• Tentang Kami
  • Media Partner
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Advertorial
  • Kontak
Selasa, 13 Mei 2025
  • Login
Amanat.id
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
Amanat.id

Mengembalikan Makna Kata “Perempuan”

Redaksi SKM Amanat by Redaksi SKM Amanat
6 tahun ago
in Artikel
0

Baca juga

Multitasking: Dalang di Balik Kerusakan Otak

Layakkah Soeharto Jadi Pahlawan Nasional?

Rumah Ibadah adalah Milik Tuhan dan Hamba-Nya

Ilustrasi perempuan (www.popbela.com)

Perempuan memiliki akar kata tersendiri. Namun, dalam perjalanannya, kata ini mengalami degradesi semantis atau pejoratif dalam bahasa percakapan kita se hari-hari. Masyarakat tak terlalu menganggap penting penggunaan kata perempuan, wanita, atau bahkan cewek dalam ruang publik kita. Padahal, penggunakan tersebut memiliki konsekuensi yang berbeda. Hal itulah yang banyak digugat oleh aktivis perempuan dari masa ke masa.

Perempuan berasal dari kata per-empu-an yang memliki arti ahli atau mampu. Sedangkan, wanita berasal dari bahasa Jawa, yaitu “wani ditata”, yang berarti “orang yang bisa diatur”. Ini menisbatkan hakikat kaum hawa dalam kehidupan bermasyarakat kita hanya jadi hiasan, atau yang dihias; aksesoris semata. Akar kata cewek malah lebih menghinakan kembali, dan tidak saya sebutkan dalam tulisan saya kali ini.

Meskipun struktur masyarakat patriarkal telah banyak ditentang, namun terjadi anomali. Kaum hawa dalam konteks kini, jarang memahami apa yang diperjuangkan oleh akitifis perempuan di kalangan mereka sendiri. Hal itu terlihat misalnya, dari perasaan merasa selalu lebih bawah kaum adam, dalam konsteks kepemimpinan, pekerjaan, da lain sebagainya. Itu yang menjelaskan pertanyaan mengapa, di kursi parlemen yang menyediakan kuota 30 persen untuk kaum hawa tidak pernah terpenuhi hingga kini.

lebih parahnya, tak sedikit dari kaum hawa yang mengamini posisinya yang hanya sebagai aksesoris semata. Hal itu diperlihatkan dari gaya hidupnya yang hanya memperindah diri untuk menarik perhatian lawan jenisnya. Tentu, hal tersebut menyalahi dari perjuangan banyak aktivis perempuan dalam kancah lokal maupun internasional.

Budaya konsumtif yang tinggi hanya akan menghasilkan generasi pemboros atau Generasi haha hihi yang suka dengan hidup foya-foya. Kalau pencetak generasi bangsa saja seperti ini, Bagaimana dengan nasib bangsa Indonesia ke depan? Apakah masa depan bangsa bisa dititipkan kepada generasi yang begitu? Ironis!

Memang betul, manusia itu memiliki sifat alamiah yang tidak pernah merasa puas, terutama perempuan. Sifat itu lah yang menyebabkan budaya hedonisme dan konsumerisme semakin meningkat. Tidak hanya itu, gaya hidup perempuan yang demikian juga bisa dipengaruh oleh lingkungan sekitar. Misalnya, ia berada di kalangan orang-orang elite, kemungkinan besar ia terbawa arus hidup yang hedonis tersebut. Apalagi kalau orang itu tidak bisa mengontrol diri.

Sebagai seorang perempuan, apalagi kalau mengingat sosok ibu sebagai madrasatu al-uula, maka perempuan harus didesain sebaik mungkin. Oleh karena itu, jadilah perempuan yang pandai mengendalikan diri. Sosok yang memiliki prinsip dan pendirian yang kuat. Sehingga ia tidak mudah terombang-ambing oleh arus kehidupan yang penuh dengan nuansa hedonisme. Janganlah menjadi perempuan generasi penikmat yang hanya ingin enak dan senangnya saja, tapi juga harus menjadi seorang pejuang yang prihatin.

Selamat hari perempuan internasional.

