Amanat.id- Pagi hari di Lapangan Utama Kampus 3 dalam penutupan Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) 2024 Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo diisi dengan pengangkatan spanduk yang berisikan keluhan mahasiswa baru (maba), Minggu (11/8/2024).
Sebanyak tiga spanduk bertuliskan kritik seperti “Ma’had cacat, birokrasi bejat”, “Kebijakan baru, derita baru”, “Pendidikan kesehatan cuan!!!” tersebut di angkat tepat di depan panggung oleh beberapa mahasiswa baru UIN Walisongo.
Ketua Pelaksana PBAK UIN Walisongo, Dwiki Ahkam Maula mengaku terkejut dengan aksi yang terjadi.
“Saya awalnya kaget saat pengangkatan spanduk di lapangan,”
Namun, di samping itu Dwiki juga mendukung adanya aksi yang dilakukan oleh mahasiswa tersebut.
“Tapi saya tetap mendukung aksi tersebut,” jelasnya.
Ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa Universitas (DEMA-U), Bagas Adi Saputra mengatakan pengangkatan spanduk bukan instruksi dari DEMA-U, tetapi murni dari keresahan mahasiswa baru UIN Walisongo.
“Dari DEMA tidak menginstruksikan pengangkatan spanduk, tapi murni dari kondisi keresahan mahasiswa,” katanya.
Menurutnya DEMA tetap mendukung dan memfasilitasi kegiatan tersebut.
“Kami men-support penuh hal tersebut, kita juga akan selalu memfasilitasi keresahan-keresahan terkait kebijakan kampus,“ jelasnya.
Lanjutnya, karena penyampaian aspirasi yang sesuai dengan aturan diperbolehkan, seperti dalam prinsip demokrasi.
“Menyampaikan aspirasi sesuai dengan siapa yang dituju itu hal yang diperbolehkan, itu juga sesuai dengan prinsip demokrasi,” lanjutnya.
Bagas juga menambahkan DEMA akan terus mencoba menjalankan tugasnya dengan baik.
“Aspirasi dari mahasiswa akan selalu kami dukung, karena kami para ormawa tangan kanan mahasiswa untuk penyambung lidah,” imbuhnya.
Dirinya mengatakan bahwa forum diskusi akan segera dibuat demi mewadahi aspirasi dan keluh kesah mahasiswa.
“Untuk forum diskusi masih dalam tahap pematangan konsep, mungkin bisa kolaborasi dengan SEMA dan DEMA untuk menyuarakan aspirasi mahasiswa,” katanya.
Maba Program studi (Prodi) Pendidikan Bahasa Arab (PBA), Nadias Yuana sangat mendukung aksi maba UIN Walisongo yang dengan dilakukannya pengangkatan spanduk dalam orasi Guru Gembul tersebut.
“Saya sangat mendukung aksi orasi sesama teman satu angkatan karena saya juga salah satu maba yang merasa keberatan dengan kebijakan kampus,” ucapnya.
Ia juga mengiyakan bahwa aksi tersebut terkarit keluh kesah dari maba, seperti mahalnya Uang Kuliah Tunggal (UKT) dan kebijakan ma’had.
“Aksi yang dilakukan terkait keluh kesah mahalnya UKT dan kebijakan ma’had yang diterima mahasiswa baru karena tujuan awal kita hanya untuk menuntut ilmu,” katanya.
Senada dengan Nadis, Maba Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik (FISIP) Prodi Sosiologi, Deswita Azqi Maharani juga setuju dengan aksi yang di lakukan karena keberatan yang dirasakannya atas kebijakan UKT dan wajib ma’had.
“Terkait orasi teman seangkatan saya sangat setuju, karena saya juga merasa keberatan dengan kebijakan tersebut,” ujarnya.
Reporter: Faisa Dian
Editor: Gojali