Setelah melewati masa pubertas dan mulai menyadari berbagai realita hidup, pada dasarnya, menjadi dewasa tentu bukanlah hal yang mudah. Fase ini dinamakan Quarter Life Crisis (QLC).
Quarter life crisis atau krisis seperempat abad merupakan suatu periode saat seseorang mulai menginjak usia 18–30 tahun. Pada usia ini, manusia akan mulai menjalani kehidupan yang sebenarnya karena akan ada tanggung jawab yang lebih besar dari sebelumnya dan dibebankan pada setiap individu.
Umumnya, kekhawatiran ini meliputi masalah relasi, percintaan, karier, ekonomi, dan kehidupan sosial lainnya. Nantinya, perasaan bingung, hilang arah, dan gelisah akan ketidakpastian kehidupan di masa mendatang akan muncul secara bersamaan jika tidak dikendalikan.
Media sosial seperti LinkedIn, telah melakukan sebuah survei bahwa 75% orang yang berusia 25-33 tahun, mengaku pernah mengalami quarter life crisis.
Sebenarnya, masa quarter life crisis menjadi suatu hal yang wajar. Namun, fase ini juga tidak bisa dianggap remeh, karena bila tidak dihadapi dengan bijak, quarter life crisis bisa berubah menjadi stres, depresi, hingga memicu untuk mengakhiri hidup.
Pasalnya, berbagai riset telah menunjukkan jika terdapat sekitar 1,5 juta orang di seluruh dunia lebih memilih untuk mengakhiri hidupnya pada tahun 2020. Di Indonesia, jumlah kasus kematian akibat bunuh diri diperkirakan mencapai 9.000 kasus setiap tahun dan rata-rata sebab mendasarnya adalah depresi.
Dalam hal ini, quarter life crisis harus ditangani dengan tepat agar tidak banyak orang yang kehilangan arah dalam menjalani hidup.
Cara Kendalikan Quarter Life Crisis (QLC)
Ada tiga hal dasar yang bisa dilakukan untuk menghadapi quarter life crisis, antara lain:
1. Mengenali Diri Sendiri
Memahami dan mengenali diri sendiri menjadi kunci penting dalam hidup. Sebelum dihadapkan dengan berbagai pilihan, tentu kita harus mengetahui apa yang menjadi kemampuan, keinginan, kegemaran, dan kesedihan diri sendiri yang pastinya tidak diketahui oleh orang lain.
Setelah bisa membedakan semua itu, pasti tujuan dari mengenali diri sendiri adalah memperoleh ketenangan hati. Dennis Novack dari Drexel University Collage of Medicine mengatakan “Jika molekul-molekul dalam tubuh kita responsif terhadap lingkungan psikologis kita. Kaum bijak mengajarkan bahwa hati dan pikiran yang tenang akan menuntun kita menuju solusi terbaik untuk masalah apapun.”
Membandingkan diri sendiri dengan orang lain hanya akan membuang waktu dan membuat kita semakin khawatir. Alih-alih memikirkan kehidupan orang lain, cobalah mulai mencari tahu apa yang sebenarnya kita inginkan dalam hidup.
2. Membuat Rencana Hidup
Setelah kita tahu keinginan dan tujuan kita, tentu membuat rencana kehidupan menjadi poin selanjutnya. Tidak mungkin jika kehidupan kita hanya mengalir seperti air begitu saja, bahkan air yang mengalir pun tidak selamanya tenang, apalagi kehidupan.
Wujudkan satu per satu keinginan yang sesuai dengan kemampuan yang kita miliki. Jangan hanya berfokus pada target hidup, tetapi nikmati setiap prosesnya dengan rasa bahagia. Perlahan, tanpa kita sadari, hal-hal kecil ini akan membuat hidup lebih menyenangkan.
Dalam buku Respect Yourself karya Patricia Spadaro mengatakan bahwa “Kita tidak akan pernah menemukan kedamaian jika hanya dengan meratapi masa lalu atau menerka-nerka masa depan.”
3. Menjadi Lebih Produktif
Perlu dipahami bahwa salah satu keterampilan yang paling berharga dan wajib kita miliki adalah manajemen waktu yang efektif.
Apabila kita tidak mengelola waktu dengan baik, dapat dipastikan bahwa kita tidak akan mencapai tujuan yang direncanakan dan akan selalu larut dalam rasa cemas serta kekhawatiran. Menjadi pribadi yang produktif tentu tidak mudah, tetapi jika kita sudah memiliki rencana kehidupan, produktif menjadi suatu keharusan.
Orang yang produktif memiliki kebiasaan positif dan dapat mendorong semangat hidup mereka demi mencapai apa yang diinginkan. Dengan menjadi pribadi yang produktif, maka quarter life crisis tidak akan terasa berat karena kita fokus dengan pengembangan diri sendiri.
Jadi, jika fase quarter life crisis yang kita hadapi saat ini dapat diatasi dengan tepat, tentu kita akan terhindar dari kesakitan sosial dan psikologis. Dengan begitu, kecemasan, ketakutan dan kekhawatiran di masa depan akan teratasi secara tepat.
Nurul Fitriyanti