Amanat.id– Anicka Muzaeni, mahasiswi asal Tegal, berhasil menjadi wisudawan terbaik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) dalam Wisuda UIN Walisongo yang ke-77 periode Januari 2020 dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,83.
Selain menjadi wisudawan terbaik, ia juga meraih skripsi terbaik FISIP dengan judul “Politik Perempuan di Tingkat Lokal (Studi Peran Muslimat dan Fatayat NU dalam mobilisasi suara Pada Pilkada 2018 di Kabupaten Tegal)”.
Meski lulus lebih dari delapan semester, Anicka mengaku itu bukan masalah besar. Karena di semester lima ia sempat mengambil cuti. Menurutnya, lulus itu bukan soal tepat waktu, tetapi lulus harus di waktu yang tepat.
“Saya merasa kasihan sama orangtua, bisa dikatakan tidak mudah bagi orangtua untuk membiayai sekolah saya. Jadi, saya ambil cuti dengan niat ingin membantu sedikit biaya kuliah saya,” tuturnya.
Anicka berprinsip, sebisa mungkin memahami pelajaran yang disampaikan saat kegiatan belajar mengajar di kelas. Jika ada materi yang belum dipahami, maka harus bertanya. Setelah itu, meresume yang akan dimatangkan di kos. Selain itu, ia juga membagi tips memanfaatkan waktu emas untuk belajar
.“Tips untuk mahasiswa yang konsentrasinya rendah kayak aku ini, kalau belajar mending tengah malam. Habis isya aku tidur, nanti bangun tengah malam untuk belajar sampai subuh. Biar enggak ada suara. Paling penting membaca, memahami, dan membuat resume. Kalau belum paham juga, dibaca lagi berulang-ulang kali sampai paham,” jelas Anicka.
Terakhir, ia berpesan untuk selalu melibatkan Allah dalam segala urusan. Ketika akan memulai belajar, mintalah kepada Allah agar dimudahkan memahami apa yang akan dipelajari. Kedua, ingat selalu perjuangan orangtua yang sudah mempertaruhkan masa tua demi anaknya agar memiliki pendidikan yang baik.
“Usaha, doa, usaha, doa, usaha, doa begitu seterusnya. Jangan menyerah ketika jatuh, cukup bayangkan jerih payah orangtua menyekolahkan kita,” pungkasnya.
Aktif organisasi dan menjadi asisten dosen
Selama menjadi mahasiswa, ia aktif dalam beberapa organisasi. Diantaranya menjadi anggota komisi B Majelis Pertimbangan Kegiatan Mahasiswa (MPKM) atau setara dengan Senat Mahasiswa Fakultas (Sema-F) dan menjabat sebagai Sekjen Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Politik (HMJ IP).
Anicka juga pernah menjadi asisten dosen yang membantu mengajar mata kuliah Partai Politik dan mentranskip penelitian dosen.
“Posisi saya hanya membantu sekaligus belajar, menambah pengalaman di dunia kampus untuk cerita dengan anak-anak saya nanti,” tuturnya.
Selain itu, ia juga mengikuti Forum Grup Diskusi (FGD). Pesertanya terdiri dari KPU Provinsi, perwakilan KPU KabupatenKota, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Provinsi, Polda Jateng, Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo).
“Isinya ya berdiskusi soal data-data riset. Jadi, cara mendapatkan data pada penelitian kualitatif bisa melalui wawancara, observasi, dokumentasi, dan FGD. Karena saat itu dosen saya sedang riset soal serangan hoaks terhadap KPU Jateng dan diadakanlah FGD tersebut sebagai upaya penggalian data,” jelas mahasiswanya.
Kemudian ia menjelaskan, aktif-tidaknya organisasi tidak dapat dijadikan tolok ukur untuk mendefinisikan kata “menghambat atau menunjang” prestasi. Organisasi merupakan wadah. Jika digunakan dengan baik, maka akan menghasilkan prestasi yang baik. Namun, jika tidak digunakan, ya tidak menghambat apa-apa, karena porsinya hanya sebagai wadah.
“Berhentilah mengkambinghitamkan organisasi, karena prestasi adalah definisi yang kita buat sendiri,” tegasnya.
Reporter: Rizkyana Maghfiroh
Editor: Rima