Memiliki idola yang diidam-idamkan adalah hal yang normal. Rasa suka, kagum, bahkan cinta mungkin pernah dan sedang dirasakan. Akan tetapi, rasa cinta yang berlebihan terhadap idola perlu diwaspadai karena bisa menjadi tanda gangguan kesehatan mental.
Ilmu psikologi menjelaskan mengenai fenomena menggemari sosok idola dari kalangan selebriti atau disebut dengan celebrity worship.
Menurut Rojek (2012), Celebrity worship merupakan suatu kecenderungan untuk dekat dengan idola yang mengarah kepada perilaku disfungsional.
Berdasarkan penelitan Maltby (2004) menyatakan bahwa celebrity worship berhubungan dengan kepribadian, kesehatan mental, serta memiliki hubungan yang signifikan dengan kesejahteraan psikologis yang lemah.
Dilansir dari Psychology Today, syndrome ini digambarkan sebagai gangguan obsesif-adiktif, yakni seseorang menjadi terlalu terlibat, tertarik, dan terobsesi dengan detail kehidupan pribadi seorang selebritas.
Semua tokoh publik sebenarnya dapat menjadi objek obsesi seseorang, seperti penulis, politikus, dan pebisnis. Akan tetapi, penelitian menunjukkan bahwa salah satu gangguan kesehatan ini cenderung menyasar selebritas televisi, penyanyi, dan aktor/aktris film. Hal ini terjadi karena seseorang mengikuti setiap aspek kehidupan hingga meniru perilaku idola.
Salah satu alasan celebrity worship terjadi adalah daya tarik pelarian. Selebriti sering kali mewakili gaya hidup glamor dan tampak sempurna. Mengikuti kisah-kisah mereka dapat memberikan pelarian sementara dari realitas diri sendiri. Namun, penting untuk menjaga keseimbangan yang sehat dan tidak membiarkan obsesi ini menyita hidup kita.
Selain itu, media sosial telah memperkuat sindrom pemujaan selebriti ini. Dengan platform seperti Instagram dan X, kita memiliki akses langsung ke kehidupan sehari-hari selebriti, sehingga lebih mudah untuk mengembangkan keterikatan yang kuat.
Ingatlah untuk terus memperhatikan sifat media sosial yang dikurasi dan tidak membandingkan diri dengan sorotan orang lain.
Apabila remaja mengalami dampak positif dari celebrity worship, maka hal ini dapat dijadikan sebagai inspirasi untuk meraih mimpi dan role model mereka. Namun, tidak semua remaja mampu mengambil dampak positif dari celebrity worship.
Sehingga, menimbulkan dampak negatif yang meliputi rasa ketergantungan, kriminalitas, perilaku konsumtif, rendah diri, menurunkan kinerja belajar, memiliki body image yang rendah, memiliki pandangan bahwa kecantikan, uang dan popularitas mampu membuat kebahagiaan.
Melansir dari laman Only my Health, sindrom ini dapat berdampak buruk pada kehidupan seseorang, memengaruhi kehidupan pribadi, profesional, dan sosialnya. Secara ekstrim, hal itu dapat benar-benar menggagalkan seseorang karena seluruh hidupnya terpusat pada obsesi itu, memengaruhi kehidupan pribadi, profesional, dan sosialnya.
Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa individu yang memiliki celebrity worship syndrome tingkat tinggi lebih berisiko menunjukkan kesulitan psikologis yang parah.
Perlu diingat bahwa mengagumi dan mengapresiasi bakat dan prestasi selebriti adalah hal yang wajar karena mereka pun manusia. Mengembangkan tingkat kekaguman yang sehat, tanpa melupakan kehidupan kita sendiri adalah kuncinya.
Salsabila Alifia Widuri