• Tentang Kami
  • Media Partner
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
Kamis, 9 Februari 2023
  • Login
Amanat.id
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
Amanat.id

3 Tips Kendalikan Quarter Life Crisis

Quarter Life Crisis harus ditangani dengan tepat agar tidak banyak orang yang kehilangan arah dalam menjalani hidup.

Nurul Fitriyanti by Nurul Fitriyanti
5 bulan ago
in Milenial, Artikel, Lifestyle
0
Ilustrasi Quarter Life Crisis. (Pixabay)
Ilustrasi Quarter Life Crisis. (Pixabay)

Setelah melewati masa pubertas dan mulai menyadari berbagai realita hidup, pada dasarnya, menjadi dewasa tentu bukanlah hal yang mudah. Fase ini dinamakan Quarter Life Crisis (QLC).

Quarter life crisis atau krisis seperempat abad merupakan suatu periode saat seseorang mulai menginjak usia 18–30 tahun. Pada usia ini, manusia akan mulai menjalani kehidupan yang sebenarnya karena akan ada tanggung jawab yang lebih besar dari sebelumnya dan dibebankan pada setiap individu.

Umumnya, kekhawatiran ini meliputi masalah relasi, percintaan, karier, ekonomi, dan kehidupan sosial lainnya. Nantinya, perasaan bingung, hilang arah, dan gelisah akan ketidakpastian kehidupan di masa mendatang akan muncul secara bersamaan jika tidak dikendalikan.

Media sosial seperti LinkedIn, telah melakukan sebuah survei bahwa 75% orang yang berusia 25-33 tahun, mengaku pernah mengalami quarter life crisis.

Sebenarnya, masa quarter life crisis menjadi suatu hal yang wajar. Namun, fase ini juga tidak bisa dianggap remeh, karena bila tidak dihadapi dengan bijak, quarter life crisis bisa berubah menjadi stres, depresi, hingga memicu untuk mengakhiri hidup.

Baca juga

Pergeseran Makna Cancel Culture di Media Sosial

Ngeri-Ngeri Sedap: Pentingnya Komunikasi dalam Keluarga

Bahaya Flexing di Media Sosial

Pasalnya, berbagai riset telah menunjukkan jika terdapat sekitar 1,5 juta orang di seluruh dunia lebih memilih untuk mengakhiri hidupnya pada tahun 2020. Di Indonesia, jumlah kasus kematian akibat bunuh diri diperkirakan mencapai 9.000 kasus setiap tahun dan rata-rata sebab mendasarnya adalah depresi.

Dalam hal ini, quarter life crisis harus ditangani dengan tepat agar tidak banyak orang yang kehilangan arah dalam menjalani hidup.

Cara Kendalikan Quarter Life Crisis (QLC)

Ada tiga hal dasar yang bisa dilakukan untuk menghadapi quarter life crisis, antara lain:

1. Mengenali Diri Sendiri

Memahami dan mengenali diri sendiri menjadi kunci penting dalam hidup. Sebelum dihadapkan dengan berbagai pilihan, tentu kita harus mengetahui apa yang menjadi kemampuan, keinginan, kegemaran, dan kesedihan diri sendiri yang pastinya tidak diketahui oleh orang lain.

Setelah bisa membedakan semua itu, pasti tujuan dari mengenali diri sendiri adalah memperoleh ketenangan hati. Dennis Novack dari Drexel University Collage of Medicine mengatakan “Jika molekul-molekul dalam tubuh kita responsif terhadap lingkungan psikologis kita. Kaum bijak mengajarkan bahwa hati dan pikiran yang tenang akan menuntun kita menuju solusi terbaik untuk masalah apapun.”

Membandingkan diri sendiri dengan orang lain hanya akan membuang waktu dan membuat kita semakin khawatir. Alih-alih memikirkan kehidupan orang lain, cobalah mulai mencari tahu apa yang sebenarnya kita inginkan dalam hidup.

