Film yang diadaptasi dari novel best seller karya Cho Nam Ju dengan judul yang sama ini memang telah berhasil mencuri perhatian sejak bukunya rilis dan di baca banyak orang.
Tayang perdana di Korea pada 23 Oktober 2019 dan 07 november 2019 di Indonesia, film ini mengisahkan diskriminasi terhadap perempuan yang memiliki anak di Korea Selatan yang masih konservatif dengan budaya patriarkatnya, film ini pun cukup menuai banyak kontroversi di Korea Selatan, karena dianggap mengangkat tema yang sensitif, yaitu feminisme dan kesehatan mental.
Film bergenre melankolis ini bercerita kisah Kim Ji Young (Jung Yu Mi) yang menikah dengan seorang pria idamanya Jung Dae Hyun (Gong Hyoo) dan memiliki putri cantik berusia 26 bulan. Demi mengurus sang putri, Ji Young harus merelakan karirnya dan menjadi ibu rumah tangga. Sebenarnya tak ada masalah diantara Ji young dengan Dae Hyun namun masalah ini mulai muncul ketika Ji Young tidak menyadari bahwa ia tertekan dan mengalami post partum depression.
Seksisme yang di alami Kim Ji Young sejak muda ditambah dengan sang mertua yang sangat patriaki serta kritik orang orang yang mengganngap ibu rumah tangga adalah pekerjaan yang sangat nyaman menjadikan kondisi semakin parah.
Awalnya Ji Young hanya merasa kurang bersemangat. Ia mulai mudah lupa dan jengkel. Namun Ia mulai merancau dan bersikap seakan ia adalah orang lain. Sayangnya Ji Young tidak menyadari bahwa ia dalam kondisi depresi dan membutuhkan pertolongan. Semantara itu Dae Hyun terlalu takut dan khawatir untuk mengatakan yang sebenarnya.
Film ini menyapa klimaks setelah orang tua Ji Young mengetahui penyakit yang telah di miliki anaknya yang berniat menghidupkan karirnya lagi setelah sekian lama. Bukan dukungan yang diterima melainkan hambatan serta halangan yang muncul seolah tidak ada jalan keluar dan menjadikan Ji Young semakin terpuruk.
Pro dan Kontra
Sutradara seakan mengajak penonton untuk melihat realita dalam kehidupan sehari-hari yang banyak kita temui. Perempuan yang seringkali dianggap lebih rendah kedudukannya dibanding pria, terbukti dari beberapa scene ayah Ji Young lebih menyayangi adiknya lelakinya serta perlakuan kantor yang menganggap laki-laki lebih mudah dipromosikan ketimbang perempuan.
Film ini cukup menuai pro dan kontra di Korea Selatan, beberapa pembaca laki-laki menilai cerita tersebut seakan menggeneralisasikan laki-laki sebagai penindas. Padahal menurut mereka, laki-laki juga korban dari ketidaksetaraan gender seperti wajib militer yang hanya diharuskan bagi pria di Korea.
Beberapa kali sutradara mampu membawa emosi penonton meluap sepanjang 118 menit film ini diputar.
Kim Ji Young Born 1982 memiliki alur yang lambat dan maju mundur. Bagi beberapa penonton mungkin film ini akan terasa membosankan. Namun ini adalah keputusan yang tepat. Disutradarai oleh Kim Do Young, seorang aktris yang telah malang melintang di industri hiburan Korea. Ia sekaligus sebagai penulis skenario, berduet dengan Yoo Young A. Ketika film berjalan lambat maka penonton akan lebih mampu menyelami perasaan Ji Young. Ia merasakan waktu berjalan sangat lambat dan membuat frustasi. Ia melihat matahari terbenam dengan perasaan gelisah.
Ada banyak scene di mana kita hanya akan melihat keheningan saja. Atau shoot close up wajah aktor dan aktrisnya dengan handheld camera. Hal ini dilakukan sebagai upaya menyorot maksimal raut emosi para pemainnya. Inilah gambaran yang dirasakan banyak pasutri di luar sana ketika tak mampu berkata-kata saat mengalami masalah. Mereka akan terdiam karena tak memiliki hal lain untuk melanjutkan pembicaraan. Momen tersebut membuat kondisi menjadi lebih sendu.
Terlepas dari pro dan kontra, film ini baik untuk ditonton oleh semua kalangan.
Judul: Kim Ji Young Born 1982
Jenis Film: Drama
Produser: Mo Il young, Jwak Hee Jin, Park Ji Young
Sutradara: Kim do young
Penulis Naskah: Yoo Young A
Durasi Film: 118 menit
Produksi: Lotte culturworks
Pemeran film: Jung Yu Mi, Gong Yoo, dan Kim Mi Kyung
Resentatot: Nur Fitriya Madani