By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Amanat.idAmanat.idAmanat.id
Notification Show More
Font ResizerAa
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
Reading: Tumpulnya Pemahaman Banyak Anak Banyak Rezeki
Share
Font ResizerAa
Amanat.idAmanat.id
  • Tentang Kami
  • Media Partner
  • Advertorial
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Kontak
Search
  • Tentang Kami
  • Media Partner
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Advertorial
  • Kontak
  • Blog
  • My Bookmarks
  • Customize Interests
  • Contact
  • Join Us
  • Member Login
  • News Home 2
  • News Home 3
  • Home News
  • News Home 4
  • News Home 5
Have an existing account? Sign In
Follow US
Banyak anak banyak rezeki, Pepatah jawa, Pepatah banyak anak banyak rezeki, Sejarah pepatah banyak anak banyak rezeki, Kesalahpahaman pepatah jawa,
Ilustrasi keluarga bahagia (istockphoto.com)
Opini

Tumpulnya Pemahaman Banyak Anak Banyak Rezeki

Last updated: 20 Maret 2024 8:14 pm
Redaksi SKM Amanat
Published: 20 Maret 2024
Share
SHARE
Banyak anak banyak rezeki, Pepatah, Pepatah banyak anak banyak rezeki, Sejarah pepatah banyak anak banyak rezeki, Kesalahpahaman pepatah jawa, Pepatah jawa
Ilustrasi keluarga bahagia (istockphoto.com)

“Banyak anak banyak rezeki”

Itulah pepatah yang sering terdengar di telinga masyarakat umum. Bermula ketika Perang Diponegoro (1825-1830) yang mengorbankan kurang lebih 200 ribu nyawa. Karena hal itu, belanda berutang 32 juta gulden.

Van Den Bosc, yang saat itu adalah Gubernur Jenderal Hindia Belanda mengusulkan sistem tanam paksa (cultuurstelsel) untuk menyelamatkan krisis ekonomi.

Yang dibutuhkan bukan hanya soal prasarana, melainkan tenaga kerja yang berlimpah serta murah. Masyarakat diberikan tanah agar nantinya bisa menagih pajak yang kemudian diganti dengan tanam paksa. Pajak itu memberatkan petani, sehingga mereka cenderung ingin punya keluarga yang banyak agar bisa menggarap tanah.

Jika ditelisik kembali, terdapat beberapa faktor yang melatarbelakangi pepatah banyak anak banyak rezeki. Ada perbedaan antara realitas zaman dahulu dengan sekarang dan keterkaitan mengapa anak dikatakan sebagai rezeki.

Dahulu, mayoritas masyarakat Jawa berasal dari kalangan agraris. Dalam hal ekonomi, menjadi petani merupakan profesi utama untuk mencari nafkah. Ada dua pola utama yang menjadikan syarat penting dalam pola ekonomi agraris. Pertama, tanah atau lahan. Kedua Sumber Daya Manusia (SDM).

Dengan memakai sudut pandang sederhana, maka kehadiran anak di kalangan orang tua petani memiliki anggapan sebagai modal berbentuk SDM.

Semakin banyak anak yang dimiliki, semakin banyak pula rezeki yang diperoleh. Karena SDM yang membantu produksi di sawah juga bertambah. Kesalahpahaman pepatah ini diasumsikan dengan jumlah anak berbanding lurus dari potensi produksi di sawah.

Kesiapan Sebelum dan Sesudahnya

Melihat kalangan pekerja sekarang sudah masuk pada zaman industrialisasi, di mana kompetensi pekerja ditentukan oleh skill yang ia punya. Seseorang harus memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus yang spesifik. Spesialisasi merupakan syarat utama untuk masuk dunia kerja industrialisasi.

Jika dilakukan perbandingan antara Indonesia dengan Korea Selatan. Mereka memberikan uang Rp350 juta kepada keluarga yang baru saja melahirkan. Indonesia, ketika masyarakatnya melahirkan tidak diberi apa-apa.

Faktor krisisnya populasi di Korea Selatan menjadi bagian dari tolok ukur mengapa pemerintah Korea Selatan memberikan uang untuk masyarakat yang baru saja melahirkan.

Ini juga tentang membuat, melahirkan, hingga membesarkan perlu dipersiapkan dengan benar. Di Indonesia, bukan malah krisis populasi melainkan overload populasi. Melansir dari World Population Review, per 4 Maret 2024, populasi Indonesia meningkat sekitar dua juta penduduk dari tahun 2023. Di tahun ini penduduk Indonesia mencapai 279.072.446.

Kesalahpahaman masyarakat serta relevansi pepatah banyak anak banyak rezeki adalah hal yang perlu direfleksi, bahwa pepatah tersebut tidak pas dipakai di zaman industrialisasi pekerja.

Perkara melahirkan dan membesarkan satu anak, dibutuhkan persiapan matang. Bentuk dari tanggung jawab agar nantinya sang anak cerdas dan tidak menjadi pengangguran.

Penulis: Rahmat Setiawan
Editor: Revina A

Sebuah Humor yang Dipaksakan
Paradoks Nikah muda; Rencana atau Bencana?
7 Tips Hemat Budget Makanan untuk Anak Kos
Dilematis Ekspektasi Keadilan dan Realitas Hukum
Panti Jompo, Bukan Warna Kusam di Akhir Jalan
TAGGED:banyak anak banyak rezekikesalahpahaman masyarakatkesalahpahaman pepatah jawapepatahpepatah banyak anak banyak rezekisejarah pepatah banyak anak banayk rezeki
Share This Article
Facebook Email Print

Follow US

Find US on Social Medias
FacebookLike
XFollow
YoutubeSubscribe
TelegramFollow

Weekly Newsletter

Subscribe to our newsletter to get our newest articles instantly!
[mc4wp_form]
Popular News
PBAK UIN Walisongo, PBAK 2024, PBAK UIN Walisongo 2024, Kegiatan PBAK, UIN Walisongo, Pembukaan PBAK UIN Walisongo
PBAK 2024UIN WalisongoVaria Kampus

4.004 Mahasiswa Baru Meriahkan PBAK UIN Walisongo 2024

Redaksi SKM Amanat
9 Agustus 2024
4 Hak yang Harus Dipenuhi di Bulan Ramadan
Aktif di Lembaga Luar Kampus, Bantu Agis Jadi Wisudawan Terbaik FSH
Optimalkan Website Persma Kampus, PTIPD UIN Walisongo Adakan Pelatihan SEO
Film Pendek UIN Walisongo Raih Juara I Lomba Lawan Korupsi
- Advertisement -
Ad imageAd image
Global Coronavirus Cases

Confirmed

0

Death

0

More Information:Covid-19 Statistics

Categories

  • Varia Kampus
  • UIN Walisongo
  • Artikel
  • Sosok
  • Akademik
  • Puisi
  • Regional
  • Nasional
  • Wisuda
  • Sastra

About US

SKM Amanat adalah media pers mahasiswa UIN Walisongo Semarang.

Kantor dan Redaksi

Subscribe to our newsletter to get our newest articles instantly!

[mc4wp_form]

© Foxiz News Network. Ruby Design Company. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?