2. Membuat Rencana Hidup

Setelah kita tahu keinginan dan tujuan kita, tentu membuat rencana kehidupan menjadi poin selanjutnya. Tidak mungkin jika kehidupan kita hanya mengalir seperti air begitu saja, bahkan air yang mengalir pun tidak selamanya tenang, apalagi kehidupan.

Wujudkan satu per satu keinginan yang sesuai dengan kemampuan yang kita miliki. Jangan hanya berfokus pada target hidup, tetapi nikmati setiap prosesnya dengan rasa bahagia. Perlahan, tanpa kita sadari, hal-hal kecil ini akan membuat hidup lebih menyenangkan.

Dalam buku Respect Yourself karya Patricia Spadaro mengatakan bahwa “Kita tidak akan pernah menemukan kedamaian jika hanya dengan meratapi masa lalu atau menerka-nerka masa depan.”

3. Menjadi Lebih Produktif

Perlu dipahami bahwa salah satu keterampilan yang paling berharga dan wajib kita miliki adalah manajemen waktu yang efektif.

Apabila kita tidak mengelola waktu dengan baik, dapat dipastikan bahwa kita tidak akan mencapai tujuan yang direncanakan dan akan selalu larut dalam rasa cemas serta kekhawatiran. Menjadi pribadi yang produktif tentu tidak mudah, tetapi jika kita sudah memiliki rencana kehidupan, produktif menjadi suatu keharusan.

Orang yang produktif memiliki kebiasaan positif dan dapat mendorong semangat hidup mereka demi mencapai apa yang diinginkan. Dengan menjadi pribadi yang produktif, maka quarter life crisis tidak akan terasa berat karena kita fokus dengan pengembangan diri sendiri.

Jadi, jika fase quarter life crisis yang kita hadapi saat ini dapat diatasi dengan tepat, tentu kita akan terhindar dari kesakitan sosial dan psikologis. Dengan begitu, kecemasan, ketakutan dan kekhawatiran di masa depan akan teratasi secara tepat.

Nurul Fitriyanti

  • 0share
  • 0
  • 0
  • 0
  • 0
Tags: Artikel psikologiQuarter life crisisTips of life
Previous Post

Kenalkan Fasilitas dan Layanan, Perpustakaan UIN Walisongo adakan ORS

Next Post

Ngaji Filsafat: Memaknai Cinta Melalui Filsafat

Nurul Fitriyanti

Nurul Fitriyanti

Related Posts

cancel culture di media sosial
Artikel

Pergeseran Makna Cancel Culture di Media Sosial

by Redaksi SKM Amanat
6 Desember 2022
0

...

Read more
ngeri-ngeri sedap komunikasi anak dan orang tua

Ngeri-Ngeri Sedap: Pentingnya Komunikasi dalam Keluarga

1 Desember 2022
flexing di media sosial

Bahaya Flexing di Media Sosial

13 November 2022
perdebatan di media sosial

Saat Celetukan Ringan di Media Sosial Menjadi Perdebatan Panjang

2 November 2022
cancel culture

Maraknya Tren “Cancel Culture”; Seberapa Parahkah?

31 Oktober 2022

ARTIKEL

  • All
  • Kolom
  • Mimbar
  • Rak
  • Sinema
  • Opini
pentingnya jurnalisme data

Jurnalisme Data dalam Bercerita

30 Januari 2023
Pelantikan DEMA UIN Walisongo

Studium General DEMA UIN Walisongo, Aziz Hakim Bahas Implementasi Mahasiswa Aktivis

1 Februari 2023
Jurnalisme Data UIN Walisongo

Pentingnya Jurnalisme Data, Amcor UIN Walisongo Fasilitasi LPM untuk Ikut Pelatihan

31 Januari 2023
Rektor UIN Walisongo, Imam Taufiq

Pelantikan DEMA UIN Walisongo, Imam Taufiq Perjelas Tempat Mendewasakan Diri Bagi Mahasiswa

1 Februari 2023
Load More
Amanat.id

Copyright © 2012-2024 Amanat.id

Navigasi

  • Tentang Kami
  • Media Partner
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi

Ikuti Kami

  • Login
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result

Copyright © 2012-2024 Amanat.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Send this to a friend