• Tentang Kami
  • Media Partner
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Advertorial
  • Kontak
Rabu, 15 Oktober 2025
  • Login
Amanat.id
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
Amanat.id

Raih Keseimbangan dengan Ekonomi Hijau

Gagasan Ekonomi Hijau dapat menjadi solusi di tengah Ekonomi Konvensional yang dianggap sudah mengabaikan dan menimbulkan permasalahan lingkungan

by Redaksi SKM Amanat
9 bulan ago
in Esai
0
Ekonomi Hijau, Pengembangan Ekonomi Hijau, Manfaat ekonomi hijau, Ekonomi Hijau Indonesia, Green Economy
Ilustrasi konsep ekonomi hijau (istockphoto.com)

Indonesia Emas 2045 menjadi agenda besar negara. Gagasan ini muncul bersamaan dengan genapnya Indonesia berumur satu abad. Agenda besar ini juga merupakan bentuk representasi untuk menyambut surplus sumber daya manusia. Pada rentang tahun 2016-2045 Indonesia digadang-gadang akan mengalami peningkatan usia produktif.

Maka dari itu, pemerintah menggenjot pembangunan infrastruktur, peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan membuka lapangan pekerjaan baru. Dengan harapan, dapat tercapainya generasi emas di tahun 2045. Namun, Visi Indonesia Emas 2045 ini menjadi salah satu pemicu dari kegilaan pemerintah. Ribuan hektare lahan dibabat guna diubah fungsinya menjadi tambang maupun perkebunan.

Pendapatan yang melimpah dari hasil alam telah membuat pemerintah terhipnotis berada di dalamnya. Seperti yang terbaru, Presiden Prabowo menyatakan usulannya untuk menambah lahan kelapa sawit dan tidak perlu khawatir soal deforestasi. Ia menganggap bahwa sawit juga pohon yang juga sama-sama menyerap karbon.

Sawit memanglah pohon, tetapi definisi dari hutan sendiri bukan hanya diisi oleh satu jenis tanaman. Hutan menjadi rumah dari keanekaragaman hayati. Keseimbangan ekologis ini akan tergantikan oleh tanaman monokultur (sawit). Akibatnya, ekosistem alami hutan akan terganti dan fungsi sejati dari hutan akan terganggu yang kemudian akan berdampak kepada manusia itu sendiri.

Proses alih fungsi lahan sawit juga memiliki dampak yang besar. Pembakaran dan penebangan pohon yang masif akan mengakibatkan terlepasnya karbon yang sudah tersimpan ratusan tahun. Setelahnya, sawit tidak dapat menjalankan tugas sebagai penyerap karbon dan air. Akibatnya terjadi kenaikan suhu dan juga banjir di sekitar perkebunan.

Baca juga

Raja Jawa

Mencari Kebenaran dalam Bongkahan Mitologi

Pakaian Perempuan dan Kesenangan Laki-laki dalam Tren Stecu-Stecu

Tentang keuntungan jangka panjang

Pesatnya pertumbuhan populasi penduduk telah mempengaruhi pola konsumsi dan produksi yang ekploratif. Masifnya pemanfaatan alam ini telah menimbulkan dampak bagi kerusakan ekologi.

Niat awal untuk menangani krisis pangan, tetapi malah jadi pemicu krisis yang lebih besar. Perubahan ekologis akan berpengaruh langsung kepada produksi pertanian. Kekurangan air, peningkatan suhu global, serta alam yang mulai sulit ditebak.

Pola ekonomi yang hanya menimbang keuntungan ekonomi jangka pendek. Dengan fokus pada pencapain PDB dan menekan tingkat pengangguran telah terbukti merugikan. Karhutla yang terjadi pada tahun 2015 menjadi bencana ekologi yang membekas bagi masyarakat, khususnya bagi masyarakat Kalimantan Tengah.

Paling terbaru sepanjang tahun 2024 terjadi bencana ekologi di 24 kota atau kabupaten di provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel). Menurut Walhi Sulsel, dalam rentang bulan Januari hingga Desember terjadi bencana ekologi, seperti kebakaran hutan serta lahan, kekeringan, banjir, puting beliung tanah longsor, banjir bandang dan tanah bergerak. Ditaksir kerugian yang diterima sebesar 1,9 triliun rupiah.

Hasil kajian dari kerja sama antara Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan World resources institute (WRI) Indonesia menyimpulkan bahwa model ekonomi konvensional ini terbukti tidak hanya merugikan alam, tetapi juga berdampak kepada pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Jika, tetap menganut model ekonomi konvensional secara terus-menerus, diproyeksikan ekonomi Indonesia akan mandek di 5,1% hingga tahun 2045.

Jika aktivitas ini terus berlangsung, mimpi Indonesia Emas mungkin terancam gagal. Oleh karenanya, pemerintah harus melakukan transisi dan berkomitmen untuk menjalankan model ekonomi hijau.

Ekonomi hijau didefinisikan sebagai konsep ekonomi rendah karbon, efisien dalam penggunaan sumber daya, dan inklusif secara sosial. Sehingga keanekaragaman hayati dan ekosistem alam dapat terjaga.

