Musim ke-2 memasuki tahun 2020 Film Sex Education telah tayang di Netflix, lebih tepatnya sejak 17 Januari 2020. Film ini adalah lanjutan dari serial musim pertama yang tayang pada 11 Januari 2019. Cerita di musim ini melanjutkan perjalanan Otis Milburn (Asa Butterfield), Maeve Wiley (Emma Mackey), Eric Effiong (Ncuti Gatwa), atau kawan-kawan dalam pencarian jati diri dan mengelola birahi.
Serial Netflix Garapan Ben Taylor dkk ini terbagi menjadi delapan episode dengan mengusung topik yang berbeda-beda. Seperti episode pertama yang dibuka dengan melebarnya infeksi klamida di Mooordale High School, episode ke-4 tentang aseksual, sampai episode ke-7 yang menekankan kepada isu pelecehan seksual.
Hadirnya topik yang berbeda-beda membuat ‘Sex Education’ musim ke-2 jadi punya cerita yang lebih kaya. Isu seksualitas yang disinggung jadi lebih lebar, namun masih relevan dengan kehidupan remaja mayoritas.
Misalnya kasus pelecehan seksual yang menimpa Aimme Gibbs ketika ia berangkat sekolah dengan menaiki kendaraan umum, Aimme dilecehkan seorang laki-laki yang melakukan masturbasi di belakangnya saat berada di dalam bus.
Aimee tidak menyadari bahwa ini adalah bentuk pelecehan, sampai akhirnya ketika tiba di sekolah ia menceritan peristiwa tersebut kepada Meave yang kemudian dipaksa untuk melapor ke polisi. Di luar kekesalan Aimme yang terkena noda sperma, ternyata diam-diam ia memiliki trauma untuk menaiki bus. Bayang-bayang pelaku pelecehan dalam bus itu terus menghantui hari-hari Aimme, sehingga tubuhnya menolak tiap kali akan disentuh oleh orang lain.
Diepisode ke-7, Aimme tahu bahwa ia tidak sendirian, teman-teman ceweknya yang lain, yaitu Meave, Olivia Hanan, Ola Nyman, Lily Iglehart, dan Vivi ‘Viv’ Odesanya (Chinenye Ezendu), Juga pernah mengalami pelecehan seksual dalam beberapa hidupnya, seperti adegan dalam film ‘The Breakfast Club’ versi feminis.
Semua tokoh dijatah degan pelecehan seksual
Cerita yang lebih kaya di musim ini memungkinkan tiap karakter mendapatkan porsi korban pelecehan seksual. Tidak melulu fokus terhadap Otis, Meave, dan Eric, musim ke-2 semakin menonjolkan cerita karakter-karakter yang di musim pertama hanya sebagai pelengkap.
Seperti tokoh Dr. Jean F. Milburn (ibu Otis) sebagai terapis seks yang di musim ini lebih banyak menghabiskan waktu di tengah mahasiswa Moordale High okohSchool. Ia membuka klinik setelah menyebarnya infrksi klamkida.
Namun ternyata tidak hanya mahasiswa Moordale yang konsultasi ke Dr Jean, melainkan istri kepala sekolah Moordale itu sendiri juga melakukannya.
Atas masalah itu menyadarkan, bahwa orang dewasa juga belum tahu apa-apa soal seks, sisi lain menyadarkan bahwa pendidikan seks tidak hanya penting untuk remaja, tapi juga semua usia.
Di musim ke-2 kali ini bukan hanya Otis yang membuka praktik di SMA Moordale, Dr Jean juga membuka konsultasi kesehatan seksual atas permintaan kepala sekolah. Akibatnya muncul persaingan antar ibu dan anak yang punya pendekana masing-masing untuk memberikan solusi atas permaslahan ‘klien’ mereka. Uniknya, prespektif Dr. Milburn adalah praktisi profesional dan lebih mengerti sudut padang perempuan.
Di musim ke-2 ini juga penulis skenarion Lautie Nunn menunjukkan kecerdasannya. Topik-topik berat dan sensitif seperti trauma emosional yang dialami penyintas pelecehan seksual dan kesehatan alat reproduksi diberikan tanpa sikap judgemental dan juga informatif. Sesuai judulnya, sex education ternyata juga memberikan pendidikan tentang kesehatan seksual.