Penulis: Atikah Nur Azzah Fauziyyah

  • 2SHARE
  • 0
  • 1
  • 1
  • 0
Tags: hari perempuan internasionalinternational woman daymakna perempuan
Previous Post

Refleksi Hari Nyepi: Bagaimana “Me-Nyepi” Mempengaruhi Kesehatan Jiwa?

Next Post

Google Bagikan 13 Kalimat Penuh Makna Dari Perempuan, Ini 13 Perempuan Hebat Itu

Redaksi SKM Amanat

Redaksi SKM Amanat

Surat Kabar Mahasiswa UIN Walisongo Semarang. Untuk mahasiswa dengan penalaran dan takwa.

Related Posts

Multitasking, Risiko Multitasking, Dampak Buruk Multitasking, Mahasiswa Multitasking, Pengaruh Multitasking
Artikel

Multitasking: Dalang di Balik Kerusakan Otak

by Nailatul Fitroh
5 Mei 2025
0

...

Read more
Gelar Pahlawan, Gelar Pahlawan Soeharto, Kontroversi Gelar Soeharto, Gelar Pahlawan Nasional, Soeharto

Layakkah Soeharto Jadi Pahlawan Nasional?

22 April 2025
Rumah Ibadah, Aturan Pendirian Rumah Ibadah, Intoleransi Agama, Fenomena Intoleransi di Indonesia, Pelanggaran Kebebasan Beragama

Rumah Ibadah adalah Milik Tuhan dan Hamba-Nya

3 April 2025
lebaran, tradisi lebaran, tradisi unik lebaran, tradisi menyambut lebaran, tradisi menarik lebaran

Ragam Tradisi Menarik dalam Menyambut Lebaran di Berbagai Negara

30 Maret 2025
thr, tunjangan hari raya, asal-usul thr, budaya thr, tradisi lebaran

Wajib Tahu, Inilah Asal Usul Tradisi THR

29 Maret 2025

ARTIKEL

  • All
  • Kolom
  • Mimbar
  • Rak
  • Sinema
  • Opini
ksmw uin walisongo, diskusi ksmw, ruu tni, intervensi tni, uin walisongo

Diskusi KSMW UIN Walisongo Didatangi TNI dan Orang Tidak Dikenal

15 April 2025
Hari Kartini, WPRC UIN Walisongo, Seminar Kartini, KPI UIN Walisongo, UIN Walisongo

Peringati Hari Kartini, WPRC Ajak Perempuan Bersuara

26 April 2025
Gelar Pahlawan, Gelar Pahlawan Soeharto, Kontroversi Gelar Soeharto, Gelar Pahlawan Nasional, Soeharto

Layakkah Soeharto Jadi Pahlawan Nasional?

22 April 2025
fakultas kedokteran, fakultas kedokteran uin walisongo, fk uin walisongo, launching fakultas baru, uin walisongo, fk

Fakultas Kedokteran UIN Walisongo Resmi Launching, Bawa Misi Keislaman

24 April 2025
Load More

Trending News

  • Aksi Diam, Aksi Diam UIN Walisongo, Perpustakaan UIN Walisongo, Aksi Diam Perpustakaan, Perkuliahan Hybrid UIN Walisongo

    Beberapa Mahasiswa UIN Walisongo Gelar Aksi Diam Tuntut Kembalikan Jam Normal Perpustakaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Diskusi KSMW UIN Walisongo Didatangi TNI dan Orang Tidak Dikenal

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • FKHM UIN Walisongo Beri Tanggapan atas Diskusi KSMW yang Didatangi TNI dan Orang Tidak Dikenal

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 7 Atribut Ini Wajib Dikenakan Saat Wisuda

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membaca dan Menelaah Falsafah Mandor Klungsu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Filosofi Toga yang Harus Wisudawan Tahu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Amanat.id

Copyright © 2012-2026 Amanat.id

Navigasi

  • Tentang Kami
  • Media Partner
  • Advertorial
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Kontak

Ikuti Kami

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
  • Login
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result

Copyright © 2012-2026 Amanat.id

Send this to a friend