
“Kita tidak belajar di sekolah, tetapi yang utama adalah belajar dalam kehidupan nyata.” –Fahruddin Faiz.
Petikan kata Fahruddin Faiz tersebut seakan menampar kita yang seringkali membanggakan angka tinggi yang kita dapatkan di setiap institusi, baik sekolah maupun perguruan tinggi. Padahal, dalam kehidupan nyata angka-angka tersebut seakan tidak berguna jika kita tidak pernah mengerti apa yang sedang kita alami.
Kita seringkali cepat menaruh rasa puas ketika mendapatkan peringkat dan angka yang tinggi di sebuah institusi sehingga seringkali kita lupa akan pembelajaran apa yang akan datang nantinya tanpa melihat nilai-nilai itu.
Di sekolah, seringkali kita diajarkan untuk memiliki rasa idealisme yang tinggi, bahkan ilmu-ilmu yang diterima pun seakan berjarak dengan kehidupan nyata. Bagaimana tidak, kita di dalam kelas seringkali hanya mendapatkan teori, tanpa tahu fakta seperti apa yang akan kita hadapi nantinya.
Hal itu serupa seperti yang pernah diungkapkan George Santayana, penulis berkebangsaan Spanyol. George menekankan bahwasannya teori membantu kita menanggung ketidaktahuan kita tentang fakta.
Meskipun dengan memiliki sebuah teori tentang kehidupan nyata, hal itu tidak memberikan jaminan sempurna dalam merangkai cerita kehidupan. Semangat belajar dalam hidup harus seringkali kita miliki untuk bisa tetap survive dalam kehidupan.
Belajar Setiap Saat
Seorang filsuf barat, Lucius Annaeus Seneca pernah berkata jika pelajaran paling penting dan banyak menghuni di pikiran kita adalah dari kehidupan nyata. Banyak pembelajaran yang tersebar luas di kehidupan, tergantung diri kita mau mengambil pelajaran itu atau mengabaikannya.
Belajar merupakan sebuah proses yang dilakukan oleh setiap individu untuk mendapatkan perubahan tingkah laku, baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan, juga sikap dan nilai positif sebagai suatu pengalaman yang dipelajari.
Seringkali kita menganggap belajar itu harus berada di suatu tempat dan tidak bisa dari sembarang orang. Namun, sejatinya tidak demikian. Semua orang bisa belajar dimanapun dan dengan siapapun yang mereka mau.
Akhir kata, mari kita renungkan kutipan berikut:
“Siapapun orangnya adalah guru, di manapun tempatnya adalah sekolah, peristiwa apapun hakekatnya adalah pelajaran-pelajaran.” –Anonim
Nur Rzkn