“Membaca adalah jendela dunia”
Kata-kata itu sudah sering kita dengar saat masih kecil, kan? Sering pula kita jumpai di sekolah maupun di banyak pamflet atau baliho. Dengan membaca, kita bisa menjangkau hal yang tidak tergapai. Misalnya, kita bisa mengetahui budaya suatu negara tanpa harus pergi ke sana, hanya dengan membaca bacaan tentang budaya negara tersebut. Wawasan kita pun ikut bertambah.
Setiap orang mempunyai metode membacanya sendiri. Ada yang membaca dengan melafalkan kata-kata, menggerakkan bibir, menunjuk baris, atau mengulang bacaan ke bagian belakang. Namun, kebiasaan-kebiasaan tersebut akan berdampak pada penyerapan informasi yang diterima.
Mengutip dari buku “Keterampilan Membaca Cerdas” karya Ermanto, tim Amanat.id merangkum beberapa kebiasaan negatif saat membaca cerdas.
1. Kebiasaan Melafalkan Kata (vokalisasi)
Apakah kamu pernah melakukan pelafalan kata-kata saat membaca? Sewaktu kecil, kita diajarkan untuk membaca dengan suara lantang atau vokalisasi. Hal itu dilakukan agar kita terbiasa membaca. Namun, kebiasaan tersebut akan berdampak negatif jika terbawa hingga dewasa. Salah satunya, yaitu memperlambat penyerapan informasi. Dalam teknik membaca cepat, kita dituntut untuk memaksimalkan potensi dalam memahami bacaan. Sehingga jelas, kebiasaan vokalisasi dalam membaca tidak efektif karena menyita waktu.
2. Kebiasaan Menggerakkan Bibir
Ada orang yang tidak bersuara, tetapi bibirnya mengikuti kata yang ia baca. Kebiasaan ini hampir sama dengan melafalkan kata, bedanya ini tidak mengeluarkan suara. Sehingga bibir pembaca hanya terlihat seperti komat-kamit mengikuti huruf dalam bacaan.
Hal ini dapat memperlambat proses penyerapan informasi dalam bacaan karena membaca kata demi kata atau bahkan huruf demi huruf. Selain itu, rahang dan bibir akan cepat lelah dan mudah pegal hingga berakhir mempersingkat daya tahan membaca.
3. Membaca dengan Menunjuk Baris
Dalam keterampilan membaca cerdas, kita tidak perlu membaca setiap kata untuk mendapatkan informasi. Namun, masih banyak dari kita yang menunjuk baris ketika membaca. Selain otak kurang efektif dalam menyerap informasi, waktu yang dibutuhkan dalam membaca menjadi lebih lama. Menurut teori associative memory, otak manusia mampu bekerja dengan cara menghubungkan suatu informasi dengan informasi lain yang sudah tersimpan di memori otak.
Sehingga kita memiliki kemampuan membaca kalimat meskipun hanya dengan sekelibat. Kebiasaan menunjuk baris saat membaca bisa dikurangi dengan metode skimming dan scanning. Skimming adalah teknik mengambil gagasan penting dalam sebuah teks, sedangkan scanning adalah mencari informasi secara spesifik pada teks.
4. Mengulang Bacaan ke Belakang (regresi)
Kebiasaan mengulang-ulang bacaan untuk melihat beberapa kata yang dibaca juga menjadi hambatan serius dalam membaca. Kebiasaan ini terjadi karena otak kita belum sepenuhnya memahami apa yang dituliskan.
Menurut Soedarso (2005), ada beberapa faktor seseorang melakukan regresi dalam membaca. Pertama, ia merasa ragu dengan pemahamannya. Kedua, merasa ada kesalahan cetak pada tulisan yang dibaca kemudian mempertanyakan hal tersebut dalam hati. Ketiga, terdapat kata baru yang belum dipahami pembaca. Keempat, pembaca terpaku pada detail namun salah persepsi, dan terakhir pembaca merasa ada poin penting yang tertinggal.
Dengan keterampilan membaca cepat, kita menciptakan efisiensi. Semakin sedikit waktu yang diperlukan untuk hal-hal rutin seperti membaca, maka akan semakin banyak waktu yang tersedia untuk mengerjakan hal penting lainnya. Sehingga waktu yang kita gunakan bisa lebih efektif.
Azkiya salsa afiana