
Amanat.id- Terik panasnya Kota Semarang di bulan Ramadan tidak menyurutkan semangat peserta aksi “Kekalahan Negara dalam Cengkraman Oligarki” yang diinisiatori oleh Aliansi Rakyat Jateng Menggugat. Berlangsung di depan Kantor Gubernur Jawa Tengah, Semarang. Rabu (13/4/2022).
Salah satu peserta aksi, Kamala mengungkapkan bahwa dirinya baru pertama kali mengikuti aksi karena diajak oleh rekannya. Meskipun begitu, ia tetap mengikuti isu dan tahu akan tuntutan yang disuarakan oleh mahasiswa.
“Ikut aksi kalau saya baru pertama kali, tetapi memang sering mengikuti isu yang ada di masyarakat,” ungkap Kamala saat ditemui Amanat.id ketika mengikuti aksi.
Di samping itu, ia berharap aksi kali ini dilanjut dengan ketegasan dari pemerintah terkait tuntutan yang telah disampaikan oleh rakyat.
“Semoga dari aksi ini, ada ketegasan terkait tuntutan yang disampaikan,” ucapnya.
Kamala juga berpendapat bahwa aksi yang diikuti oleh mahasiswa tergantung dari urgensi masing-masing. Namun, mahasiswa juga perlu menyadari akan kesadaran sosial di sekitarnya.
“Kalau saya pribadi tergantung urgensi dari isu yang disampaikan,” jelasnya.
Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, Khaerunnisa yang sebelumnya sudah pernah mengikuti aksi lebih dari sekali juga berpendapat terkait penting atau tidak mahasiswa mengikuti aksi. Menurutnya, bagian dari masyarakat yang mampu menahan tumbuh subur oligarki suatu negara dari mahasiswa dan rakyat sendiri.
“Satu-satunya lembaga yang bisa menahan tumbuh suburnya oligarki negara itu pemerintah, lalu yang bisa mendesak pemerintah berasal dari mahasiswa dan rakyat sendiri. Sekarang saja hampir seribu masa aksi yang datang dari berbagai universitas dan kalangan diwakilkan oleh mahasiswa,” tuturnya.
Perempuan yang akrab disapa Ica ini juga menganggap bahwa mahasiswa yang hanya meramaikan aksi demi konten merupakan hak pribadi namun tidak membenarkan sepenuhnya.
“Kalau soal konten memang hak pribadi mereka dan saya juga tidak membenarkan.
Sederhananya, ketika mereka datang tahu harga minyak naik dan khawatir ibu mereka tidak bisa membeli minyak sudah cukup,” sambungnya.
Reporter: Nur Aeni Safira