mereka yang terkekang dan ambigu. Seperti Jean Paul Satre pernah menyinggung kebebasan eksistensialisnya.
Satre berkata ”aku dikutuk bebas, ini berarti bahwa tidak ada batasan atas kebebasanku, kecuali kebebasan itu sendiri, atau jika mau, kita tidak bebas untuk berhenti bebas.” mungkin terdengar seperti setiap manusia yang lahir dianugerahi kebebasan dalam pemaknaan kelahiran dan kematian itu sendiri.
Dalam menertibkan hak bebas manusia di dunia ini, hukum lahir sebagai salah satu komponen sosial yang menertibkan, walaupun pada dasarnya hukum juga berkawan dengan norma sosial, moralitas, etika dan agama. Para pelanggar hukum disandangi gelar sebagai manusia tak bermoral.
Moralitas adalah di atas segalanya, bahkan hukum didasari oleh moralitas kebaikan demi memberi pelajaran kepada yang jahat. Penelaahan seperti ini semenjak era Yunani kuno sampai saat ini telah hidup sebagai salah satu lentera hidup masyarakat.
Berbeda dengan Joker, dalam film The Dark Knight (2008) karya Christopher Nolan, karakternya hadir sebagai antitesis Batman sang interpretasi rezim moral. Ia hadir dengan versi kebebasan lain dalam ideologinya. Tatanan sosial seperti moralitas, norma, dan batas-batas etika menurut Joker hanyalah jeruji pengekang kebebasan manusia dalam menentukan kebebasan yang absolut. Ia menganggap dirinya sendiri Agent of Chaos, dia naik ke tampuk kekuasaan tak terikat moral, norma, identitas, hukum, bahkan agama. Dia adalah Joker, sang interpretasi kekacauan dalam karakter komik dan film.
Di sisi lain, Batman diceritakan dengan latar belakang yang memilukan. Ayah dan ibunya dibunuh oleh seorang kriminal di depan mata kepala sendiri ketika masih berusia delapan tahun. Dengan pengalaman traumatis nya, ia berambisi membuat kota Gotham bersih dari kriminalitas dan birokrat yang korup. Batman sangat menjunjung tinggi nilai moralitas dan hukum. Ia bersumpah tidak membunuh semua kriminal kota Gotham yang ia tangkap.
Rupanya, Batman hampir melanggar prinsipnya sendiri. Dihadapan Joker, Batman dibuat mengambang antara batas pahlawan atau penjahat yang suka main hakim sendiri. Membunuh Joker maka semua masyarakat Gotham akan damai, atau tetap mengikuti ideologinya meskipun setiap hari ada warga yang dibunuh Joker. Batman frustrasi atas ideologi moralnya sendiri dalam utilitarianisme yang Joker bawakan.
Radikal Nihilisme
Joker merupakan antagonis utama dalam film. Ia punya dua versi masa lalu berbeda yang berimbas pada luka bekas sayatan berbentuk senyum pada wajahnya. Versi pertama hubungan dengan ayahnya jauh dari kata harmonis. Ayahnya merobek mukanya menggunakan pisau agar dia selalu tersenyum.
Versi kedua ia disayat oleh istrinya sendiri karena frustrasi. Entah mana yang benar. Namun, satu hal pasti masa lalu joker dinarasikan tak terlalu penting dan pasti ada suatu tragedi. Masa lalunya tak bisa menaklukan kebebasannya.
Tidak memiliki keluarga, pasangan, saudara, teman, wajah, bahkan sidik jari. Hidupnya bukan pelarian. Namun, ia menganggap dirinya melampaui batas yang bisa dilakukan masyarakat pada umumnya. Kebebasan.
Tak ada motivasi, tak ada keinginan untuk berkuasa layaknya seorang politikus, yang ia dambakan hanyalah melihat dunia terbakar karena sistem yang dibuatnya sendiri.
Nihilisme yang populer dibawakan oleh Friedrich Nietzsche merujuk pada ketiadaan nilai pada segala aspek kehidupan. Dalam kasus joker yang seorang Nihilis Aktif, berpikir bagaimana jika kehidupan menghancurkan sesuatu yang berarti. Seperti kasih sayang, kebencian, dan perasaan emosional lainnya yang terikat dengan segala aspek tatanan sosial dan kehidupan.
Joker menganggap dirinya di atas kurva dari standar moral dan norma manusia. Jika Batman menjunjung tinggi segala moralitas untuk menegakkan keadilan, maka Joker membuang semuanya. Menurutnya keadilan itu subjektif dan bisa dipilih seperti menentukan pihak mana yang lebih layak hidup.