Dengan mengaplikasikan model ekonomi hijau yang berperinsip keberlanjutan akan memberikan manfaat ekonomi jangka panjang. Menurut hasil pemodelan yang dilakukan WRI Indonesia, petumbuhan PDB akan menyentuh rata-rata 6,3% pada periode 2025 hingga 2045 dan juga akan membuka 1,7 juta lapangan pekerjaan hijau pada 2045, di mana ini mancakup 38% angkatan baru. Artinya, transformasi ke ekonomi hijau memberikan keuntungan yang didapat tidak hanya dari segi finansial, tetapi juga terjaganya keseimbangan alam.

Dengan kata lain, perekonomian yang tidak memperhatikan keberlangsungan akan jauh dari kata untung. Seperti yang dikatakan Nicholas Stern, keuntungan jangka pendek ini tidak seimbang dengan ancaman kerugian yang didapat.

Mengutip perkataan Prof. Emil Salim, di tahun Indonesia berumur genap 100 tahun nanti, negeri ini harus memastikan bahwa lingkungan masih dapat dengan layak dihuni oleh generasi penerus, meski di tengah perubahan iklim dunia. Pernyataan tersebut mengandung pesan penting. Bahwa kesuksesan negara bukan hanya pada presentase pertumbuhan ekonomi saja, tetapi juga dengan indeks kelayakan untuk ditempati.

Penulis: Naurajiwa
Editor: Hikam Abdillah

  • 0share
  • 0
  • 0
  • 0
  • 0
Tags: ekonomi hijauekonomi hijau indonesiagreen economyindonesia emas 2045manfaat ekonomi hijaupengembangan ekonomi hijau
Previous Post

Syifa Fatimah Jelaskan Syarat-Syarat Pengajuan Working Holiday Visa

Next Post

Pengaruh Algoritma Media Sosial terhadap Gaya Hidup

Redaksi SKM Amanat

Surat Kabar Mahasiswa UIN Walisongo Semarang. Untuk mahasiswa dengan penalaran dan takwa.

Related Posts

Raja Jawa, Makna Raja Jawa, Joko Widodo, Sejarah Raja Jawa, Istilah Raja Jawa
Esai

Raja Jawa

by Faisa Dian Kresna
7 September 2025
0

...

Read moreDetails
Mencari Kebenaran, Pengetahuan Mitologi, Filosofi Esoteris, Freemasonry, Konspirasi Freemasonry

Mencari Kebenaran dalam Bongkahan Mitologi

18 Juni 2025
Tren Stecu, Dampak Tren Stecu, Fenomena Stecu, Praktik Budaya Digital, Stecu

Pakaian Perempuan dan Kesenangan Laki-laki dalam Tren Stecu-Stecu

8 Juni 2025
new left, gerakan new left, sejarah new left, gerakan penolakan perang vietnam, chicago 7, john lennon

Gerakan New Left dan Perseteruannya dengan John Lennon

13 Februari 2025
Ilustrasi seseorang menemukan makna kehidupan (istockphoto.com)

Alegori Kehidupan yang Absurd

8 Januari 2025

ARTIKEL

  • All
  • Kolom
  • Mimbar
  • Rak
  • Sinema
  • Opini
layanan shuttle, shuttle uin walisongo, shuttle kampus, shuttle, uin walisongo

Belum Miliki Rute dan Waktu yang Jelas, Beberapa Mahasiswa Keluhkan Layanan Shuttle UIN Walisongo

12 Oktober 2025
UKM UIN Walisongo, UKM-U, Kendala Peminjaman Kelas, Layanan UIN Walisongo, UIN Walisongo

Beberapa UKM UIN Walisongo Keluhkan Sulitnya Akses Tempat Kegiatan karena Kendala Administrasi-Adanya Tarif Peminjaman

7 Oktober 2025
Antologi Cerpen Soeket Teki SKM Amanat Edisi 3

Antologi Cerpen Soeket Teki Edisi 3

3 Oktober 2025
dyah ratna harimurti, peran perempuan, isu keperempuanan, dema fisip uin walisongo, fisip uin walisongo, uin walisongo

Dyah Ratna Harimurti Dorong Perempuan Ambil Peran Strategis dalam Kepemimpinan Publik

11 Oktober 2025
Load More

Trending News

  • BSI Kembali Buka Dua Program Beasiswa, Simak Waktu dan Persyaratannya!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nizar Ali Diperiksa KPK Soal Korupsi Haji, Tegaskan Tidak Tahu Aliran Dana dan Jual Beli Kuota

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Beberapa UKM UIN Walisongo Keluhkan Sulitnya Akses Tempat Kegiatan karena Kendala Administrasi-Adanya Tarif Peminjaman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 7 Atribut Ini Wajib Dikenakan Saat Wisuda

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Maraknya Kasus Kekerasan Seksual di UIN Walisongo, Pembentukan Satgas PPKS Masih Mandek

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Selamat Datang Punggawa Baru! SKM Amanat Loloskan 32 Cakruma yang Berhak Ikuti Workshop 2025

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Amanat.id

Copyright © 2012-2026 Amanat.id

Navigasi

  • Tentang Kami
  • Media Partner
  • Advertorial
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Kontak

Ikuti Kami

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
  • Login
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result

Copyright © 2012-2026 Amanat.id

Send this to a friend