Fenomena seks education bagi remaja
Fenomena seks education di Indoensia sampai hari ini masih menjadi hal yang tabu, kurangnya pengetahuan perihal pelecehan seksual menjadikan korban tidak mengerti apakah tindakan-tindakan verbal maupun fisik yang dilakukan oleh oknum lawan jenis terhadap dirinya termasuk sebuah kejahatan.
Di Indonesia marak terjadi pelecehan seksual, misalnya kasus pelecehan seksual yang baru terungkap setelah orang tua korban mendapati anaknya hamil kemudian lapor polisi.
Sebagai conotoh, pertenghan Oktober 2021 kasus oknum guru voli di Jawa Tengah cabuli belasan anak didiknya yang masih di bawah umur, satu di antaranya hamil. Kasus ini baru terungkap setelah orang tua (korban hamil) mendapati anaknya hamil kemudian melapor ke polisi. Setelah polisi mendalami kasus tersebut ternyata jumlah korban pencabulan sebanyak 14 anak.
Jika ditarik benang merah, fenomena di atas cukup membuktikan bahwa minimnya pemahaman sexs education utamanya di kalangan remaja dan anak di bawah umur. Interaksi tidak menyenangkan dari lawan jenis kepada dirinya apakah termasuk tindak kriminal pelecehan seksual atau bukan, sehingga mereka memilih untuk menyimpannya sendiri dan berdampak trauma mendalam bagi korban seperti yang ada dalam film.
Minimnya pengetahuan tentang seks education, utamanya anak-anak banyak dimanfaatkan oleh para predator seks, mereka dijadikan sasaran empuk lantaran para korban dalam hal ini anak-anak kurang memahami apakah itu tindakan pelecehan seksual atau bukan. Untuk itu perlu adanya seks education bagi anak-anak yang selama ini masih dianggap tabu di Indonesia.
Pada hakikatnya anak-anak juga berhak untuk berpartisipasi serta menyatakan pendapat dan berpikir sesuai hati nurani dan agamanya. Penting juga bagi kita untuk memberi anak akses informasi yang akurat tentang orientasi seksual dan identitas gender, di lingkungan keluarga maupun lingkungan sosial dan institusi sekolah.
Swasensor terhadap pendidikan seksual sejak dini bukanya memberi rasa aman dan perlindungan, tetapi berdampak negatif yang lebih menyakitkan pada sang anak. Mereka rentan dikelabui oleh orang dewasa, mereka rentan melakukan hubungan seksual beresiko, mereka juga rentan menerima kekerasan seksual.
Pada akhirnya sang anak sangat membutuhkan peran orang tua dan keluarga yang bisa memberikan pengetahuan tentang batasan seksual yang boleh dan tidak boleh. Sebagai anak mereka membutuhkan peran orang tua yang sesuai untuk menghindair terjadi pelecehan seksual. Peran orang tua yang selalu terbuka terhadap anaknya adalah sesuatu yang dibutuhkan anak dan orang tua dan orang tua sudah harus menerapkan pengetahuan-pengetahuan tentang seksualitas kepada anaknya tetapi sesuai dengan umur dan metode yang tepat.
Film serial drama-komedi produksi Negri Ratu Elizabeth ini adalah film yang sangat direkomendasikan mengingat baru-baru ini di Indonesia marak sekali kasus pencabulan anak dibawah umur. Tak sembarang kasus pencabulan, satu kasus yang terungkap korbanya berjumlah belasan dan hal itu menjadi perhatian serius para orang tua kepada putri remajanya.
Untuk itu, film Seks Education menjadi relevan apabila dipertontonkan di Indonesia. Dari film tersebut akan menyadarkan pentingnya seks education sejak dini agar mereka memahami batas-batas interaksi antar lawan jenis, serta dampak-dampak yang ditimbukan setelahnya.
Judul Film: Sex Education
Sutradara: Ben Taylor, Sophie Goodhart dan Alice Seabright
Penulis Naskah: Laurie Nunn, Sophie Goodhart dan Rosie Jones
Durasi: 8 Episode
Produser: Jon Jennings
Pemeran: Asa Butterfields, Gillian Anderson, Ncuti Gutawa dan Emma Mackery
Produksi: Netflix
Tanggal Tayang: 17 Januari 2020
Reesenator: Mukhammad Khasan Sumarhadi