Penggunaan gadget yang berlebihan oleh anak-anak menjadi tantangan bagi minat belajar dan membaca siswa. Data dari Badan Pusat Statistik pada 2022 menunjukkan bahwa 33,44% anak-anak di Indonesia telah menggunakan handphone dan akses internet secara masif. Guna mengatasi masalah ini, pemerintah berupaya mendistribusikan bahan bacaan yang relevan dengan kebutuhan siswa.
Konsep Living Books yang dihadirkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang mengacu pada buku-buku memuat ide-ide yang dapat membentuk karakter seseorang menjadi lebih mulia.
Dalam penggunaan living books, siswa akan diarahkan pada pengembangan literasi yang mendalam melalui cerita dengan membaca atau mendengarkan lalu memahami dan menganalisis makna informasi, hingga mengapresiasi keindahan bahasa sehingga bisa memperkaya kreativits dan imajinasi.
Solusinya adalah memilih karya sastra yang menarik dan relevan serta menciptakan lingkungan belajar yang mendukung dan memotivasi. Akses terhadap buku juga menjadi kendala, tetapi dapat diatasi dengan menyediakan e-book dan memperkaya perpustakaan sekolah.
Kurikulum Merdeka Belajar besutan Nadiem Makarim menekankan kebebasan untuk mengeksplorasi pemikirannya secara mandiri dan memberikan kesempatan seluas-luasnya untuk memikirkan sesuatu, melakukan sesuatu, dan mencintai sesuatu tanpa intervensi orang lain.
Living books berkontribusi pada pengembangan literasi yang mendalam melalui cerita yang memikat, memungkinkan siswa untuk memahami pesan dan pelajaran yang terdapat di dalamnya. Selain itu, siswa dapat dipertemukan dengan pikiran-pikiran lain, yang memungkinkan terbentuknya pemikiran kritis dan inklusif.
Pemanfaatan metode living books sebagai media Merdeka Belajar memberikan kesempatan bagi siswa dengan tidak ada target yang membatasi cara belajar mereka, seperti “yang penting PR selesai” atau “yang penting naik kelas”. Lebih dari itu, living books menciptakan lingkungan belajar yang dinamis dan berdaya, di mana siswa memiliki kendali penuh atas proses belajarnya sendiri.
Integrasi sastra dalam Kurikulum Merdeka dan penggunaan metode living books sebagai media pembelajaran adalah langkah strategis yang diharapkan dapat meningkatkan literasi membaca. Dengan pemilihan karya sastra yang tepat, pengajaran inovatif, dan dukungan kuat, sastra dapat menjadi untuk memperbaiki kualitas pendidikan literasi di Indonesia.
Living books memberi pendekatan yang memungkinkan siswa untuk belajar dalam membaca dan memahami dunia di sekitar mereka, serta membentuk karakter kritis. Oleh karena itu, keterampilan memilih buku atau bahan bacaan sangat penting. Sesuatu yang terbiasa dibaca berdampak terhadap karakter terlebih fase anak-anak yang memiliki ingatan yang sangat kuat.
Hasna Nurul Afifah
Editor: Khasan Sumarhadi