Pada pilihan ini, menurut joker sifat asli manusia akan keluar dengan sendirinya. Alam bawah sadar manusia akan membuatnya memilih dirinya sendiri sebagai pihak yang paling layak untuk diberi keadilan. Hal-hal semacam itu dalam film ditampilkan sebagai permainan kepada masyarakat Gotham dari Joker tuk ia tertawakan. Because, life is a comedy. Not tragedy.
Seperti pada bukunya Nietzsche, Beyond Good and Evil yang menyinggung tentang tidak adanya orang baik maupun jahat. Antropologi baik dan jahat lahir karena manusia memaknai kebijaksanaan sebagai peran politis dalam mencapai suatu posisi. Perilaku mengendarai kebijaksanaan ini juga banyak melahirkan penderitaan yang kemudian hari menjadi bibit-bibit konflik peperangan.
Seperti yang terjadi pada Marie Antoinette, istri raja Louis XVI dan rakyat Perancis abad 18 sebelum Revolusi Perancis terjadi. Marie yang di cap sebagai penjahat dan rakyat Perancis sebagai pahlawan demokrasi yang kemudian hari memenggal kepala sang “Ratu Defisit”. Sampai Marie terpenggal, ia tak pernah mengaku dirinya sebagai penjahat, bahkan banyak penelitian yang menerjemahkan revolusi Perancis juga didasari propaganda tentang Marie.
Joker memaknai tanah di atas bumi seperti sebuah studio produksi film. Semua manusia berperan berdasarkan sesuatu yang tak rasional seperti teologi, moralitas, norma, status sosial, uang dan hukum. Komponen-komponen itu menjelma menjadi job-desk setiap manusia yang berada dalam studio. Maka menurut Joker, studio produksi haruslah dibakar agar semua orang bisa lepas dari job-desknya. Dengan itu mereka mendapat kebebasan yang sesungguhnya.
Dua Sisi Keadilan
Mendekati akhir film kita diperkenalkan dengan karakter antagonis lainya dengan julukan “Two Face”. Pria bernama asli Harvey Dent yang sebelumnya bekerja sebagai jaksa di kota Gotham. Sebelumnya Harvey dikenal sebagai simbol keadilan sejati di kota. Sang White Knight dengan prestasi menjebloskan mafia narkoba serta para kriminal Gotham. Keberaniannya dalam membela hak setiap warga Gotham membuat namanya melambung tinggi, terutama dalam benak Joker.
Sama seperti yang Joker lakukan kepada Batman, Harvey dibuat bimbang atas ideologinya sendiri. Keadilan yang tak memihak. Dalam penyelesaian kasus-kasus di pengadilan ia menggunakan dua sisi uang koin sebagai bahan pertimbangan apakah ia akan mengacuhkan atau menjebloskan terdakwa ke dalam jeruji besi.
Harvey berpikir keadilan seharusnya seperti dua sisi uang koin. Ketika ia melempar koin, disitulah letak keadilan. Keadilan yang tidak dapat diintervensi dan tidak memihak. Namun, setiap kali ia melempar koin tersebut, sisi koin selalu menunjukkan pada pilihan untuk menjebloskan para kriminal ke penjara. Harvey selalu bertaruh kepada takdir.
Karena idealismenya menarik bagi Joker, tunangan Harvey pun dibunuh Joker dalam keadaan yang sama dengan pertaruhan uang koin. Batman harus memilih menyelamatkan Harvey atau tunangan Harvey sekaligus love interest Batman. Sang kelelawar memilih menyelamatkan love interest-nya. Bodohnya Batman tak tahu jika Joker menukar posisi kedua tawanannya itu. Lantas ia terkejut jika seseorang yang ia selamatkan adalah Harvey.
Dengan kematian tunangannya, Harvey merasa Batman lah yang patut disalahkan. Agaknya Joker memanfaatkan hal ini dengan meruntuhkan ideologi Harvey akan keadilan. Harvey diberi kesempatan untuk memutar balikkan keadaan dimana keadilan hanya untuk dirinya sendiri, bukan masyarakat yang membuatnya menjadi korban.
Dua sisi mata koin kini diperuntukkan nasib apakah orang yang bersangkutan akan dibunuh atau dibiarkan hidup. Two Face melepas semua perkara utilitarianitas nya. Seperti yang didefinisikan oleh John Rawls yang didasarkan pada teori kontrak Locke dan Rousseau serta deontologi Kant. Keadilan seharusnya didasarkan oleh kebebasan dan hak pribadi setiap individu lalu menerjemahkannya dalam suatu prosedural yang murni dan tanpa standar. Two Face memaknai ini secara pesimis bahwa oportunitas adalah nyawa manusia. Koin sebagai prosedur yang benar-benar murni dalam menjangkau keadilan yang murni juga.
Nolan dan Joker
Joker sepanjang film melakukan tindakan-tindakan yang dianggap di luar moralitas serta norma sosial menjadi representasi dari Übermensch dalam Thus Spoke Zarathustra karya Friedrich Nietzsche. Übermensch atau konsep manusia super diandaikan sebagai seseorang yang mengarungi samudera luas nan asing.
Ia melepas semua keterikatan seperti cinta dan moralitas. “Lalu ia jika ia rindu pulang maka sudah tak ada tempat pulang, karena ia telah membakar pulau-pulau tempatnya pulang”. Dalam pelayaran mengarungi samudera itu tak ada yang lebih mengerikan dari luasnya keterasingan. Joker rupa-rupanya juga mengajak seluruh warga Gotham untuk sama seperti dirinya.
Pada akhirnya joker tertangkap dan itu adalah rencananya. Dia bisa mengubah citra batman yang tadinya merupakan simbol harapan bagi kota Gotham menjadi seorang penjahat main hakim sendiri. Itu semua terjadi karena tatanan sosial yang berlaku akan moralitas berhasil joker didistorsikan kepada batman.
Moralitas kadang hanya sekedar alat di mana seseorang menggunakannya untuk mencapai posisi atau status sosial tertentu. Begitu pun keadilan, keadilan sudah seperti permainan antara menang dan kalah. Posisi moral dalam berlaku adil menjadi rancu walaupun sekian banyak sarjana yang turut mengadili.
Sepanjang film masyarakat diajak untuk setuju dengan argumen Joker akan kekacauan. Masyarakat yang setuju bertindak anarkis dan sedikit yang bisa tak tenggelam dalam biasnya keadaan. Joker seakan menjadi sutradara dari The Dark Knight itu sendiri. Selama kurang lebih dua setengah jam kita bisa menyaksikan bagaimana si Joker ini merancang skripnya dalam bermain-main kepada Batman maupun Gotham.
Tak heran jika sang pemeran Heath Ledger memenangkan penghargaan Oscar dalam kategori aktor pendukung terbaik 2009. Heath Ledger mendalami peran Joker ini dengan mengurung diri selama tiga bulan di kamar hotel untuk hasil yang sempurna. Namun, Ledger meninggal sebelum pengumuman pemenang Oscar kala itu dikarenakan overdosis yang rumornya dikarenakan memerankan sosok Joker ini.
The Dark Knight diangkat dari komik klasik Batman #1 tahun 1940. Masih banyak dari kalangan masyarakat yang melabeli komik hanya diperuntukkan pada anak-anak. Christoper Nolan berhasil membuat citra Batman dan Joker ini melambung tinggi. Bahkan, The Dark Knight menjadi salah satu dari top 10 movie of all time di IMDb maupun Letterbox.
Dengan kekalahan telak Batman atas Joker, Batman memutuskan pensiun dari aktivitasnya membasmi kriminal dan para koruptor. Perseteruan mereka sudah seperti nihilisme Nietzsche melawan filosofi kebaikan Dostoyevsky. Pertarungan dua idealisme tentang makna kehidupan. Tanpa makna dan memaknai dengan cinta. Di akhir film kita bisa melihat interpretasi ini dalam perbincangan Joker dan Batman.
“Aku pikir kau dan aku ditakdirkan melakukan ini selamanya. Kau tahu semua akan berlipat ganda (kekacauan), hilangnya akal penduduk kota ini,” kata Joker kepada Batman.
“Kota ini baru saja menunjukkan kepadamu bahwa kota ini penuh dengan orang yang siap untuk percaya pada kebaikan,” jawab Batman.
“Sampai semangat mereka hancur total,” tutup Joker.
Identitas film:
Judul Film: The Dark Knight 2008
Sutradara : Christopher Nolan
Produser : Emma Thomas, Charles Roven, Christopher Nolan
Ditulis oleh : Jonathan Nolan, Christopher Nolan
Cerita : Christopher Nolan, David S. Goyer
Berdasarkan : Karakter yang muncul di buku komik diterbitkan oleh DC Comics
Perusahaan produksi : Warner Bros. Pictures, Legendary Pictures, DC Comics, Syncopy
Pemeran : Christian Bale, Michael Caine, Heath Ledger, Gary Oldman, Aaron Eckhart, Maggie Gyllenhaal, Morgan Freeman
Tanggal rilis : 14 Juli 2008 (kota New York)
Durasi : 152 menit
Resentator : Imamul M.